Tidak ada yang mempercayaiku, aku tidak ingin mempercayai itu.
Bahkan di rumah sekalipun, tidak ada yang mempercayaiku.
"Hei, dasar anak sialan! Kenapa kau berulah lagi disekolah?!"
Bahkan ibuku tidak percaya kepadaku.
Keluargaku adalah keluarga hasil dari pernikahan lagi. Orang tuaku ini sangat keras sekali, terutama dengan ibu tiriku ini.
Dia adalah salah satu orang yang kubenci selain disekolahku.
"Gurumu telah memberitahukan ku bahwa kau telah melukai seorang gadis. Apakah kau tidak sadar perbuatan apa yang telah kamu lakukan itu?!"
Setiap harinya, aku selalu dimarahi. Jika saja ada barang atau uang yang hilang, yang pertamakali ibu tiriku curigai adalah diriku. Dia memarahiku dan menyuruhku untuk mengakui bahwa aku telah mencurinya, tetapi sebenarnya aku tidak mengambil barang atau uang apapun. Jika aku tidak mengaku, ibu tiriku menyabetku dengan rotan, bahkan pernah menyiramku dengan air panas yang baru saja mendidih.
Rasa sakit itu, aku merasakannya. Perih sekali hingga aku menangis berlari masuk ke dalam kamarku. Dan benar saja, ibu tiriku mengancam ku. Jika aku sampai memberitahukan kekejamannya kepada ayahku, mungkin hal yang lebih buruk dari itu akan terus menimpaku. Dia sama sekali tidak menganggapku sebagai manusia sedikitpun. Bahkan lebih buruk dari hewan.
Hentikan....!
"Apakah kau tidak mengetahui siapa orang tua dari gadis itu?!"
"Dia adalah bos dari perusahaan ayahmu bekerja kau tahu! Jika sampai kau menyakiti putrinya, ayahnya tidak akan tinggal diam. Ini semua salahmu dasar anak sialan!"
Ya, orang tua Reika-chan, adalah bos dari perusahaan Ayahku.
Kejadian itu sampai terdengar oleh ayahnya. Akibatnya ayahku dipecat dari pekerjaannya. Dan pada saat itu juga ayahku menjadi seorang pengangguran.
Sekitar setengah bulan, ayahku sampai saat itu masih tidak menemukan pekerjaan sekalipun. Terkena terik sinar matahari hingga lelah di sore hari, dia terus mencari pekerjaan untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Tentunya pada waktu itu aku tidak tega untuk memberitahukannya, malahan aku menambah beban yang diakibatkan dari perbuatan ku itu. Sungguh, saat itu aku sungguh menyesalinya.
Setelah kejadian itu, aku sama sekali tidak ingin berangkat ke sekolahku. Tetapi, Ayahku memaksaku untuk pergi dan pergi.
Aku berbicara kepada ayahku bahwa aku tidak ingin pergi ke sekolah itu. Semua orang disitu adalah musuhku. Hanya ada orang jahat yang berada di sana.
Setiap harinya ketika aku pergi berangkat ke sekolahku. Melewati koridor sekolah, tatapan siswa siswi mengarah kepadaku. Aku mengetahui kebencian mereka tertuju ke arahku.
Sejak saat itu, aku berhenti ke sekolah dan meminta Ayahku untuk mencarikan sekolah yang lain untuk ku.
Sebetulnya, aku tidaklah tega untuk membebani masalah ini kepada ayahku. Pindah ke Sekolah yang berbeda artinya harus menyiapkan uang yang cukup untuk biaya masuk sekolah.
Sebulan telah berlalu, aku terus mengurung diriku di dalam kamarku. Aku masih terbayang-bayang kejadian itu. Membuatku trauma, frustasi, rasa ingin bunuh diri terus berbisik ke dalam kupingku.
Waktu itu, kenapa bisa menjadi seperti ini. Aku mengutuk semua orang yang telah membenciku. Tidak, lebih tepatnya aku mengutuk dunia ini.