Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 25 - 25. Rumah duka

Chapter 25 - 25. Rumah duka

••

Aera merasa sedih bukan main dadanya sesak karena kehilangan sosok yang selama ini ia anggap sebagai ayah, sekalipun selama ini ia tak merasakan kasih sayang seorang ayah. Lebih tepatnya saat setelah yumi, adiknya lahir ia kehilangan kebahagiaan nya seluruh perhatian dan juga kasih sayang yang selama ini ia dapatkan, seolah orang tuanya tidak pernah menganggap Aera sebagai putri tersayangnya dimasa lalu.

Aera tumbuh dan beranjak dewasa

dengan merindukan momen-momen bahagianya dimasa lalu bersama keluarga. Kini ia hidup sendiri tanpa seorang wali, Aera memiliki keluarga hanya diatas kertas di dunia nyata ia tidak sekalipun merasa memiliki keluarga. Namun meski begitu ia tetap dengan sabar menerima perlakuan buruk keluarga nya, sebab mau bagaimana pun keluarga tetaplah keluarga. Aera tidak akan melupakan kebaikan orang tuanya ketika ia masih kecil.

••

"eomma, kakak datang." Yumi berbisik ke telinga eomma nya yang sedang menangis terisak di rumah makam. Disana ramai sekali orang dengan pakaian hitam, beberapa terlihat sedih dan beberapa juga terlihat biasa saja tengah bercengkrama dengan penglayat. Banyak meja yang disediakan di ruang sebelah, tempat para rekan kerja, kenalan, maupun keluarga Choi berkumpul.

Aera baru saja datang berkunjung ke rumah duka bersama Hyungtae di sebelahnya. Ketika Aera baru saja memasuki ruangan, ia menjadi sorotan di tengah keramaian, semua mata tertuju padanya sekaligus Hyungtae. Benar, alasan utama Aera menjadi sorotan sekarang karena ia datang bersama Hyungtae, orang tersohor dan terkenal yang tidak mungkin seorang biasa seperti Aera bisa mengenalnya. Tidak semua orang disana tau bahwa Aera adalah putri sulung almarhum tuan Choi, sebab sudah bertahun-tahun ia tinggal terpisah dari keluarga nya.

Dulu sebelum Aera pergi dari rumah, dirinya tak pernah dikenalkan pada publik. Tentu saja banyak rekan kantor tuan Choi disana yang tidak mengenali Aera. Orang-orang disana melihat Aera merasa bertanya-tanya Siapakah ia? mengapa bisa membawa tuan Hyungtae yang terhormat mengunjungi rumah duka tuan Choi? setau mereka tuan Choi sama sekali tidak pernah berurusan dengan tuan Hyungtae.

Namun tetap saja beberapa sanak keluarga disana mengenali Aera. "Bukankah itu Aera? bagaimana bisa ia bersama dengan tuan Hyungtae." ujar bibi shin hye, ia merupakan adik dari tuan Choi. Keluarga Choi tidak pernah bersikap ramah pada Aera sebab mereka terhasut oleh giringan opini keluarga Aera. Mengarang cerita bahwa Aera adalah seorang pemalas, pernah ketahuan mencuti uang appa nya, dan masih banyak lagi. Padahal sama sekali Aera tidak pernah melakukan hal-hal konyol tersebut. Citra nya hancur di keluarga Choi, ia juga tak sempat membela diri sebab tak ada seorang pun berada di pihaknya yang bisa membelanya.

Aera cuek menghiraukan semua mata yang sedang tertuju padanya. Hyungtae sadar dirinya memperheboh suasana karena datang ke tempat ini. Karena Aera tidak merespon apapun maka ia juga ikut menghiraukan orang-orang yang sibuk menyapa dan sempat memperhatikan beberapa gadis tak sengaja membuka lebar-lebar mulutnya sebab merasa kagum dengan pesonanya. Itu hal biasa, Hyungtae sangat biasa dengan suasana atau respon publik yang seperti ini ditujukan padanya.

Hal yang tidak biasa adalah melihat raut wajah Aera yang begitu terpukul karena kehilangan seorang appa. Dan hal yang tidak ia duga ialah ia melihat dia orang perempuan di dalam ruang persembahan memakai pakaian khusus keluarga berkabung, yang berarti adalah keluarga Aera. Mereka seperti tidak memperlakukan Aera sebagai mana keluarga biasanya, hanya melihat sekilas kedatangannya lalu acuh begitu saja.

