Ah... Silau sekali...
Ini di mana?
"Wah... Putri ayah sudah bangun..."
Siapa...?
"Siapa katamu? Jahat sekali sih, ini ayah."
Ayah?
"Sayang, ini Rashuna sudah bangun."
Rashuna? Siapa?
"Rashuna... Ayo bangun, sarapan dulu. Nanti ibu tidak sisakan untukmu lho."
"Nah, dengar ibumu kan? Ayo bangun."
Siapa?
"Sini, duduk. Ibumu sudah masak makanan kesukaanmu lho."
Apa ini...? Kucoba saja.
Enak
"Enak kan? Siapa dulu kokinya."
"Hahahaha, ibu kan koki yang paling hebat!"
Perasaan apa ini...?
"Hmm? Kenapa diam saja? Sudah, ayo habiskan."
Hangat sekali...
"Habiskan, biar kamu bisa sekuat ibu."
Siapa orang-orang ini...?
Kenapa mereka begitu baik padaku?
"Ah, ayah ini bisa saja."
"....""
Apa...? Aku tidak bisa mendengar kalian...
"......?"
"Maafkan aku, Latina..."
Ah... Wanita yang tadi...
Siapa orang-orang itu?
"Tak apa, rawat Rashuna baik-baik ya. Aku titipkan dia padamu."
"... Aku pasti akan menjaganya..."
Kenapa kau menangis?
Kenapa wanita itu pergi bersama orang-orang itu?
"Sayang... Ibu ditugaskan ke tempat yang sangat jauh, sekarang kau baik-baik ya dengan ayah."
Ibu...? Ayah...?
Siapa kalian...?
"Kau pasti ketakutan kan? Tidak apa-apa, ada ayah di sini."
Kenapa.... Kenapa aku menangis?
"Nina bobo... Oo nina bobo..."
Ahh... Aku mengantuk...
"Kalau tidak bobo... Digigit nyamuk..."
"Aku tahu ini berat bagimu, tapi negeri ini membutuhkannya."
"Tapi... Kalian sudah mengambil istriku... Masa putriku juga?"
Apa maksudnya...?
Siapa putri siapa?
Negeri apa?
Siapa... Aku...?
...
Suara pedang Alvaros dan Sveinn saling berdentang.
"HYAAAH!"
"UURRGGHH!"
Sihir Rennd dan Juno saling bertabrakan di udara.
"IGNIS!"
"VENTUS!"
"Kau sama sekali tidak mau menyerah ya...?" Kata Sveinn.
"Tak akan! HYAAAHH!" Balas Alvaros.
Pedang mereka kembali beradu.
"Mutato! Magicus Gladius, Ignis!" Sveinn mengubah pedangnya menjadi pedang api, ia melancarkan serangan pada Alvaros.
Alvaros berguling di tanah menghindari serangannya.
"HEEAAHH!" Alvaros menyabetkan pedangnya ke arah Sveinn, Sveinn mundur untuk menghindari serangan Alvaros.
"Dasar pak tua, kau ini benar-benar bandel ya. Rasakan ini, Hastae glacierum!" Seru Juno melancarkan serangan berupa tombak-tombak es.
"Ini belum seberapa, Infernum!" Seru Rennd, mengeluarkan kobaran api yang besar.
"Hei, Rennd! Hati-hati!" Kata Alvaros menghindari api Rennd.
"Maaf!"
Pertempuran berlangsung dengan sengit, Alvaros mampu mengimbangi pedang sihir Sveinn, sihir Rennd juga imbang dengan Juno.
"Hosh... Hosh... Hosh..." Svein terengah-engah.
"Kenapa? Capek?" Ejek Alvaros.
"Enak saja, ini belum seberapa! Mutato, tonitri gladius!" Kali ini pedangnya berubah menjadi listrik.
Sveinn melancarkan serangan pada Alvaros, namun lagi-lagi ia berhasil menghindar.
Sveinn bukanlah orang yang ahli sihir, kristal kelahirannya tidak terlalu besar. Ia mendalami ilmu pedang sihir sebagai gantinya.
Akan tetapi, soal stamina Alvaros lebih unggul, ia adalah orang Dragnite yang setiap harinya melakukan pekerjaan fisik, membentuk fisiknya menjadi lebih tangguh daripada Sveinn.
CTANGG!
Pedang Sveinn terpental karena serangan Alvaros.
"Menyerahlah!" Kata Alvaros sambil mengacungkan pedangnya ke arah Sveinn.
"TONITRUS!" Kilatan petir menyambar pedang Alvaros hingga terlempar.
"Heh... Kau lupa kami ini berdua?" Kata Sveinn.
"FUMUS!" Asap turun menutupi mereka berdua.
"Kau lupa kalau kami ini berdua?" Kata Alvaros sambil berlari maju ke arah Sveinn.
Ia menjegal Sveinn lalu duduk di atasnya.
"Kau... " Alvaros mengumpulkan seluruh tenaganya.
Ia melancarkan pukulan telak ke wajah Sveinn berkali-kali.
"Yang mulia! Kurang ajar! VENTUS!"
Sihir Juno membuat Alvaros terpental.
"Yang mulia, anda tidak apa-apa?" Tanya Juno.
Sveinn pingsan karena dipukul oleh Alvaros.
"Yang mulia... KURANG AJAR KALIAN!"
Juno berdiri, ia terlihat sedang merapalkan mantra ke arah Alvaros.
"IGNIUM HASTAE!" Puluhan tombak api mengarah ke Alvaros.
"PROTEGIMUS!" Seru Rennd yang tiba-tiba berada di depan Alvaros.
"URGH!"
Tameng yang dibuat Rennd tidak sanggup menahan tombak api milik Juno.
Tombak itu membakar tubuh Rennd.
