Jantung Khairul berdetak dengan kencangnya. Ucapan sang Ayah seketika meluruhkan perasaanya hingga ke dasar jurang. Mengingatkan kembali padanya bahwa kini ia telah memiliki istri yang lain, bukan hanya Almira.
Akan tetapi, kenapa begitu sulit menerima Zara? Ada setitik penyesalan dalam hati Khairul tatkala harus menerima wanita itu sebagai istri barunya. Namun ingatannya tentang Zara yang harus hidup mengurus anaknya sendirian setelah kematian suaminya, membuatnya tidak bisa menolak wanita itu.
Zara memang memiliki orang tua. Namun keduanya sering sakit-sakitan setelah insiden besar yang pernah menimpa perusahaan mereka. Sehingga keluarganya harus hidup di bawah standar kemiskinan. Untung saja, Ayah Zara adalah sahabat lama ayah Khairul. Keduanya di pertemukan kembali setelah bertahun-tahun terpisahkan oleh jarak. Dan saat bertemu, keduanya kembali membicrakan tentang perjodohan antara Zara dan Khairul yang telah lama mereka janjikan.
Khairul menundukkan kepalanya. Masih mencoba untuk tidak bergeming dari tempatnya. Ia masih berharap agar dirinya bisa menghubungi istrinya-Almira meski hanya untuk mendengar suaranya atau mengetahui jika kabarnya baik-baik saja.
"Masuklah. Jadilah bertanggungjawab atas rumah tangga barumu. Pernikahan seperti ini dalam keluarga kita merupakan hal yang terbaik sesuai dengan sunnah. Menolong wanita-wanita janda yang membutuhkan. Biar Papa yang akan menghubungi Almira agar dia tidak terlalu khawatir," ujar sang Ayah, membuat Khairul menghela napasnya untuk ke sekian kalinya.
Namun yang di katakan Ayahnya merupakan kebenaran. Pernikahan seperti ini merupakan salah satu solusi untuk menolong wanita-wanita di luar sana. Bukankah sejak awal, Almira juga tahu akan hal ini? Bahkan Almira pun tidak masalah sama sekali jika dirinya harus menikahi lebih dari satu wanita.
Yah! Tekad Khairul kembali menguat. Ia pun melangkah masuk ke dalam kamar pengantinya setelah meminta tolong pada ayahnya agar menghubungi Almira untuk mengetahui kabar istrinya itu.
"Baiklah, Pah. Khairul paham. Tapi tolong hubungi istriku. Aku takut dia khawatir. Aku masuk dulu," pamitnya.
Sang Ayah mengangguk paham. Kemudian melirik ke arah Jian.
"Katakan pada Almira jika suaminya sedang menginap di rumah kita, karena ada hal yang harus di selesaikan," ujarnya, lalu melangkah meninggalkan putrinya setelah Jian mengangguk.
Hufff! Jian menarik napasnya dalam. Merasa kasihan dengan Almira. Pasti wanita itu sedang khawatir gila karena memikirkan suaminya. Namun apa boleh buat, ini konsekuensi untuk Almira karena menikahi salah satu anak dari keluarganya.
Khairul masuk ke dalam kamar pengantinnya, bersamaan dengan Zara yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian yang baru. Cukup terbuka dan seksi bagi Khairul.
"Maaf, aku baru saja keluar untuk mencari angin," ucap Khairul, mencari alasan.
Zara mengangguk paham sembari tersenyum manis di hadapan Khairul.
Khairul mendekat ke arah Zara dengan langkah pelan. Sedang jantung Zara sudah berdebar dengan hebat. Padahal ini bukan pertama kali untuknya.
Cup!
Khairul mencium kening Zara dalam waktu yang cukup lama. Memberikan sensasi yang berbeda bagi Zara. Khairul benar-benar memperlakukannya dengan lembut.
"Kita shalat sunnah dulu, setelah itu..." ujar Khairul menggantungkan ucapannya.
"Setelah itu..." tambah Zara, merasa gugup.
Kemudian keduanya tertawa bersama. Khairul bahkan tidak lagi memikirkan tentang Almira sekarang. Ia sedang terbuai oleh kenikmatan yang di berikan oleh janda beranak satu itu yang kini telah menjadi istri keduanya.
Sedang di sisi lain, Almira menangis dalam sujud dan doanya. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi suaminya. Kontak Khairul sama sekali masih belum bisa di hubungi. Dan itu membuatnya semakin resah. Hingga sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
Ting!
Almira segera bangkit dari duduknya dan menyelesaikan dzikirnya. Berharap jika pesan itu datang dari suaminya. Namun ia harus meneguk kecewa tatkala melihat nama 'adik ipar' yang tertera di sana.
Almira menggeser layar ponselnya demi melihat isi pesan yang masuk.
Srettt!
"Assalamu'alaikum, mbak. Maaf baru bisa mengabari. Mas Khairul bilang akan menginap di rumah malam ini. Karena ada hal yang harus Mas Khairul kerjakan. Mbak yang sabar yah. Jian yakin jika mbak Mira pasti kuat." ~ Adik Ipar
Almira merenung melihat isi pesan dari Jian. Rasanya ada makna tersembunyi pada tiap kata yang terdapat dalam pesan singkat ini. Namun ia tidak dapat menebak tentang apa yang telah terjadi. Hingga suaminya dan keluarganya, beserta istri barunya mendatangi rumahnya. Menyingkap semua terkait hal yang telah terjadi pada Khairul hingga ia bahkan tidak bisa menghubungi dirinya.