Hyungtae sengaja masuk sedikit lebih lama karena merasa Aera membutuhkan waktu khusus berduka bersama keluarganya, namun hal yang tidak ia duga malah Aera seperti orang asing bagi mereka berdua.

Ahirnya Hyungtae menyusul masuk kedalam ruangan menyusul Aera, untuk memberikan salam penghormatan pada appa Aera. Hyungtae berdiri di samping Aera mengikuti gerakan Aera saat memberi salam penghormatan pada almarhum. "Tu-tuan Hyungtae." Yumi tersentak kaget saat menyadari seorang pria masuk kedalam ruangan yang ternyata adalah Hyungtae sang CEO muda, kaya, dan tampan. Siapa sangka Yumi bisa menyaksikan pria terhormat sepertinya berada satu ruangan dengannya.

Yumi bersikeras menjelaskan siapa itu Hyungtae pada eomma nya, saat eomma nya mengetahui setinggi apa pria yang mengunjungi rumah duka suaminya ia buru-buru bangun dan merapikan pakaiannya. "Aigoo, tuan kami merasa terhormat dikunjungi oleh anda." eomma Aera masih bertanya-tanya sejak kapan suaminya memiliki hubungan dengan orang tinggi sepertinya. Hyungtae berbalik badan setelah selesai memberi salam, lalu menundukkan kepalanya sekali pada mereka berdua sebagai balasan sapaan.

"Eomma." panggil Aera di tengah-tengah interaksi eomma nya dengan Hyungtae. "Ah Aera, kau datang." balas eomma nya seadanya. Eomma Aera merasa aneh saat Hyungtae ikut berdiam di dalam ruangan dan duduk di samping Aera. Ia tak banyak bicara padanya namun duduk di dalam ruangan yang sama bukankah ini hal aneh? "Apa hubungan tuan dengan suami saya? saya belum pernah mendengar dia mengenal anda secara pribadi." tanya eomma Aera, ia bertanya dengan rasa penuh bangga bisa berhubungan dengan Hyungtae.

"Aku tidak mengenal suami anda, aku datang karena menemani Aera." jawab Hyungtae kemudian, yang sontak membuat eomma dan adik Aera kaget. Ini semakin aneh, fakta bahwa Hyungtae mengunjungi rumah duka suaminya saja sudah aneh ternyata kedatangan Hyungtae bukan karena memiliki hubungan dengan suaminya melainkan dengan Aera. "Aera? bagaimana bisa." ujar Yumi tiba-tiba. Tidak mungkin gadis seperti kakaknya bisa m ngenalin Hyungtae. Aera bukanlah orang berpendidikan tinggi yang layak mengalami hal ini.

"Kenapa tidak bisa? aku bisa menemani siapapun yang kuinginkan bukan?" tanya Hyungtae balik, ia merasa lebih aneh setelah melihat reaksi dua keluarga Aera. Mereka tidak terlihat senang mengetahui Aera bersama nya, bukan tidak senang karena di temani oleh Hyungtae melainkan tidak senang karena seorang Hyungtae bisa menemaninya ke rumah duka. Maka tidak ingin melihat hal ini terus berlanjut Hyungtae mengambil langkah. "Maaf karena kami sedang ada urusan mendesak, aku harus membawa Aera pergi sekarang." Hyungtae mengajak Aera berdiri, ia tau ada yang tidak beres dengan keluarga Aera dan melihat Aera merasa tidak nyaman bersama mereka sehingga ia berani mengambil sikap untuk segera pergi dari sana.

"Ta-tapi Kim." baru sepenggal Aera mengeluarkan kalimat tangannya sudah ditarik dan berjalan keluar ruangan tanpa menunggu persetujuan dari keluarga Aera. Saat Hyungtae dan Aera melewati ruangan sebelsh tempat orang-orang yang sedang berkabung berkumpul mereka kembali dibuat heboh karena bukan hanya berjalan bersama seperti saat datang tadi melainkan Hyungtae dan Aera berjalan keluar dari dalam ruangan hingga keluar dengan bergandengan tangan. Meskipun sebenarnya Aera sedang ditarik tapi tetap saja hal ini sulit dipercaya seorang Kim Hyungtae menggandeng seorang gadis di tengah-tengah publik.