Chereads / Flowers of Battlefield / Chapter 23 - Dandelion

Chapter 23 - Dandelion

Keesokan harinya, Alvaros sedikit melakukan perbincangan dengan raja.

Sang raja masih ingin berbicara dengannya mengenai Thilivern.

Namun Alvaros hanya berkata padanya, "Mengenai Thilivern, jangan sampai lalai lagi. Negeri ini masih punya pelindung. Akan sangat memalukan kalau pelindung negeri ini malah menampakkan dirinya dan meminta tolong pada orang asing. Cobalah untuk rutin berkomunikasi dengannya, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terulang."

Setelah menyampaikan hal itu, Alvaros berpamitan untuk pulang ke Dragnite.

Saat mau pulang, Rashuna bersikeras untuk ikut dengan Alvaros.

Alvaros mengelus rambutnya dan berkata, "Nanti setelah semuanya selesai, kita akan berjumpa lagi. Tunggulah aku sampai saat itu tiba."

Alvaros pun berangkat ke Dragnite diantar oleh seorang ajudan dari raja sendiri.

Berita mengenai usainya perang akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Dragnite dan Ceres.

Semua orang bersukacita dan mengadakan pesta di mana-mana.

Alvaros mengunjungi Arcto, dia sedikit merenungi kejadian saat diutus untuk mengintai pasukan Ceres.

Di situ ia bertemu dengan prajurit Dragnite yang sedang melakukan pemeriksaan.

Tak lama setelah itu, raja Ceres datang ke ibukota Dragnite untuk menyampaikan permintaan maaf.

Tidak hanya itu, sang raja berjanji untuk membantu pemulihan Dragnite pasca perang.

Mulai dari pembangunan kota yang dulu sempat dihancurkan oleh Ceres.

Sampai penyediaan rumah sementara bagi penduduk kota-kota tersebut yang masih selamat.

Akan tetapi, Robert bersama penduduk Castella lainnya menolak tawaran yang diberikan raja Ceres.

Mereka masih terluka pada Ceres karena kota mereka yang terkenal dengan pertahanan paling kuat se Dragnite berhasil dihancurkan.

Namun luka itu perlahan mulai sembuh.

Robert tak bisa menemukan mayat Cliff di Arcto, ia lalu membuat sebuah kuburan tanpa jasad di Castella.

Raja Ceres tadinya hendak melakukan eksekusi mati terhadap Pangeran Sveinn di hadapan rakyat Dragnite atas apa yang telah ia perbuat.

Namun, setelah melalui berbagai negosiasi dan pertimbangan, Pangeran Sveinn akhirnya diasingkan.

Kristal kelahirannya dihancurkan lalu dirinya dikirim ke negeri di belahan utara yang sangat jauh.

Agim dihukum menjadi seorang buruh kasar untuk membantu pembangunan ulang kota-kota Dragnite.

Kristal kelahirannya disita sehingga ia tidak bisa menggunakan sihirnya.

Setelah hukumannya selesai, ia melanjutkan hidup sebagai pengajar di akademi sihir Ceres.

Beberapa bulan kemudian, Alvaros melamar Rashuna.

Alvaros pergi ke Pheredill untuk melamarnya tepat di depan banyak orang penting di sana.

Rashuna yang masih tidak begitu paham mengiyakan lamaran Alvaros.

Mereka berdua pun menikah.

Pernikahan mereka dilangsungkan di akademi sihir Ceres.

Tamu-tamu dari dua negara berdatangan.

Raja Dragnite dan Ceres, Jenderal Matthew, dan beberapa orang lain yang mengenal mereka berdua turut datang menyaksikan pernikahan mereka berdua.

Saat upacara pernikahan, Rashuna bingung karena banyak orang mengaku mengenal dirinya, tapi ia tidak mengenal orang-orang itu.

Hal ini sempat menimbulkan sedikit kegaduhan, tapi setelah dijelaskan mereka semua akhirnya mengerti.

Oliver yang selamat dari insiden Arcto kembali menghabiskan hidupnya di Tyrian.

Ia mencoba rujuk kembali dengan istrinya.

Beberapa kali tak berhasil, tapi akhirnya ia bisa kembali rujuk dan menghabiskan sisa hidup bersama keluarganya.

Dua tahun kemudian, tim pengembang mesin teleportasi dari Ceres berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka.

Mesin itu diproduksi dalam jumlah banyak untuk menghubungkan kota-kota Dragnite dengan Ceres.

Meski ada sedikit masalah saat presentasi perdananya, tapi mesin itu akhirnya bisa menghubungkan Dragnite dengan Ceres.

Mesin ini juga menjadi lambang persahabatan kembali antara Dragnite dengan Ceres yang sempat rusak.

