Chereads / My Imagine / Chapter 16 - Rizhan Kembali Membunuh

Chapter 16 - Rizhan Kembali Membunuh

Herra kembali ke perusahaan setelah melakukan pertemuan dengan klien. Hatinya masih agak tidak tenang saat ini karena memikirkan kejadian di kafe itu. Ia tak menyangka jika ia bakal mendapatkan klien yang begitu kurang ajar seperti pria itu. Herra berusaha mengendalikan dirinya untuk bersikap normal. Tuan Rayan itu benar-benar pria yang mesum!

Namun, Herra dilanda kebingungan saat masuk dalam perusahaan. Ia merasakan perasaan deja vu. Para karyawan di perusahaan Volker Group seperti membicarakannya kembali. Herra sedikit merasa risih karena tatapan mereka yang begitu sinis. Apa lagi yang ia perbuat sampai para karyawan itu menatapnya dengan penuh kebencian? Tapi Herra berusaha menampiknya. Karena tujuannya datang ke perusahaan adalah untuk bekerja bukan untuk mengurusi pembicaraan para karyawan yang akan membuatnya naik pitam. Ia akan mencoba untuk bersabar kalo ini.

Herra masuk dalam ruangannya dan menaruh tasnya di atas meja. Herra menghela napa kasar dan memijat keningnya yang berdenyut. Semakin lama orang-orang di perusahaan semakin memusuhinya. Padahal Herra tidak melakukan kejahatan apa pun. Kenapa mereka harus bersikap seperti itu pada Herra? Herra masuk ke dalam perusahaan Volker Group dengan keadaan yang jujur dan tak menggunakan cara licik apa pun yang banyak dirumorkan tentangnya. Para karyawan itu mungkin sudah buta akan sebuah kebenaran yang sesungguhnya.

Tiba-tiba saja Herra merasakan ingin buang air kecil. Ia segera beranjak menuju ke toilet. Buru-buru Herra membuka pintu toilet setelah sampai di dalam. Wajahnya langsung berubah lega saat hajatnya telah tersampaikan. Baru akan keluar dari dalam toilet, ia mendengar suara dua orang wanita yang masuk dalam toilet. Bukan itu yang membuat Herra berhenti. Melainkan saat dua orang wanita itu menyebutkan namanya. Membuatnya lebih memilih untuk tidak keluar dan mendengarkan pembicaraan dua wanita itu. Ia cukup penasaran dengan pembicaraan dua wanita itu tentang dirinya.

"Emang enggak bener yah tuh cewek. Baru kerja di sini udah buat banyak malapetaka. Pertama pak Hendry. Sekarang klien kita yang dia tangani," ucapnya dengan nada sinis.

"Kau benar. Bener-bener cewek pembawa sial. Masa dia baru bertemu dengan Tuan Rayan, eh malah langsung kecelakaan Tuan Rayan. Aneh ya," ucap wanita satunya lagi.

'deg'

Seketika Herra terkejut setengah mati setelah mendengar hal itu. Bagaimana bisa klien-nya itu tiba-tiba kecelakaan saat baru saja bertemu dengannya? Herra menjadi dibuat bingung dengan situasi itu. Ia merasakan perasaan yang sama saat Hendry, teman perusahaannya itu mengajaknya berkenalan. Hendry juga mengalami hal sama. Kecelakaan saat bertemu pertama kali dengannya. Kenapa semua ini terasa sangat kebetulan? Apa yang sebenarnya telah terjadi?

"Tapi masih mending tau. Pak Hendry masih bisa selamat. Emang sih masih perlu perawatan di rumah sakit. Tapi ini, Tuan Rayan malah langsung meninggal gara-gara kecelakaan itu," ucapnya dengan nada penuh penekanan.

"Yang bener?! Kok bisa sampai meninggal?!" pekiknya

Herra semakin menempelkan telinganya untuk mendengar pembicaraan kedua wanita itu. Rasa penasaran semakin ada di dalam dirinya saat ini.

"Dia meninggal karena mobilnya tertabrak oleh truk hingga terpental. Yang kudenger sih gitu," jelasnya

Herra menutup mulutnya karena terkejut. Tangannya gemetar karena takut. Entah kenapa perasaan bersalah langsung muncul di hatinya padahal kecelakaan itu tidak sangkut pautnya dengan dirinya. Kenapa itu bisa terjadi?

