Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 6 - Bab 5 Pelarian part 1

Chapter 6 - Bab 5 Pelarian part 1

Jumat subuh..

Suasana begitu hening, dan sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik diantara semak belukar samping rumah dyah. Perlahan lahan langkah kakinya keluar membuka pintu rumah untuk mengamankan barang barangnya yang ternyata dyah sembunyikan di semak pinggir jalan dekat rumah..

Keadaan masih nampak biasa saja, hanya saja dari semalam dyah nampak gelisah dan tidak bisa tidur. Jam 5 seperti ini adalah rutinitas harian dyah sebelum berangkat sekolah, tapi bedanya saat ini dan hari hari kemarin, pekerjaan dyah lebih cepat selesainya ketimbang di hari biasa.

Tak ada yang mencurigakan dari tindak tanduk dyah di pagi ini,selesai semua urusan rumah,, dyah bergegas pamit untuk bersekolah dengan tanpa pengantar. Setengah jam sebelumnya Adi sudah menunggu dyah di perempatan jalan rumah dyah, dan setibanya dyah di pinggir jalan, dyah langsung mengambil ransel yang dia simpan di antara semak subuh tadi.

Dyahpun menggendong ranselnya dan naik keatas motor yang dipakai adi lalu berlalu dari jalan tersebut. Dyah hanya menyimpan secarik kertas yang berisikan kepergiannya kepada orang tuanya yang dia simpan rapih di dalam lemari..

"kemana kita akan pergi?", tanya dyah

"entahlah,, cukup ikuti jalan ini saja", jawab adi bingung

"lalu dyah berkata, kalau tidak ada tujuan begini, bagaimana kalau kita pergi ke desa B, aku punya mantan guru di sekolah sini yang dipindahkan disana, saya sudah menganggap beliau seperti kakak buat saya", ujar dyah

"tapi kalau dia nanti melapor ke orang tuamu,, bagaiman?!", tanya adi ragu

"tidak kok,, aman. beliau sangat bisa dipercaya", jawab dyah meyakinkan

"ok, kita kesana saja. dari pada tidak punya tujuan", ujar adi

Perjalanan menuju desa tersebut harus ditempuh sekitar 6 jam perjalanan,, dengan jalanan yang rusak dan berlubang perjalanan ini terasa sangat melelahkan

untung cuaca saat itu cerah,, jika tidak maka mereka berdua pasti sudah basah kuyup bersama barang mereka karena mereka tidak membawa jas hujan

karena perjalanan ini merupakan kali pertama buat mereka dan jalan juga sangat menambah efek dari keletihn mereka,, akhirnya mereka banyak singgah untuk beristirahat melepas penat hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2.30 sore.

Dirumah dyah....

"sudah mau jam 3,, kok jam segini dyah belum pulang,, ada apa?" tanya ibu dyah pada dirinya sendiri

ibu dyah sudah tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya,

karena dyah tidak pernah pulang lewat dari jam 2.

sang ibu duduk menunggu diteras lalu keluar ke pinggir jalan sambil mondar mandir cemas.

"siapa ditunggu bu dipinggir jalan", jawab ibu wartel tempat biasa dyah menelpon.

"ini bu,, tunggu dyah pulang. tumben tumbennya jam segini belum pulang",ucap ibu menjelaskan

datang pula ibu wiwi tetangga sebelah rumah menghampiri ibu wartel dan ibu dyah..

"kenapa kumpul kumpul ini masih siang begini?,tanya ibu wiwi memecah suasana

"tunggu dyah pulang sekolah bu",jawab sang ibu

"tapi tadi pagi saya lihat dyah bawa tas ransel besar,, dibonceng naik motor seperti mau perjalanan jauh,, karena tasnya penuh sekali saya liat", lanjut ibu wartel

sang ibu mulai gelisah tapi beliau mencoba untuk menenangkan dirinya

"oo iya,, tadi pagi waktu saya mau berangkat ngajar,, ada saya liat disemak semak tas ransel besar ditutupi daun daun kering,, saya berpikir mungkin orang simpan barangnya dan takut dicuri orang jadi dia tutupi begitu", sahut ibu wiwi menjelaskan

"jangan jangan dyah pergi bu",ucap bu wartel dan bu wiwi bersamaan

sang ibu mulai gemetar, tidak bisa mengontrol kegelisahannya...