Masa-masa damai ini berlangsung sangat lama.

Sampai-sampai Jenderal Matthew memutuskan untuk pensiun sebagai pimpinan pasukan pengintai karena tidak ada yang perlu diintai.

Jenderal Matthew pun kembali berkumpul bersama keluarganya, menghabiskan masa tuanya di rumah.

Simbah peracik ramuan memilih untuk menetap di Dragnite daripada pulang ke Dwipa.

Ia merasa lebih berguna saat berada di Dragnite.

Kelakuannya masih sama, masih suka mengerjai orang-orang yang lebih muda darinya lalu marah-marah.

Sampai-sampai di akhir hidupnya, tak seorangpun ada yang mengetahui kalau ia sudah benar-benar meninggal.

Orang-orang mengira dia sedang mengerjai mereka.

Namun setelah dikonfirmasi kalau dia benar-benar meninggal, banyak orang yang berduka atas kepergiannya.

Thilivern masih setia menjaga tanah Ceres.

Hubungannya dengan keluarga kerajaan Ceres kian membaik.

Sang raja secara rutin pergi ke hutan tempat ia bersemayam.

Meski selalu muncul secara acak, sang raja selalu bisa menemukannya.

Itu adalah bukti bahwa hubungan rakyat Ceres dengan pelindungnya semakin membaik.

Sepuluh tahun berlalu, Alvaros dan Rashuna sudah memiliki anak perempuan.

Mereka tinggal di Eldur.

Alvaros bekerja sebagai petani dan Rashuna bekerja sebagai pengajar di akademi sihir.

Rashuna menggunakan sihir teleportasi untuk ke Pheredill yang ia pelajari dari jurnal ayahnya.

Jadi ia sama sekali tidak melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu maupun pengajar di akademi sihir.

Jasad Rennd dan istrinya dipindahkan dari Pheredill ke sini atas permintaan Alvaros.

Alvaros dan Rashuna lalu membuat dua buah makam di samping rumah.

Eldur yang tadinya sepi kini mulai dihuni kembali oleh beberapa penduduk.

...

Ah... Silau sekali...

Ini di mana?

"Wah... Putri ayah sudah bangun..."

Siapa...?

"Siapa katamu? Jahat sekali sih, ini ayah."

Ayah?

"Sayang, ini Sylvia sudah bangun."

"Sylvia... Ayo bangun, sarapan dulu. Nanti ibu tidak sisakan untukmu lho."

"Nah, dengar ibumu kan? Ayo bangun."

"Sini, duduk. Ibumu sudah masak makanan kesukaanmu lho."

Apa ini...? Kucoba saja.

Enak

"Enak kan? Siapa dulu kokinya."

"Hahahaha, ibu kan koki yang paling hebat!"

Perasaan apa ini...?

"Hmm? Kenapa diam saja? Sudah, ayo habiskan."

Hangat sekali...

"Habiskan, biar kamu bisa jadi penyihir hebat seperti ibu."

"Ah sayang ini. Aku tidak sehebat itu kok. Aku juga masih sering tidak bisa mengontrol sihirku."

"Kalau itu sih, sudah dari dulu."

Ibu mencubit pipi ayah.

EPILOG

Bunga itu mulai menua.

Memunculkan tangkai-tangkai putih pada mahkotanya.

Bagaikan embun salju yang menempel.

Bunga itu merelakan anak-anaknya pergi.

Sang anak terbang bebas di angkasa.

Menyusuri bukit, hutan, lembah, lautan, perkotaan, pedesaan.

Hingga terdampar di sebuah daratan baru.

Di sana, ia tumbuh.

Tumbuh dewasa hingga secantik ibunya.

Seorang anak manusia.

Melihatnya dengan penuh keheranan.

"Bunga apa ini?" Katanya pada sang ayah.

"Oh itu bunga dandelion." Jawab sang ayah.

"Bunga itu melambangkan harapan, cinta dan kebahagiaan." Tambah sang ibu.

"Waahh..." Sang anak takjub mendengarnya.

Sang ayah menangis.

Sang ibu menangis.

Sang anak tertawa-tawa sambil mengagumi keindahan bunga itu.

Sebuah perjuangan anak bunga.

Melepaskan diri dari induknya.

Melepaskan diri dari belenggu kenyamanannya.

Terbang sendirian menuju antah berantah.

Bersama penantian dan pengharapan yang tak jelas.

Hingga sampailah ia di ujung penantian.

Tumbuh menjadi sosok yang amat cantik.

Sosok yang bisa menghibur orang-orang di sekitarnya.

Sosok yang bisa melipur hati yang lara.

Yang duka, yang kecewa.

Karena tak bisa lagi berjumpa.

Sekuntum bunga

Yang tumbuh di medan perang.

- END -