Alvaros tertegun, dia masih tidak percaya kalau yang dilihatnya itu adalah Jim.
"Lah, kalian saling mengenal?" Kata pria muda itu.
"Kami pernah menjadi rekan sebentar. Waktu itu dia saya sedang berada di Strondum, yang mulia."
"J... Jim... Tapi, rambutmu..."
"Oh, ini? Ibuku orang Dragnite, aku mewarisi pigmen rambutnya, ayahku adalah salah satu penyihir Ceres.
"Jadi, orang ini yang kaumaksud waktu itu, Jun?" Kata pangeran.
Jim mengangguk.
"Kau... Bisa-bisanya kau berkhianat!" Seru Alvaros.
"Berkhianat? Maaf, aku ini dari awal berada di pihak Ceres. Aku ditugaskan untuk memata-matai pergerakan regu pengintai. Susah lho beradaptasi dengan lingkungan Dragnite yang serba kerja tangan, beberapa kali aku juga keceplosan. Untunglah aku berhasil masuk menjadi regu pengintai, bahkan Komandan Matthew sama sekali tidak curiga padaku! Gila, otak kalian benar-benar hanya diisi otot saja ya."
"Lalu... Bagaimana dengan Cliff dan Oliver?"
"Mereka berdua? Entahlah, mungkin sudah mati."
"Grrr! JIIIMMM!!" Alvaros murka, ia berusaha maju menyerang mereka berdua, namun sekali lagi ada tekanan yang membuatnya kembali terhempas.
"Ups, hampir saja." Kata pangeran.
Alvaros meronta-ronta, ia menggeram.
"Kalian berdua sudah saling mengenal, ya. Tidak sopan kalau aku tidak memperkenalkan diri juga. Perkenalkan, aku Sveinn, pangeran negeri ini."
"Ah iya, kau memanggil dia Jim? Maaf, tapi namanya adalah Juno."
Alvaros menatap tajam mereka berdua.
"Kau ini... Orang Dragnite yang membawa lari gadis ini kan?" Tanya Sveinn.
Alvaros tidak menjawab.
"Hei, kalau ditanya itu jawab!" Juno mencekik Alvaros dengan sihirnya.
"Sudah, sudah. Jangan cekik dia. Kita harus berterimakasih padanya karena sudah membawa gadis ini kembali ke Ceres." Kata Sveinn.
Juno melepas cekikannya.
"K... Kalian monster! Terutama kau! Kau mengorbankan ribuan nyawa penduduk untuk memenuhi tujuanmu!" Kata Alvaros dengan tatapan tajam ke arah Sveinn.
"Aduh... Tenang dong. Memang benar aku mengorbankan ribuan nyawa penduduk, baik penduduk Ceres atau Dragnite. Tapi, itu harus dilakukan kalau mau Ceres tetap hidup. Sebagai seorang pangeran, aku harus mengutamakan kepentingan rakyatku kan? Kalau kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan?" Kata Sveinn.
Alvaros tak bisa menjawab.
"Nah, kau juga tak bisa menjawabnya kan? Semua orang juga sama, mereka selalu saja menentang ideku, tapi mereka tidak bisa memberiku jalan yang lebih baik. Demikian juga ayahku yang sudah tua itu, dia pikir Ceres bisa bertahan kalau tidak melakukan apapun? Hah! Omong kosong..."
"K... Kau..." Gerutu Alvaros.
Sementara itu...
Sihir dari Rennd dan Elmeria saling bertabrakan satu sama lain.
Kekuatan keduanya imbang. Saat Rennd melancarkan serangan, selalu bisa ditangkis Elmeria, begitu juga sebaliknya.
"Kau ini tidak mau menyerah ya?" Kata Elmeria tegang.
"Aku sudah bertekad, aku akan menyelamatkan putriku." Sahut Rennd.
"Huh! Coba saja kau bertahan dengan tekadmu itu." Kata Elmeria melancarkan serangan pada Rennd.
"Aku tidak akan kalah darimu!" Rennd membalas perkataan Elmeria diikuti serangannya juga.
Sihir mereka berdua bertabrakan di udara.
"Hosh... Hosh... Hosh..." Rennd terengah-engah.
"Hosh... Kau... Hosh... Lumayan juga... Hosh..." Elmeria juga terengah-engah.
"Baiklah, saatnya mengakhiri ini." Elmeria mengangkat tongkat sihirnya.
Ia terlihat merapalkan sebuah mantra sihir.
Rennd tidak mau menunggunya selesai merapalkan mantra, ia segera menyerang Elmeria dengan sihirnya.
"TENEBRAE FUMI!" Seru Rennd, diikuti asap hitam yang keluar dari sekujur tubuhnya maju ke arah Elmeria.
Asap itu menyelimuti Elmeria.
"MUTATO! VENENUM LIMI!" Seketika asap tadi berubah menjadi lumpur hitam yang beracun.
"Kau terlambat." Kata Elmeria dari belakang Rennd.
"VIRIDIS LUMEN, VITAE ABACTOR!" Seru Elmeria
Sekilat cahaya hijau ditembakkan menuju Rennd.