"ibu sudah periksa kamarnya? lemari pakaiannya dan semua yg ada di dalam kamarnya?", tanya ibu wiwi

sang ibu hanya menggeleng,, mencoba menahan tangis..

"saya pulang dulu bu semua,, ciba cek cek dulu dikamarnya", ucap sang ibu menyudahi

"iye bu,, hati hatiki turun kerumah. apapun hasilnya ibu,, tetaoki tenang nah", ucap ibu wiwi mencoba menenangkan sang ibu

sang ibu hanya mengangguk dan berlalu...

setibanya di rumah,, sang ibu mulai membuka pintu kamar dyah,, membuka lemari buku dyah, "bukunya sedikit sekali", gumamnya dalam hati. lalu sang ibu menuju ke lemari pakaian dyah. dan benar saja, seluruh pakaian dyah kosong dalam lemarinya,tidak ada sama sekali dan sang ibu hanya mendapat secarik kertas yang berisikan permintaan maaf anaknya dan pamitnya anaknya dari rumah.

tubuh sang ibu tiba tiba lemas dan terduduk di tempat tidur sang anak sambil menangis..

lalu sang bapak kaget terbangun dari tidurnya karena mendengar tangisan sang istri..

"kenapa bu?, kenapa menangis?, apa yang terjadi?", tanya sang suami

"anakmu pak,, huuuu huuuu huuuuu", lanjut sang ibu tak kuat menahan tangisannya

"iya,, coba tenangkan dulu dirimu,, tarik nafas lalu hembuskan", ujar sang suami menenangkan istrinya

setelah keadaan sang ibu mulai membaik,, akhirnya beliau berbicara bahwa anaknya telah pergi dari rumah, membawa semua pakaiannya dan hanya meninggalkan secarik kertas berisikan permintaan maaf

"cari anakmu pak,, kemana dia pergi.. nanti anakmu diluar kenapa kenapa,, anakmu belum makan itu pak,, nanti maagnya kumat, nanti dia sakit.. cari cepat pak,, nanti dia kehujanan diluar sana,, cepat pak,, cepat!!!", ucap sang ibu tak berhenti berbicara mengkhawatirkan anaknya

"saya keluar dulu,, coba cari diluar", ucap sang bapak mencoba menenangkan sang ibu

Ditempat yang berbeda...

"kita sudah sampai di desa B", ujar adi kepada dyah

"oh,, iya. Kita dimana sekarang ini?", tanya dyah kembali

"kita berada di depan SMA 1 di desa ini", jawab adi

"kalau begitu,kita masuk sini saja", tambah dyah

"eh,, eh,, mau apa disini?!. kan tidak ada orang di tempat seperti ini,, ini kan sudah masuk maghrib, mana sekolahnya sudah kosong,, kan jadi horor", sahut adi

"tapi kata mantan guruku dulu yang sudah pindah kesini, katanya dia tinggal didalam sekolah ini. ada rumah dinas untuk guru yang tidak punya tempat tinggal atau orang baru di desa ini.. begitu katanya", dyah menjelaskan

"ooo, begitu. ya sudah, ayo kita coba masuk ke belakang sekolah. biasanya rumah dinas berada dibelakang sekolah", sambung adi

Sepeda motornya mereka parkir tepat di halaman sekolah,, dan merekapun mencoba berjalan menyisiri koridor sekolah tersebut.

Suasananya memang agak mencekam yah,, secara kan hari sudah gelap,, suara shalawat masjid sudah mulai terdengar. Wajarlah yah, namanya juga desa yang masih terpencil. Jadi suasana masih sangat sunyi disini.

"luas juga sekolah ini", ucap dyah memecah kesunyian

"iya, namanya juga sekolah yang lokasinya luas, jadi begini deh. kita bisa main bola di tengah lapangan",ujar adi

"iya,, jarak antara kelas kelas benar2 jauh,, tengah lapangannya bisa buat main bola betul yah,, heheheh", kata dyah polos