Ke esokan harinya....
Rombongan keluarga Khairul memasuki halaman rumah dengan menggunakan mobil pribadi. Khairul duduk bersama istri barunya di mobil yang lain. Sedang orang tua dan keluarganya duduk di mobil yang lain.
Pagi itu, Almira sedang berkutat dengan dapur. Ia berharap jika saat suaminya pulang, ia langsung bisa melayani prianya itu dengan baik tanpa menunggu dirinya menyelesaikan masakannya seperti biasa. Meski kadang-kadang, keduanya akan memasak bersama.
Almira tersenyum tatkala kembali mengingat semua perlakuan lembut suaminya. Khairul benar-benar memperlakukan dirinya bak seorang ratu dalam istana sederhana mereka.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum."
Ketukan pintu dan suara seseorang yang mengucapkan salam membuyarkan lamunan Almira. Ia segera mematikan kompornya dan berlari cepat menuju pintu. Menyambut seseorang yang ia kira hanya suaminya seorang.
Kriettt~
"Wa'alai~" Almira kaget karena hampir seluruh keluarga suaminya berdiri di depan pintu mereka. "Kumsalam..." lanjutnya.
Almira menatap sejenak orang-orang yang ada di hadapannya saat ini. Dan di antara kerumunan itu, ia baru kali ini melihat satu sosok seorang wanita yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dan wanita, berdiri sangat dekat di samping suaminya.
"Sayang..." panggil Khairul, lalu menghambur dalam pelukan istrinya. Tanpa sedikitpun memikirkan apa yang akan Zara katakan.
"Maaf yah, tadi malam Mas menginap di rumah Papa dan Mama," katanya lagi. Almira mengangguk paham karena sebelumnya ia sudah di beri tahu oleh Jian.
"Iya enggak apa-apa kok. Rara paham," sahut Almira. Memang di hadapan suaminya ia akan di menyebut dirinya Rara. Karena Khairul memang suka memanggil nama kecilnya seperti itu.
"Ekhem!" suara deheman Ayah Khairul membuyarkan urusan romansa mereka.
Khairul tersenyum begitupun dengan Almira. Dan tanpa di duga, Khairul mencium bibir istrinya di hadapan keluarganya, bahkan di hadapan Zara-istri keduanya.
Hati Zara bagai di tusuk sembilu melihat suaminya yang semalam memuncak bersamanya kini sedang mencium bibir wanita lain dengan lembut. Meski Almira adalah istrinya, namun Zara tidak bisa menyembunyikan dengan mudah perasaan sakit hatinya.
Jian menggenggam erat tangan Zara untuk menguatkan wanita itu. Tidak mudah memang menjadi wanita kedua dalam hidup seorang pria, terlebih pria yang sangat mencintai istrinya. Namun Zara bisa apa, ini adalah konsekuensinya ia menikah dengan suami orang.
Setelah mencium istrinya secara tiba-tiba. Khairul menyeringai sedangkan Almira mempersilahkan seluruh keluarga suaminya untuk masuk ke dalam rumah mereka.
"Silakan masuk, semuanya," ucap Almira lembut.
Seluruh keluarga Khairul masuk ke dalam rumah mereka. Begitupun dengan Zara. Rasanya, ia bagaikan orang asing di tempat ini. Hanya Jian yang terus menggenggam tanganya erat.
Semuanya lalu duduk berkumpul di ruang keluarga. Almira mulai sibuk mengambikan snack dan camilan untuk tamunya. Saat semuanya selesai. Mereka mulai duduk untuk membicarakan hal penting yang harus Almira ketahui.
"Sebelumnya Papa dan seluruh keluarga memohon maaf padamu, Mira. Karena kedatangan kami mungkin telah menganggumu dan membuatmu kebingungan." Open statement dari mertuanya.
Almira menggeleng, "Tidak apa-apa, Pah. Sama sekali tidak menganggu," ucapnya, sembari merekatkan dengan erat tangannya pada tangan sang suami tercinta. Zara hanya bisa melihat, tanpa bisa menghentikkan. Sedang Khairul, dadanya sudah berdebar kencang, menunggu reaksi seperti apa yang akan Almira keluarkan. Apakah marah atau diam saja tanpa sedikitpun peduli?
"Baiklah. Kalau begitu. Kedatangan kami ke sini, untuk menyampaikan satu hal padamu. Semalam..." Ayah mertuanya menjeda ucapannya, menatap Almira, Khairul dan Zara secara bergantian. Suasana menjadi hening tanpa sedikitpun ada yang berani berbicara atau menyela.
"Semalam, Khairul telah menikah dengan seorang wanita namanya Zara, dan inilah orangnya."
Deg!
Deg!
Sontak, Almira mengendurkan tautan tangannya dari Khairul. Menatap lamat-lamat wanita yang bernama Zara yang baru saja mertuanya perkenalkan.
Almira menatap nanar ke arah suaminya. Hatinya sangat dan amat terasa sakit. Untuk pertama kalinya, Khairul menyakiti dirinya hingga sesakit ini.