Alvaros tertegun, ia terkejut melihat peristiwa yang baru saja terjadi.
Alvaros merangkak mendekat ke arah Rennd.
"Rennd... Pak tua..." Kata Alvaros sambil memeluk Rennd di tangannya.
"Al... Maaf..." Kata Rennd lemah.
"Bertahanlah Pak Rennd!" Kata Alvaros panik.
"Tolong sampaikan.... Uhuk... Ke put... Uhuk... Putriku... Aku sangat.... Me... nyayanginya..."
Rennd mengembuskan napas terakhirnya.
Alvaros berdiri, ia sangat murka.
Tiba-tiba kristal pemberian Thilivern itu bercahaya lagi, kali ini cahayanya berwarna merah padam.
"A...Apa-apaan...?" Juno ketakutan melihat Alvaros yang mendadak berubah menjadi sangar.
"Jim, bukan... Juno... Kau sudah mengkhianatiku dan mengkhianati Dragnite."
"Su... Sudah kubilang kan kalau aku ini hanya loyal pada Ceres? Kalian saja yang gampang ditipu!"
"Sesuai dengan Undang-Undang Dragnite yang sudah tertulis... Setiap pengkhianat akan dihukum mati... Dan akulah yang akan menjadi eksekutormu!" Kata Alvaros sambil berlari dengan kecepatan yang tidak normal ke arah Juno.
"Tu... Tunggu! VENTUS! VENTUS!" Kata Juno panik.
"Kenapa sihirku tidak bekerja...?"
Alvaros meraih leher Juno, mencekiknya lalu mengangkat Juno ke atas.
Juno meronta-ronta di tangan Alvaros.
"A... Akhh....Am..Pun..." Juno tidak bisa bernapas.
Alvaros meremas leher Juno hingga tercabik.
KLAK!
Terdengar suara tulang patah.
Badan Juno terkujur lemas.
Ia mati di tangan Alvaros, secara harafiah.
Suasana ruangan kembali hening.
Sinar kristal pemberian Thilivern meredup.
Di situ hanya Alvaros yang berdiri sebagai pemenang.
Ia melihat ke arah Rashuna yang berada di dalam tabung ekstraksi.
"Maaf menunggu lama." Katanya pelan.
Alvaros lalu memecahkan tabung itu, mencabut semua selang dan peralatan yang menyambung ke tubuh Rashuna lalu membaringkannya di lantai.
Tak lama kemudian Rashuna terbangun.
"Ah... Aku... Di mana...?"
"Selamat datang kembali." Kata Alvaros.
"Kau...? Siapa kau...?"
Alvaros terkejut.
"Ini aku, Alvaros!" Katanya.
"Al... varos? Siapa? Aku... Siapa aku?"
Alvaros menyadari bahwa ingatan Rashuna telah diambil dari dirinya akibat proses ekstraksi tersebut.
Alvaros memeluk Rashuna lalu menangis sejadi-jadinya.
"Kenapa... Kau menangis...?"
Tangan Rashuna tiba-tiba membelai kepala Alvaros.
"Nina bobo... Ooo nina bobo..."
"Apa yang kaulakukan?"
"Kalau tidak bobo... digigit nyamuk..."
Rashuna tersenyum.
"Sudah tidak menangis kan?"
Alvaros tertegun.
Ia lalu menyeka air matanya.
"Ya, terima kasih." Katanya sambil tersenyum.
Alvaros lalu memberikan mantel yang ia kenakan padanya.
"Ini, kukembalikan." Katanya.
Rashuna terlihat bingung, ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Alvaros.
Alvaros lalu melihat ke atas, ia menjumpai sebuah kristal berwarna bening dengan sedikit cahaya di dalamnya.
"Itu pasti artefaknya." Pikir Alvaros.
Alvaros memanjat tabung ekstraksi.
"U... Urgh!" Tangan Alvaros berusaha meraih artefak itu.
"Dapat!"
Alvaros mendarat dengan sempurna dengan kakinya.
"Sekarang, apa yang harus kulakukan dengan ini...?" Pikir Alvaros.
Tiba-tiba kristal pemberian Thilivern bersinar, nampak bereaksi dengan artefaknya.
Alvaros mendekatkan kristal pemberian Thilivern dengan kristal artefak.
"Masuk... Lah, masuk!?" Alvaros terkejut karena kristal pemberian Thilivern masuk ke dalam kristal artefak.
Seketika cahaya dalam kristal artefak menjadi penuh.
"Ahh... Isi ulang yah." Gumam Alvaros.
"Kurasa aku harus menyerahkan ini pada raja Ceres." Pikirnya.
Alvaros menoleh ke arah Rashuna.
"Al... Alvaros, ya? Apa itu?" Tanya Rashuna menunjuk artefak di tangan Alvaros.
"Ini adalah barang yang menyebabkan semua masalah ini." Jawab Alvaros.
"Masalah? Masalah apa?" Tanya Rashuna lagi.
Alvaros tersenyum.
"Masalah yang kini sudah selesai. Ayo, kita keluar dari sini." Ajak Alvaros.
Alvaros membantu Rashuna bangun, namun tampaknya Rashuna tidak bisa berjalan karena masih lemas.
"Dasar, sampai sekarang pun kau masih saja merepotkan." Kata Alvaros sambil menggendong Rashuna.
Mereka lalu pergi dari ruangan itu.
"Al...varos.." Kata Rashuna di punggung Alvaros.
"Hmm?"
"Apa kau ayahku?"
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Aku merasa... Nyaman..."
Mendengar kalimat Rashuna, wajah Alvaros memerah.
"A.... Aku bukan ayahmu. Ayo kita segera keluar saja dari sini!" Kata Alvaros terbata-bata.