"Cerita Sebelumnya"
Yuu dan Touko tidak dapat menangkap perselingkuhan Kamokura Tetsuya dan Mitsumoto Karen.
Mereka meminta sahabat mereka, Ishida Yota dan Kano Kazumi, untuk membantu mereka, tapi tidak berhasil.
Jadi, Yuu mencoba menelepon saat Karen dan Kamokura sedang berselingkuh.
Hal ini membuat Karen marah dan...
***
"Yah, itu buruk."
Touko-senpai meletakkan tinju ke dagunya dan memasang ekspresi muram.
Hari ini adalah hari Selasa.
Saat itulah, aku memberitahunya soal teleponan yang aku lakukan dengan Karen semalam.
Kami sekarang sedang berkumpul di kafe yang jauh dari universitas.
Selain aku dan Touko-senpai, sahabatku Ishida Youta dan sahabat Touko-senpai Hitomi Kano, ada bersama kami.
Ini pertama kalinya kami berempat bertemu.
Kami memutuskan mengadakan rapat strategi guna menangkap 'adegan perselingkuhan antara Kamokura-senpai dan Karen' ke depannya.
Aku dan Ishida bertemu Hitomi Kano untuk pertama kalinya.
Hitomi terlihat seperti wanita cantik biasa yang rambutnya dicat coklat terang.
Ngomong-ngomong, Ishida berada di perkumpulan yang sama denganku, Touko-senpai, dan Kamokura, jadi kami bertiga sudah saling mengenal.
"Sudah kuduga begitu…"
Ucapku dengan suram.
Percakapan telepon itu dapat digambarkan sebagai 'percakapan antara pasangan tepat sebelum mereka putus'.
"Itu buruk karena Karen-san berkata, 'Kau tidak perlu meneleponku setiap hari'. Itu membuatnya sadar bahwa Isshiki-kun bukan lagi prioritas dalam hidupnya."
Mendengar ini, Hitomi melepaskan sedotan es kopi yang dia minum dari mulutnya. Melihatku.
"Touko benar. Kalau begitu, wanita itu sedang dalam mood 'Pria ini menyebalkan. Aku sudah muak.' Jika kau melakukan sesuatu yang kau tidak ingin pacarmu tahu dan dia bertanya padamu soal hal itu, jawaban yang umum adalah, 'Aku sedang tidur,' 'Kepalaku sakit,' atau 'Aku sudah mengantuk.'"
"Maaf. Aku bertindak mendahului dan membuat panggilan yang tidak perlu..."
Saat aku menundukkan kepala, Ishida berkata padaku seolah melindungiku.
"Tidak, kurasa kamu tidak punya pilihan lain, kawan. Jika pacarmu menelepon dan kamu tidak mengangkat, bukankah menanyakan 'kamu sedang apa?' adalah hal yang wajar?"
"Benar. Dia mungkin akan berpikir ada yang tidak wajar kalau kau tidak menanyakan apa pun soal itu."
Touko-senpai juga setuju dengan hal itu.
Tapi, dia segera mengatakan poin berikutnya.
"Tapi mulai sekarang, kau benar-benar harus berhenti menghubungi Karen-san ketika kau berpikir kalau dia sedang bersama Tetsuya. Terlepas dari apakah itu selingkuh atau yang lainnya, wanita merasa cukup jengkel ketika pacar mereka menghubungi mereka ketika mereka bersama pria lain."
"Aku mengerti."
"Karena tujuan kita adalah 'untuk mencampakkan mereka ketika mereka tergila-gila pada kita.' Kau sekarang harus menahan diri untuk tidak melakukan apa pun yang akan membuat perasaan Karen-san padamu menghilang."
Aku tidak bisa balik berkata-kata.
Tapi, ketika kalian memikirkannya dengan tenang, bukankah cukup sulit untuk mendapatkan perasaan seseorang kembali setelah dia hampir meninggalkanmu?
"Nah~, yang itu sudah cukup. Itu bukan topik pembicaraan hari ini, kan? Hari ini soal menangkap adegan perselingkuhan antara Kamo-cabul dan si j*l*ng, kan?"
Hitomi mengatakan itu dengan enteng, mungkin untuk merubah suasana.
Tapi, hanya Ishida yang menertawakan kata 'Kamo-cabul' itu.
Touko-senpai berkata dengan ekspresi frustasi.
"Benar. Metode yang telah kita gunakan sejauh ini tampaknya tidak membuahkan hasil apa pun. Dan juga, sepertinya Tetsuya dan Karen-san datang ke stasiun tempat mereka akan bertemu secara terpisah. Kalau begitu, untuk memantau mereka di stasiun, kita perlu menempatkan dua orang di tempat yang sama. Ada tiga pintu keluar di stasiun Nippori, jadi kita perlu enam orang."
Kemudian Ishida menatapku.
"Aku juga berpikir begitu setelah kegagalanku yang terakhir. Jadi, bagaimana kalau kita meminta adikku untuk ikut membantu?"
"Adikmu? Maksudmu Meika-chan?"
Adik perempuan Ishida, Meika, adalah siswi SMA kelas dua di Sekolah Putri swasta di Ichikawa.
Meskipun kakaknya, Ishida, berpenampilan kasar, wajah Meika-chan sangat imut.
Dia dekat dengan kakaknya, dan kami pernah bermain bersama beberapa kali.
"Benar. Ketika Meika mendengar soal hal ini, dia berkata, 'Aku tidak bisa memaafkan si Kamokura itu! Aku juga akan membantu!'"
"Woyyy! Kau memberi tahu Meika-chan?"
Aku sangat terkejut hingga aku berteriak.
"Tidak, aku tidak menceritakannya sendiri. Aku berada di ruang tamu ketika kamu meneleponku beberapa hari yang lalu. Dan aku tidak sadar kalau adikku sedang tiduran di sofa. Karena itulah, Meika mendengar seluruh ceritanya."
"Kau ini…"
Aku refleks memegang kepalaku.
Setalah itu, Touko-senpai berkata dengan tegas.
"Aku menolak ide itu. Kalau dia adik Ishida-kun, berarti dia masih SMA, kan?"
"Benar. Dia kelas dua SMA."
"Bagaimana bisa kau membiarkan gadis sepertinya berjalan sendirian di kawasan love hotel? Apalagi saat malam hari. Jelas tidak bisa."
"Begitu, ya. Meika sangat antusias untuk membantu bersama temannya."
Ishida terlihat sedikit kecewa.
"Ishida, aku senang kamu merasa seperti itu, tapi Touko-senpai benar. Kamu tidak bisa menempatkan Meika-chan dalam situasi berbahaya seperti itu."
Saat aku mengatakan itu, kali ini Hitomi membuka mulutnya.
"Touko, sudah saatnya kau memberitahu rencanamu selanjutnya. Kau sudah selesai dengan rencana 'mengawasi stasiun', kan?"
""Rencana Selanjutnya?""
Aku dan Ishida bertanya balik secara bersamaan.