Luca terdiam sebentar ketika merasakan ada yang memaksa masuk di barier yang dia buat, tapi detik berikutnya dia memutuskan untuk mengabaikan hal tersebut dan memilih untuk tetap bersandar di pohon itu.
Berdasarkan dari dorongan yang memaksa masuk, itu terasa seperti binatang buas yang mencoba untuk masuk.
Namun detik berikutnya Luca terperanjat begitu barier tersebut langsung pecah.
"Apa yang terjadi?" pikir Luca yang bingung. Dia buru-buru langsung turun dari pohon itu dan pergi ke tempat di mana bariernya berada.
Begitu Luca tiba di sana, dia bisa melihat seorang pria yang tingginya tidak jauh berbeda darinya dengan rambut putih pendek yang mirip seperti dirinya.
Wajah itu terasa familiar.
"Kakak," ucap Luca yang mengenali wajah itu. Dia adalah Leonardo, kakaknya.
Dahi Luca berkerut ketika melihat wajah kakaknya. Dia benar-benar bingung saat ini.
Sejak Katherine memutuskan untuk menikah dengan manusia, Luca bisa merasakan kekhawatiran Katherine mengenai keluarganya. Maka dari itu, Luca berusaha menghubungi kakaknya secara diam-diam untuk mengetahui cara agar Katherine bisa keluar dari keluarganya.
Ketika balasan yang Luca terima bahwa Katherine bisa datang dan membicarakannya, Luca sedikit ragu akan hal itu. Tidak mungkin Katherine yang selama ini dikejar oleh keluarnya akan bisa keluar dengan hanya sebuah pembicaraan. Tapi Leonardo meyakinkan Luca bahwa sekarang keluarga Katherine sudah berbeda. Mama mereka sudah berbeda.
Luca yang awalnya sedikit ragu akhirnya percaya dengan kata-kata Leonardo. Lagipula tidak mungkin kakaknya itu akan membohonginya ketika dia meminta tolong seperti ini.
Jadi ketika Katherine memutuskan untuk mengakhiri semuanya dengan keluarganya, Luca memberikan saran seperti itu. Jika memang semuanya bisa dibicarakan secara baik-baik, maka nona Katherine tidak perlu bertarung dan terluka, kan?
Tapi kenapa kakaknya berada di sini? Bagaimana dengan nona Katherine?
"Luca," ucap Leonardo dengan pelan.
Luca yang baru saja ingin membuka mulutnya untuk menanyakan alasan kakaknya berada di sini, segera mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya ketika dia merasakan ada sesuatu yang datang dengan cepat ke arahnya. Dia buru-buru merapalkan sebuah mantra.
"Ohh… lumayan juga. Penyihir kecil ini berhasil menghindar dari serangan ku," ucap seseorang yang terpantul ke belakang karena mantra bertahan yang dibuat oleh Luca. Dia sudah percaya diri dengan serangan kejutan darinya akan langsung menghabisi Luca, tapi sepertinya penyihir kecil itu memiliki beberapa trik yang dia sembunyikan.
"Christine?!"
Luca kali ini benar-benar terkejut. Pupil matanya yang berwarna hazel terbuka dengan lebar.
Kenapa kakaknya datang kemari bersama dengan Christine? Bukankah nona Katherine pergi menemui mereka? Tapi kenapa mereka berada di sini?
"Di mana nona Katherine?!" tanya Luca yang kini menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia kini menatap mereka dengan waspada dan bersiap untuk bertarung.
"Nah, bertarung dengan penyihir itu sangat merepotkan. Leonardo, buat penyihir kecil ini sibuk sementara aku mengerjakan tugasku," ucap Christine kemudian langsung segera pergi berlari ke depan.
Berhubung serangan kejutan darinya telah gagal, tidak ada gunanya dia bertarung dengan penyihir kecil itu. Dia tidak memiliki banyak waktu.
"Baik, nona Christine," ucap Leonardo mengangguk mengerti.
Luca sekali lagi terkejut. Apakah kakaknya baru saja memanggil Christine dengan panggilan nona?
Panggilan nona adalah panggilan untuk vampir yang menjadi pemilik mereka. Leonardo adalah salah satu penyihir yang membantu pemimpin vampir untuk melakukan penelitian karena kemampuan dan kecerdasan Leonardo.
Sejak kapan Leonardo menjadi pelayan Christine?
Luca segera menggelengkan kepalanya ketika pikiran itu terlintas di benaknya. Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Dia harus mencari tahu kenapa Leonardo dan Christine datang kemari dan bahkan menyerang.
