"Tidak! Aku membelinya dari hasil tabunganku. Ini hadiah untukmu karena selama ini kamu telah baik kepadaku."
Ya, walaupun aku tidak bisa memberikan item yang lebih bagus dari ini karena System Mal sedang terkunci, untuk seadanya aku memberikan ini kepadanya. Jika Mal telah kembali selesai diperbaiki oleh Sytem, aku akan memberikan hadiah item yang lebih berguna lagi untuk melindunginya dari segala bahaya yang dapat mengancam nyawanya, karena saat ini aku tidak mengetahui musuh macam apa yang dapat membahayakan keluargaku.
"Tidak... Aku tidak perlu untuk memakai benda semahal ini. Lebih baik Kakak untuk menyimpannya sendiri! Aku tidak ingin untuk merepotkan kakak membeli benda semahal itu"
Mahal yah, aku sama sekali tidak melihat benda ini dari nilainya, tetapi aku melihatnya dari kegunaannya. Bagiku benda yang dilihat dari keindahan dan tidak mengutamakan keutamaan fungsinya hanyalah benda sampah. Maka dari itu aku sengaja memberikan benda ini untuk adikku untuk melindungi nyawanya, dan bukan barang untuk ajang pamer di kelasnya.
Aku sekali lagi meyakinkan adikku untuk menerima kalung yang saat ini aku pegang ini.
"Kirino... Dengarkan aku, Ambillah benda ini dan jangan lupa untuk selalu memakainnya. Jangan sampai kamu melepaskannya, jika tidak, mungkin kejadian buruk akan terjadi kepadamu."
"Eh... Ahh... Apaan sih kakak, jangan menakutiku ah... Mana mungkin aku percaya dengan begituan."
"Tidak, aku serius!" dengan tatapan tajam.
"Berhenti menatapiku terus, baiklah aku akan memakainya" Adikku mengambil kalung itu dan memakainya di lehernya dan setelah itu ".... Sudahlah kakak, cepatlah makan, katanya sedang terburu- buru."
Aku melupakannya, karena aku terlalu fokus untuk memberikan kalung itu dan akhirnya aku melupakan jika waktu telah cepat berlalu, saat ini aku sedang menatap makanan yang ada di meja makan ini.
Menu sarapan saat ini adalah sup Miso dan juga sepertinya ada sayuran dan daging lainnya di atas meja makan ini.
"SELAMAT MAKAN"
Tak menunggu lama, aku langsung memakan hidangan yang ada di depanku ini dengan sangat cepat dan lahap.
Sedangkan itu adikku melihatku dengan tatapan kasihan dan menasehati ku.
"Onii-Chan, makannya pelan- pelan saja, nanti bisa tersedak loh."
Aku sama sekali tidak mendengarkannya, dan terus melanjutkan makanku dengan cepat-cepat dan membalas ucapannya dengan terbata-bata selagi aku sedang fokus menghadap makananku saat ini.
"Baik- baik."
Selagi aku sedang memakan, aku kembali melihat jam yang berada di ruangan ini. Itu menunjukan pukul 8:56 dan pada saat itu aku berhenti untuk memasukan makananku ke dalam mulutku. Walaupun Makananku saat ini masih tersisa sedikit lagi, tetapi aku saat ini sedang terburu-buru untuk pergi ke sekolahku. Aku meminum segelas air putih lalu dengan terburu-buru mengambil tasku dan segera pergi mengambil sepatuku untuk memasangkannya.
Sedangkan adikku saat ini.
"Onii-Chan, bagaimana dengan bekalnya? jangan lupakan bekal mu."
satu kotak bekal makan siang yang dibawa adikku selagi aku sedang memasangkan sepatu dan memberikannya kepadaku, aku menerimanya dan menaruhnya di dalam tasku.
Setelah selesai mengikat tali sepatuku, aku berpamitan dengan adikku.
"Aku pergi dulu... Kirino."
"Ya, hati-hati dijalan kakak"