Sementara di kamar Skay, Yula tampak panik ketika Skay bergerak gelisah dalam tidurnya dan dia tak bisa ia bangunkan. Tak hanya itu, keringat sebesar biji jagung mengalir di pelipis Skay. Tentu saja itu membuat dirinya ketakutan, ia mencoba mengelap keringat yang mengalir di pelipis Skay. Berulang kali ia menepuk pipi Skay berharap perempuan itu bangun.
"Skay, bangun. Aku khawatir sama kamu," ujar Yula resah.
Awalnya Yula ingin mengambil laptop Skay untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi sampai di sini ia melihat keadaan Skay yang seperti ini. Tentu saja ia tak bisa meninggalkan Skay dan berakhir tetap berada di sini. Ia sengaja tak memberitahu kedua orang tua Skay, karena mereka sedang beristirahat. Jadi tak enak jika dirinya mengganggu.
"Maafkan aku Shely, maaf. Aku salah." Skay terus meracau dalam tidurnya dan menetes air mata.