Chereads / Choice Lover / Chapter 22 - Lelaki masa lalu

Chapter 22 - Lelaki masa lalu

Bab 22.

Lepas tengah hari, aku beristirahat untuk meluruskan pinggang. Zahrana sudah terlelap sehabis makan siang dengan semangkuk bubur jagung, yang aku buat sebelum berangkat tadi pagi.

Melly sangat telaten mengurusnya, hingga kenyang belum sempat ku susui. Tak apalah sementara aku dan Melly bisa makan siang sebelum bebyku terbangun.

Aku pesan dua porsi nasi padang di rumah makan minang lewat aplikasi merah berlogo sendok dan garpu. Sedangkan dua karyawanku sudah membawa bekal dari rumah, "untuk menghemat uang pengeluaran," ucap mereka.

Lima belas menit kemudian pesanan datang di antar oleh Bang ojol, aku bayar sesuai aplikasi dan memberikan bintang lima untuknya.

"Bu Mey, mulai besok kita bawa bekal aja, seperti Kak Ayu dan Kak Dina!" saran Melly padaku.

"Iya, kamu masak yang enak, biar menggugah selera saat di makan. Kadang ingin juga sesekali beli makan di luar seperti sekarang," cecarku.

Selesai makan, aku lanjut salat Zuhur bergantian dengan Melly. Untungnya ruang kerja ini lumayan besar, bisa leluasa meletak beby Zahrana di sofa dan aku bisa salat di sampingnya.

"Bu Meysa, ada?" seorang lelaki berdiri di pintu butik, sepertinya aku mengenali suara itu. Ayu menyuruhnya nunggu di kursi tamu.

"Ada tamu yang mencari Ibu!" ucapnya.

"Iya, suruh menunggu sebentar!" sahutku.

Aku bereskan kertas pensil yang berserakan di atas meja lalu merapikannya. Kemudian berjalan keluar menuju ruang tamu butik untuk menemui tamu tersebut. Begitu melihatnya, aku tertegun rasa tak percaya.

Lelaki yang selama ini sudah menorehkan luka dan meninggalkan aku begitu saja tanpa ada kabar. Sekarang berdiri di hadapanku sambil tersenyum.

"Meysa ... apa kabar?" sapanya sambil mengulurkan tangan.

"Baik," jawabku tak menyambut uluran tangannya.

"Ada apa mencariku?"

"Aku tak di persilakan duduk, nih?" tanyanya.

"Silakan duduk," ucapku ketus.

"Aku ingin minta maaf, karena telah pergi meninggalkanmu tanpa sebab. Aku sangat menyesal, terbujuk hasutan dari keluarga. Semua yang mereka katakan ternyata tidak benar, kamu tak pernah selingkuh dariku."

"Sudah lah, gak perlu di bahas lagi. Kita sudah punya kehidupan sendiri. Aku sudah bahagia dan menemukan orang yang benar-benar mencintaiku, bisa menerima aku dan keluarga apa adanya."

Dia Bayu, kekasih lama sewaktu masa SMA dulu. Ia lebih mendengarkan ucapan keluarganya dari pada memperjuangkan cintanya padaku. Mereka tau keluargaku sedang kesusahan, usaha terancam bangkrut dan ia lebih memilih pergi bukannya memberi suport.

Susah payah aku bangkit dari keterpurukan ini, hingga berhasil move on darinya. Sekarang aku tak mau lagi mengingat masa pahit itu.

Karena aku kurang menyambutnya dengan baik, Bayu pun sadar diri. Sekali lagi ia mengucapkan maaf padaku, lalu berpamitan, meninggalkan aku yang termenung sendirian di ruang tamu butik.

Tak lama Melly keluar dari ruang kerja sambil menggendong beby Zahrana, ia terbangun merengek minta di susui. ku raih ia dari pangku Melly sambil memandang wajah polosnya. Hidupku kini lebih berwarna karena sudah memiliki seorang anak dari suami yang mencintaiku.

********

Setelah Bayu pergi, aku masih duduk termenung di ruang kerja. Seakan tak punya hati, bisa-bisanya ia datang mencari dan minta maaf padaku. Memang hati manusia ini sangat mudah di bolak-balikkan oleh ucapan dan keadaan.

Susah payah aku bangkit dari keterpurukan ini, setengah putus asa ku terima tawaran orangtua untuk di jodohkan dengan anak temannya. Aku pasrah menerimanya, demi baktiku pada mereka.