"Cela..." Cahaya itu mengenai Rennd tepat di punggungnya.
Seketika tubuh Rennd berhenti bergerak dan jatuh ke lantai.
"Hosh... Hosh... Hosh... Aku menang... Tangguh juga dia..." Kata Elmeria terengah-engah.
"Kau tidak sungguhan berpikir kalau kau menang kan?" Terdengar suara Rennd.
Lumpur hitam yang tadi menyelimuti Elmeria memunculkan kembali Rennd.
"Mu... Mustahil! Sihirku ini mengambil nyawa korbannya!" Kata Elmeria.
"FORAMEN NIGRUM!" Seru Rennd.
Sebuah lubang berwarna hitam muncul di bawah kaki Elmeria, mengisap dirinya ke dalamnya.
"To... Tolong! Jangan lakukan ini! AAAAAA!!!!" Teriak Elmeria hingga seluruh tubuhnya hilang ditelan lubang hitam itu.
"Maaf, Elmeria. Aku tak punya pilihan lain." Kata Rennd.
Rennd berbalik menuju pintu yang tadi dilewati Alvaros lalu berlari menyusulnya.
"U... Urghh...!" Alvaros masih tertahan di dinding akibat sihir Juno.
"Jun, buat saja dia lupa lalu keluarkan dia dari sini." Perintah Sveinn.
"Baik, yang mulia." Juno berjalan mendekati Alvaros.
Ia menyentuh kepala Alvaros.
"Maafkan aku, tapi sebaiknya kau tidak ikut campur dengan urusan negeri lain." Kata Juno.
Alvaros mulai kehilangan kesadarannya.
Seperti yang sebelumnya, kristal pemberian Thilivern bersinar membuat Juno dan Sveinn silau.
Alvaros terlepas dari pengaruh sihir Juno, ia meraih pisaunya yang terjatuh tadi.
"Apa-apaan itu tadi...!?" Seru Juno yang masih buta sesaat karena cahaya silau dari kristal Thilivern.
"HEEEAAAA!!" Alvaros menyerang Juno dengan pisaunya.
"Di situ!" Juno menghempaskan Alvaros dengan sihirnya.
"UAGGH!" Alvaros terlempar ke dinding lagi, mulutnya memuntahkan darah ketika tubuhnya membentur ke dinding.
"Kau pikir bisa mengalahkanku dengan trik murahan seperti tadi?" Kata Juno sambil mendekatinya.
"TONITRUS!" Seru Rennd diikuti kilatan petir dari tangannya.
Juno berhasil menghindari serangan Rennd.
"Wah... Ada pengkhianat di sini rupanya." Kata Sveinn.
"Rennd... Kau berhasil..." Kata Alvaros lemah.
"Apa yang kau lakukan, Rennd!? Apa kau lupa kalau Ceres tidak akan bertahan tanpa energi dari gadis ini!?" Seru Sveinn.
"Maaf yang mulia... Tapi aku sekarang lebih memilih untuk melindungi putriku." Kata Rennd.
Rennd menegakkan badannya lalu menepuk dadanya dengan kepalan tangannya. "Kalau kalian macam-macam pada putriku, aku tak akan pernah bisa mengampuni kalian!"
"Mulai lagi, ngoceh macam-macam. Kau itu sudah bersumpah kan? Kalau kau akan setia dengan negeri ini meski keluarga atau nyawamu yang menjadi taruhannya!" Seru Sveinn.
"Ya... Tapi akan lebih memalukan bagi seorang ayah dan suami jika ia menjual anak dan istrinya." Kata Rennd.
"MAU PANGERAN, RAJA, BAHKAN DEWA SEKALIPUN YANG MENJADI LAWANKU, AKU TETAP AKAN MELINDUNGI PUTRIKU!" Seru Rennd.
Mendengar perkataan Rennd, Alvaros tersenyum.
"VENTUS IGNUM!" Seru Rennd. Api yang bertiup bagaikan angin ribut keluar dari tangannya.
Serangan Rennd berhasil dihindari oleh Sveinn dan Juno.
Rennd berlari mendekati Alvaros lalu membantunya berdiri.
"Kau masih bisa bertarung?" Tanya Rennd.
"Ya... Aku masih bisa... Tapi tak ada senjata..." Kata Alvaros.
"Ferri Gladius." Kata Rennd, memunculkan sebilah pedang dari tangannya.
"Pakailah itu." Kata Rennd.
Alvaros tersenyum. "Heh... Praktis sekali ya sihir kalian."
"Urrghh! Kalian benar-benar membuatku kesal!" Kata Sveinn.
Sveinn menghunus pedangnya, lalu memberi mantra padanya.
"Magicum telum, ignis gladius." Pedangnya menjadi berapi.
"Sepertinya, waktunya aku untuk serius." Kata Juno.
Juno mengeluarkan tongkat sihirnya.
"Kau yang hadapi Juno, biar aku yang menghadapi pangeranmu itu." Kata Alvaros.
Rennd mengangguk.
"HEEEAAAA!" Alvaros maju menyerang.
"TENEBRAE FUMI!" Rennd mengeluarkan asap hitam dari tubuhnya.