Hampir jam empat sore ketika Touko-senpai dan sahabatnya, Kano Hitomi, bertemu dengan kami.
"Bagaimana? Apakah Tetsuya masih belum pulang ke apartemennya?"
Touko-senpai berkata begitu sebagai pembukaan.
"Ya. Komakura-senpai belum pulang. Dan Karen juga belum datang ke apartemen."
"Apakah kalian yakin tidak melewatkan mereka?" tanya Hitomi.
"Tidak. Karena, sepanjang waktu kami parkir di tempat yang bisa melihat pintu masuk apartemen dan kami berdua terus mengawasi."
"Begitukah? Yah, aku hanya berpikiran bahwa, jika kalian mungkin tidak sengaja melewatkan mereka, aku bisa menyamar dan pergi ke sana."
"Tidak apa-apa, Hitomi-san. Kamu tidak perlu sampai sejauh itu."
Aku menjawab dengan senyum masam.
"Kalau begitu ayo kita bergiliran. Kalian bisa istirahat sebentar selagi kami di sini."
"Baiklah. Kami akan kembali ke sini dalam dua jam."
Aku dan Ishida meninggalkan tempat.
Dua jam kemudian, aku dan Ishida kembali ke tempat dimana kami bisa mengawasi apartemen Kamokura.
Mobil Hitomi juga merupakan minivan dengan bagian dalam yang luas.
Sesampai di sana, kami masuk ke mobil Hitomi-san.
"Touko-senpai, Hitomi-san. Kalian belum makan apa-apa, kan? Aku membawakan kalian hamburger dan minuman."
Aku mengatakan itu dan menawari mereka sekantong belanjaan yang telah aku beli.
"Wah~, kau pintar."
Ketika Hitomi menerima kantongnya, dia mengeluarkan isinya dan menyerahkannya kepada Touko-senpai yang berada di kursi penumpang.
"Ngomong-ngomong, apakah mereka berdua belum kembali ke apartemen?"
Saat aku menanyakan itu, Hitomi menjawab pertanyaanku.
"Belum. Jika mereka sudah kembali, lampu di apartemen akan menyala setidaknya sekali, jadi kita akan segera tahu kalau mereka sudah pulang."
Ishida kemudian berkata dengan penasaran.
"Aneh. Maksudku, ini kesempatan mereka untuk menghabiskan waktu bersama, kan? Kupikir mereka akan segera kembali ke apartemen dan mulai nge-segs."
Ketika Touko-senpai mendengar itu, dia menyangkalnya.
"Itu pikiran pria. Normalnya, seorang wanita akan berpikir, 'Aku ingin pergi berkencan dengan kekasihku sesekali karena ini adalah waktu ketika tidak ada seorang pun yang menggganggu'. Karena mereka dapat menghabiskan sepanjang malam bersama, mereka mungkin berpikir dapat melakukannya nanti malam."
Kemudian, Hitomi menanggapi.
"Aku sependapat dengan Touko. Pria mungkin ingin kembali ke kamar dan berhubunagn segs sesegera mungkin, tapi jika pria terus seperti itu, wanitanya mungkin akan merasa sedih karena berpikir kalau mereka tidak diperhatikan. Aku tidak berpikir kalau Kamokura, yang sangat berpengalaman dalam menangani wanita, akan mengabaikan itu."
"Jadi, begitu ya."
Ishida masih terlihat ragu, tapi bagiku, kata-kata mereka cukup meyakinkan.
Hitomi-san baru saja menghabiskan makanannya.
"Aku perlu mengisi bensin mobil dan sekalian ke toilet." katanya.
Ishida lalu berkata.
"Maaf, aku juga."
"Kenapa kamu tidak ke toilet sebelumnya sih?" kataku dengan jijik
"Maaf. Ini sesuatu yang muncul tiba-tiba. Selain itu, lebih baik ke sana selagi masih bisa."
Dia menjawab dengan malu-malu.
Kemudian Hitomi berkata.
"Ini waktu yang tepat. Jika mobil yang sama diparkir di tempat yang sama, warga sekitar mungkin akan curiga. Sudah waktunya untuk pindah. Touko dan Isshiki-kun, kalian masuklah ke mobil kotak dan mengawasi. Aku dan Ishida-kun akan naik mobil ini untuk mengisi bensin dan ke kamar mandi."
"Apa boleh buat."
Touko-senpai berkata begitu, mengemasi barang bawaannya dan turun.
Aku buru-buru mengikutinya.
Saat keluar, aku berhati-hati dengan sekeliling agar tidak berpapasan dengan Kamokura dan Karen.
Saat kami keluar dari mobil, Hitomi dengan tenang menyalakan minivan.
Kami buru-buru pindah ke mobil kotak.
Jendela kursi belakang mobil ditutupi dengan film riben hitam untuk terhindar dari sinar ultraviolet.
Kami duduk di kursi belakang sehingga mereka tidak bisa melihat kami dari luar.
Saat ini, matahari telah terbenam dan daerah sekitar sudah gelap, jadi mereka tidak akan bisa melihat bagian dalam mobil dari luar, tapi kami tetap duduk di belakang untuk berjaga-jaga.
Ketika hanya kami berdua, entah bagaimana, kami tidak melakukan percakapan apa pun.
Bagiku, ada banyak hal yang sangat ingin aku ketahui, dengar, dan tanyakan.
Aku melirik ke samping ke arah Touko-senpai.
Dia sepertinya tidak peduli padaku, dan dengan seksama memperhatikan jalan di sekitarnya.
Touko-senpai adalah orang yang benar-benar fokus, atau lebih tepatnya, terpusat pada satu hal.
Bahkan sekarang, dia mungkin lebih fokus pada tujuan untuk menangkap adegan perselingkuhan daripada kenyataan bahwa pacarnya berselingkuh.
Saat aku sedang memikirkan hal itu.
"Mereka datang!"
Touko-senpai berteriak kecil.