Chereads / Choice Lover / Chapter 23 - Cemburu

Chapter 23 - Cemburu

Bab 23.

Dari tadi hapeku tak berhenti bergetar, nomor tak di kenal itu chat terus. Sengaja tak ku baca, malas aja, paling teman di grup yang sedang kurang kerjaan, pikirku. Nomor hape teman cowok tak ada yang ku simpan, hanya ada di grup saja.

Tak ingin ribet aja karena lelaki mana pun pasti tak suka melihat istrinya menyimpan nomor lelaki lain. Walau pun teman, mereka pastilah keberatan sama juga sepertiku, jadi saling percaya sajalah.

Sudah setengah jam Mas Harry membawa kami berkeliling kota, ujung-ujungnya singgah di *cafe cinta* juga. Tempat paforit yang penuh kenangan. Kali ini berbeda, dulu hanya berdua sekarang kami datang membawa beby Zahrana.

Mas Harry suka sekali menyetir sambil menggenggam tanganku dan menciumnya. Melly yang dari tadi melihat adegan romantis kami di mobil hanya tersenyum dan tertunduk malu.

Memang susah kalo sudah jadi kang bucin akut, di mana aja mau nya romantisan melulu. Kadang gerah juga, di perlakukan seperti itu, apalagi di depan anak Mas Harry yang sudah remaja.

Takut mereka cemburu, kan tak tau dalam hati mereka, sejauh ini sih Mas Harry masih tetap perhatian terhadap mereka.

"Kalian mau makan apa?" tanya suamiku.

"Sebentar ya, aku lihat menunya dulu,"

sahutku.

Aku dan Melly melihat beberapa menu yang menggugah selera, mata kami tertuju pada menu bakso beranak porsi jumbo dan mie ayam bakso mercon yang pedasnya poll.

Begitu aku tunjukan menu ini ke Mas Harry, ia langsung memperingatkan aku.

"Ingat Sayang, kamu sedang menyusui, tak boleh makan yang pedas juga minum yang terlalu dingin!" Ucapnya mengingatkanku.

"Oh-iya, aku lupa," sahutku sambil menepuk jidat ini. Sedangkan Melly bebas memilih menu apa saja yang penting jangan terlalu pedas, nanti asam lambungnya bisa kumat.

"Ya-sudah, kami berdua pilih mie ayam jumbo plus bakso beranak dan dua gelas orange jus hangat."

"Mas sendiri pilih menu yang mana?"

"Sama persis dengan menu kamu, Sayang!"

Halah ... halahhh, aku menepuk jidat lagi melihat kebucinannya.

Lima belas menit kemudian, pesanan kami pun datang. Beby Zahrana masih duduk di pangkuanku, Melly berinisiatif untuk mengeluarkan stroller agar aku bisa makan dengan leluasa.

Lalu ia memindahkan bebyku ke kursi santainya, sambil memberikan mainan bebek-an. Ia sedang tak rewel jadi kami bisa makan dengan santai.

********

Hape tergeletak di atas meja, sebelah tasku. Karena fokus menikmati menu hidangan, jadi tak ku perhatikan kalau Mas Harry melirik ke hape ini. Di layar tertera tulisan chat dari aplikasi berwarna hijau.

Sepertinya ia membaca tulisan itu, sementara aku masih asik menikmati makanan paforit ini, tanpa ada yang menganggu.

Tangannya langsung meraih hapeku dan membuka sandinya. Ia membaca isi chat itu sambil menautkan kedua alisnya. Lalu bertanya padaku.

"Nomor siapa ini, kenapa banyak sekali ucapan maafnya?" Aku langsung melihat ke layar hape.

"Itu nomor yang tak ku kenal," jawabku.

"Terus kenapa dia bisa tahu nomor kamu?" tanya lagi.

Aku terdiam tak bisa menjawab, lalu meraih hape dari tangan Mas Harry dan membaca semua isi chat yang di kirim ke nomorku. Sepertinya ini kerjaan si Bayu, lelaki itu bisa mendapatkan nomor hapeku.

Akan tetapi siapa yang memberikannya. Tadi siang Mama bilang tak ada memberi info apapun padanya. Ya, Allah, apa yang harus ku katakan pada Mas Bayu? Ia masih menunggu penjelasanku.

Langsung saja aku telfon kembali nomor yang tertera di hape ini, terdengar suara dari sebrang dan benar itu suara Bayu.

"Kamu jangan chat, apalagi coba-coba menghubungi aku lagi. Hubungan kita sudah selesai, jangan harap aku mau memberi perhatian lagi ke kamu ... cam kan itu!" Hape langsung ku matikan dan nomornya segera ku blokir dan menghapusnya dari riwayat panggilan tak terjawab.

