Kegundahan nya membuat ia melangkah kaki mendekat ke ruangan dimana sang istri berada.
Damar masuk ke ruangan itu, melihat Kania yang sudah membuka mata, membuatnya langsung bergegas menghampiri istrinya itu. "Sayang, apa kamu bangun!" Damar memegang pipi istrinya yang kini menatapnya.
"Sayang, apakah aku membuatmu khawatir?" lirih Kania.
Danar mengangguk, ia menangis tak kuat menahan air mata di pelupuk matanya.
"Putri kita sungguh cantik, kamu memberikan nama yang mana padanya?" tanya Kania, ia memang sudah menulis beberapa nama untuknya.
"Khaira, aku memberinya nama Khaira putri pratama, dia putri kita yang cantik dan kuat, dan dia memang sangat kuat," jelas Damar.
Kania mengangguk senang, ia menyunggingkan senyumnya pada sang suami. Melihat itu Dimas memilih keluar dari ruangan itu, melihat Damar sudah membuatnya muak seketika.
Kania istirahat kembali, Damar tetap duduk disampingnya, ia menatap wajah istrinya dan anaknya bergantian.