Herannya dari mana ia tau, kalau aku punya usaha butik di sini. "Apa ia mendatangi rumah orangtuaku?" nekat juga cowok satu itu. Sudah tau aku kini telah menikah dan punya anak, untuk apalagi datang, kalau minta maaf harusnya bisa lewat telfon saja. Ku raih hape niatnya ingin menelfon Mama. Pasti ia dapat info dari mereka, pikirku.

["Assalamu'alaikum, Ma,"] ucapku.

["Wa'alaikumsalam, Mey,"] terdengar sahutan dari seberang telfon.

["Mama sehatkan?"] tanyaku.

["Alhamdulillah, Mey! Beby Zahrana mana, sedang apa?"]

["Sedang tidur, Ma! Sekarang Mey sudah masuk butik lagi, sambil bawa beby dan pengasuhnya,"] jelasku.

["Oh, iya ... syukurlah kalian sehat, sudah beraktifitas lagi. Mama mau bilang, kalau mantan kamu si Bayu itu kemarin datang bertamu ke sini,"] ucapnya.

["Terus Mama beri tau alamat butik Mey?"] kesalku.

["Mana ada Mama beri tau, mungkin ia cari tau sendiri. Ia datang hanya minta maaf, dan pesan ke Mama untuk menyampaikannya ke kamu,"] cecar Mama.

["Pasti Bayu menemui kamu di butik, ya?"] tebaknya.

["Hmm ... iya,"] aku mendengus kesal.

["Lain x kalau dia datang atau nanya lagi, bilang aja gak tau ya, Ma!"] Pintaku.

["Iya-iya, kamu jaga kesehatan, ya,"] ucap Mama.

["Sama-sama, Mama juga, ya."] Setelah mengucapkan salam, aku mengakhiri pembicaraan di telfon.

Ku lirik jam di hape sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Gegas ku bereskan semua alat tulis di atas meja. Dan Melly merapikan semua perlengkapan beby Zahrana.

Sudah waktunya pulang, aku sudah berjanji ke Mas Harry untuk menutup butik lebih cepat dari biasanya. Karena bekerja sambil membawa anak, ia tak mau aku dan beby ini sampai kelelahan.

*******

Derrt ... derrt ... derrt

Hapeku bergetar di dalam tas, ku buka resletingnya ada panggilan tulisannya dari my husband.

["Assalamu'alaikum, Mas,"] ucapku.

["Wa'alaikumsalam,"Mey. Setengah jam lagi Mas jemput, ya!"]

["Loh, kan udah ada supir yang jemput kami, Mas!"] Protesku.

["Enggak masalah, supirnya sudah Mas suruh pulang duluan,"] sahutnya santai.

["Kok seperti itu?"] tanyaku bingung.

["Its oke, santai saja. Mas cuma kangen sama kamu dan beby Zahrana,"] jawabnya sambil terkekeh.

["Oh, gitu. Kirain ada sesuatu hal,"] sahutku.

["Aku tunggu ya, Mas."]

["Oke, honey!"] Suamiku menutup telfonnya.

Semua perlengkapan bebyku sudah masuk ke dalam tas, Zahrana duduk santai di strollernya sambil menunggu jemputan dari papanya. Sesekali ia mengeluarkan celoteh yang membuat aku dan Melly tersenyum. Hapeku bergetar lagi, ku lirik sekilat ada chat masuk dari nomor yang tak di kenal. Ahh, abaikan saja nanti sampai di rumah baru aku periksa, pikirku.

Tiiin ... tiiin ... tiiin

"Nah itu suara klakson mobil papa, Nak," ucapku ke beby Zahrana.

Setelah Ayu dan Dina menutup pintu butik, dan menguncinya dengan benar, baru mereka ku izinkan pulang. Melly mendorong stroller sampai ke pintu mobil, Mas Harry turun lalu membukakan pintu untukku, lalu menggendong Zahrana dan memberikan padaku.

Melly memasukkan tas dan stroller ke bagasi mobil. Setelah itu masuk ke dalam mobil duduk di kursi bagian tengah. Aku duduk di samping Mas Harry sambil memangku Zahrana.

"Kalian masih fit kan?" tanya suamiku.

"Emangnya kenapa Mas?" sahutku.

"Kita keliling dulu, jalan-jalan sore sambil mencari camilan," jelasnya.

"Oh, gitu," ucapku tersenyum sambil melirik Melly yang tengah asik bermain hape.

Bersambung ....