Mas Harry dan Melly terdiam mendengarkan perkataanku. Sangking kesalnya hape ku lemparkan ke dalam tas dan menangis senggugukan.

Melly mendekat dan coba menenangkan dengan mengusap punggungku. Mas Harry masih kelihatan bingung dengan kejadian ini.

Suasana sore yang romantis ini berubah tegang, karena ulah lelaki di masa laluku. Wajah Mas Harry masih di tekuk, saat mengajak kami pulang.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, aku pun tak banyak bicara, karena suasana hati sedang tidak nyaman. Beby Zahrana di pangku oleh Melly, ia tengah asik berceloteh duduk bersandar di kursi mobil.

Sepertinya suamiku sedang cemburu berat, dari tadi ia hanya diam saja tak mengajakku bicara sedikit pun, hanya alunan musik yang memecah kekakuan di antara kami berdua. Tiba-tiba ia meraih dan menggenggam tangan ini dan mengusap sisa air mata di pipiku.

*Kau sepertiii nyanyian dalam hatiku yang memanggil rindu padamu*

*Seperti udara yang ku hela, kau selalu ada*

Sepenggal lagu dari penyanyi Once yang berjudul Dealova, mampu menentramkan hati yang sedang kecewa.

*********

Sesampainya di rumah hari mulai Magrib, turun dari mobil langsung ku gendong beby Zahrana, sedangkan Melly dan suamiku menurunkan semua perlengkapan bayi dari dalam bagasi mobil.

"Assalamu'alaikum, Nak," ucapku pada Mona yang berdiri di depan pintu.

"Wa'alaikumsalam, Bunda," jawab Mona.

"Ikut Bunda ke kamar atas yuk, Nak!" Ajakku.

Pintu kamar ku buka lalu meletakkan bayi mungil ini di dalam ayunan boxnya, Mona duduk di sebelah ranjang sambil menjaga beby Zahrana.

Karena dari tadi perut ini mulasnya minta ampun, akibat kekenyangan.

Setelah buang hajat, langsung saja mandi membersihkan diri untuk menunaikan salat tiga rakaat.

Begitu keluar dari kamar mandi, ku lihat Mona sudah tak ada di dalam kamar. Sedang beby Zahrana pun tak ada dalam ayunannya.

Ku angkat wajah hendak memanggil Mona, eeeh ... ternyata Mas Harry masuk ke kamar sambil menggendong beby Zahrana, aku menarik nafas lega, dan langsung berpakaian selanjutnya kami bergantian untuk salat Magrib.

Kekakuan masih melanda kami berdua, seolah mengerti, beby mungil ini memancing senyum kami berdua, dengan mengoceh sambil menyemburkan air liur, kena wajahnya sendiri, ia bermain sendiri di atas ranjang, habis itu merengek. Minta di perhatikan oleh Bunda dan papanya.

"Anak Bunda sudah pintar, mulai belajar bicara ini," bujukku sambil menggendongnya.

"Kok anak Bunda aja sih, jadi papanya gak di anggap nih, kan punya peranan penting dalam memprosesnya," ledek suamiku.

"Hmm ...," aku memanyunkan bibir ke arahnya.

Beby Zahrana hendak berganti baju, jadi harus di lap tubuhnya dengan air hangat. Agar nyenyak tidurnya di malam hari. Ku ambil segayung air hangat di kamar mandi, untungnya air shower mempunya dua suhu lalu ku campur kedua air tersebut, hingga terasa hangat.

Mas Harry dengan telaten membuka bajunya, sambil bernyanyi kecil hingga beby mungilku tak menangis di tinggal bundanya sebentar.

Melihat bundanya datang, beby Zahrana melonjakkan kakinya kesenangan. Suamiku langsung protes, "tau aja harum tubuh bundanya, kamu langsung buat papa cemburu deh, di perhatiin terus!" Aku senyum sendiri mendengar ucapannya.

Setelah berganti pakaian tidur, beby Zahrana aku susui sambil berbaring. Mas Harry duduk di samping ranjang. Sambil memperhatikan kami berdua.

Aku setengah tertidur karena kelelahan seharian di butik bekerja sambil membawa beby mungil ini. Terasa hangat ketika tanganku di genggam oleh Mas Harry.

Lalu membuka mata yang setengah ngantuk.

"Mas, mau di temani makan?" tanyaku.

"Iya," jawabnya.

"Tunggu sebentar ya, udah mulai tertidur beby Za ini,'' ucapku.

Perlahan ku lepaskan susuannya, dan turun dari ranjang dengan pelan sekali, agar ia tak terbangun. Lalu merapikan rambut ini di depan cermin. Mas Harry memeluk pinggang ku dari belakang, sambil berkata, "udah cantik, kok! Gak usah di poles lagi," pujinya.

Bersambung ....