Jangan-jangan…
Luca langsung berbalik badan ketika melihat arah yang dituju oleh Christine. Wanita itu tadi menyebutkan sesuatu seperti tugas. Melihat ke mana wanita itu pergi, satu-satunya tugas yang dipikirkan hanyalah satu.
Dia mengincar Javier!
Luca buru-buru mengucapkan mantranya untuk segera berpindah di rumah pria itu, berharap Christine tidak lebih dulu sampai ke tempat itu. Namun, konsentrasi Luca langsung segera pecah begitu tanah di sebelah kakinya seperti terbelah seolah-olah diserang oleh sesuatu.
"Tetaplah di sini, Luca," ucap Leonardo.
Luca berbalik dan menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya.
Apakah kakaknya baru saja menyerangnya?
"Kakak… Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Luca yang benar-benar bingung saat ini.
"Semuanya akan baik-baik saja jika kamu tetap di sini. Aku akan membantumu yang menjadi penghianat. Kamu pasti dipaksa oleh Katherine untuk ikut bersamamu kan? Tenang saja, jika nona Christine mengangkatmu sebagai pelayannya, kamu akan dimaafkan," ucap Leonardo berusaha membujuk Luca.
"Nonaku adalah nona Katherine!" ucap Luca dengan kesal.
"Sepertinya kamu salah, kakak. Nona Katherine tidak pernah memaksaku!" lanjutnya.
Yah, selain menyuruhnya untuk melindungi Javier, Katherine tidak pernah menggunakan perintah kepadanya.
"Berhentilah keras kepala dan dengarkan aku, Luca! Aku benar-benar tidak ingin menyerangmu," ucap Leonardo yang kini terdengar putus asa.
Luca tersenyum ketika mendengar hal itu. Sepertinya kakaknya sengaja membuat serangannya tadi meleset. Dari awal kakaknya tidak pernah berniat untuk menyerangnya.
"Maka kamu tidak perlu untuk melakukannya," ucap Luca yang kemudian setelah itu mengucapkan mantranya. Berbeda dengan yang tadi, kali ini dia mengucapkannya lebih cepat dari sebelumnya.
"Sejak kapan anak bodoh itu bisa mengucapkan mantra dengan cepat?" pikir Leonardo ketika melihat Luca yang langsung menghilang dari pandangannya.
Dia lalu mengepalkan kedua tangannya erat-erat karena Luca berhasil kabur darinya.
"Seharusnya aku langsung membunuhnya saja. Hah. Kuharap nona Christine telah menyelesaikan pekerjaannya. Nah, sepertinya aku ikut bergabung saja," pikir Leonardo yang memutuskan untuk ikut bergabung karena Luca berhasil kabur darinya.
***
Luca segera melihat sekelilingnya ketika dia akhirnya tiba di ruang tamu rumah milik Katherine itu. Setelah melihat tidak ada tanda-tanda ada paksaan masuk ke rumah itu. Luca mengeluarkan nafas lega.
"Luca?"
Sebuah suara yang datang dari belakangnya membuat Luca yang baru saja hendak memasang barrier di rumah ini langsung mengumpat dalam hatinya.
"Kenapa manusia rendahan itu sudah bangun?" maki Luca dalam hati. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan Javier sekarang. Padahal dia berniat melakukannya secara diam-diam.
"Apa yang kamu lakukan di situ? Di mana Katherine? Bukannya dia pergi menemuimu?" tanya Javier sekali lagi ketika melihat Luca bergeming dan berusaha mengabaikannya.
Luca akhirnya berbalik dan menatap Javier yang kini sedang duduk di sofa panjang ruang tamu itu. Luca bisa melihat bantal dan selimut juga berada di atas sofa itu.
"Apakah Javier tidur di sofa? Tapi kenapa?" pikir Luca dengan bingung melihat pria itu tidur di sofa di malam pertama pernikahannya.
Meskipun dia awalnya tidak tahu apa itu pernikahan, tapi Luca sudah mempelajarinya ketika Katherine memberitahunya bahwa dia akan menikah. Jadi Luca tahu seharusnya pasangan manusia itu akan tidur bersama.
Melihat sofa yang bahkan tidak bisa menampung tubuh Javier itu, rasanya mustahil dia dan Nona Katherine tidur bersama di tempat itu.
"Katherine…"
Luca tidak sempat melanjutkan kata-katanya ketika merasakan ada sesuatu yang mendekat. Dia buru-buru menghampiri Javier dan kembali merapalkan sebuah mantra.
"Kamu mulai membuatku kesal, penyihir kecil," ucap wanita itu yang kembali terpental ke belakang karena Luca berhasil merapalkan mantranya.
"Christine!" ucap Luca sambil menggertakkan giginya.