"Makanya aku dari awal udah enggak sreg sama tuh cewek. Tampangnya aja yang cantik. Tapi hatinya itu busuk," hinanya dengan jelas.

"Bener. Palingan masuk ke sini lewat jalur belakang. Parah-parahnya lagi pake dukun. Haha"

"Iyah bener. Haha"

'brak'

Herra membanting pintu toilet hingga membuat kedua wanita itu terkejut. Herra menatap tajam pada wajah kedua wanita itu. Cukup sudah! Dua wanita itu sudah cukup menghina dirinya saat ini.

"Kalian jangan asal bicara yah. Aku enggak seperti yang kalian pikirkan. Kalau kalian punya masalah denganku, lebih baik bicarakan di depanku. Jangan kayak maling yang cuma bicarain di belakang," geram Herra

"Heh, emang kenapa? Masalah gitu. Kan kau itu emang kayak gitu. Asal kau tau, enggak ada yang mendekatimu karena kau itu pembawa sial. Semua orang yang mendekatimu malah langsung celaka. Cih"

"Kalian jangan melimpahkan masalah itu padaku. Siapa tau itu cuma kebetulan. Aku enggak pernah buat orang celaka," kilah Herra

"Hei, sadar dong. Udah dua orang kau buat celaka. Yang satu masuk rumah sakit, yang satu lagi meninggal. Ngaku aja deh, kau masuk ke sini karena lewat dukun kan"

'plak'

Herra langsung menampar wajah salah satu wanita tersebut. Herra sudah tidak tahan dengan hinaan dua wanita itu. Jangan pernah menguji ketaatannya pada agamanya. Ia paling benci hal itu.

"Kau asal ngomong. Aku masuk ke sini lewat jalur yang baik-baik. Kalau kalian enggak percaya, kalian bisa tanya pada bagian HRD. Kalau perlu ke kepala manajer sekalian. Biar kalian bisa mendapatkan jawaban yang kalian inginkan. Permisi," tukas Herra seraya berlalu dari hadapan dua wanita itu.

"Ihh, ngeselin banget yah tuh cewek. Liat aja, kita harus membalasnya"

"Iyah kau benar"

Herra kembali dalam ruangannya dalam perasaan yang campur aduk. Herra berusaha untuk menahan agar air matanya tidak keluar. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Apa mungkin itu benar kalau aku yang menyebabkan itu semua? Tapi kenapa hal itu bisa terjadi? ~ batin Herra

***

"Kita foto-foto di rooftop yuk"

"Ayuk"

"Ke arah sedikit"

"Ke sini"

"Iyah. Ayo buat pose"

"Cheese"

"AHH!"

"AHHH!!"

'BRUKK'

"Ahh! Apa yang terjadi?!"

"Ayo, cepat panggil ambulans!"

"Ahh! Darahnya banyak sekali. Ayo cepat!"

"Kasihan sekali"

***

Herra keluar dari ruangannya karena sudah waktunya makan siang. Ia akan mencoba menahan tatapan dari orang-orang. Yang penting niat dia itu baik untuk makan bukan untuk mencuri. Terserah mereka mau mengatakan apa padanya.

Namun, Herra dibuat heran dengan para karyawan yang berlarian keluar perusahaan. Herra yang penasaran segera menghentikan salah satu karyawan.

"Permisi, itu ada apa ya? Kok pada lari keluar?" tanya Herra

"Ada orang yang lompat dari atas gedung ini. Saya harus cepat"

Herra langsung terkejut mendengar hal itu. Ia segera mengikuti orang-orang yang berlari keluar. Herra ingin melihat siapa orang yang sudah melompat dari atas gedung yang tinggi ini.

Begitu sampai di sana banyak orang-orang yang berkerumun. Herra pun berusaha untuk menerobos masuk. Detik berikutnya Herra dibuat terkejut hingga sedikit memekik melihat orang yang melompat dari atas gedung itu.

Kenapa mereka? Kenapa harus mereka yang melompat dari atas gedung ini? Kenapa harus dua cewek yang baru saja menindasku? ~ batin Herra

Herra menutup mulutnya tidak percaya. Herra merasa seperti akan mati saja.

To be continued....