Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Ingatan Indigo

Vermillion_ID
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.9k
Views
Synopsis
Titha seorang gadis muda yang terlahir mempunyai kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata. Dia menutupi itu semua dari teman-temannya bahkan keluarganya sendiri. Menjalani kehidupan dengan penuh tantangan bertemu makhluk yang sangat menyeramkan. Hingga akhirnya dia memasuki sekolah SMA dimana banyak kejadian yang membuat teman-temannya tau bahwa Titha mempunyai kemampuan tersebut. Dia dikucilkan, didiskriminasi, dibully sampai membuat dia depresi dan akhirnya mencoba untuk bunuh diri. Simak kisah perjalanan Titha menghadapi semua cobaan yang ada hingga menemukan lingkungan yang menerima dia apa adanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Sekolah baru

Di pagi hari dengan cuaca yang cukup panas, terlihat sekumpulan siswa baru sedang berbaris rapi di lapangan upacara. Hari itu adalah hari sambutan siswa baru untuk mengadakan masa orientasi siswa atau yang biasa di sebut MOS.

Nampak dari mereka belum mengenal satu sama lain, wajar karena mereka baru saja lulus SMP dan itu hari pertama mereka masuk SMA.

Berbeda dengan MOS di sekolah lainnya yang harus memakai berbagai atribut atau semacamnya dalam waktu tiga hari, disekolah itu hanya di lakukan dalam satu hari tanpa atribut, cukup dengan pengenalan sekolah bagi mereka.

Acara di mulai dengan sambutan dari panitia MOS memberikan pengenalan tentang sekolah baru mereka. Kemudian di lanjut dengan sambutan dari kepala sekolah, semuanya berjalan dengan tertib dan lancar.

Salah satu dari mereka adalah Titha yang mengikuti kegiatan MOS hari itu, dia berdiri diantara puluhan siswa baru lainnya. Badannya sedikit gelisah karena berdiri dibawah terik matahari cukup lama. Matanya memperhatikan semua yang ada di dalam sekolah barunya itu.

"Apa lagi ini?" Gumam Titha lirih.

Di pojok lapangan terdapat sebuah pohon ketapang yang cukup besar dan rindang, Titha melihat ada sosok wanita dengan gaun putih yang sedikit lusuh duduk di dahan pohon itu. Rambutnya panjang ke belakang dan terlihat kusut. Poni depannya cukup panjang menutupi bagian matanya. Wajahnya sedikit terlihat pucat pasi, dia duduk sambil mengayunkan kedua kakinya. Titha melihat itu dengan sangat jelas, namun dia tidak merasa takut sudah seperti hal yang biasa baginya.

Kemudian di bawah pohon itu juga terlihat sosok wanita yang berdiri menatap ke arah kumpulan siswa yang sedang MOS. Tatapannya sayu dengan rambut yang sangat berantakan dan gaun putih yang sangat kotor. Dia hanya berdiri memperhatikan semua aktifitas yang berada di depannya.

Titha yang melihat itu hanya bisa diam seolah tidak melihatnya, dia tetap mencoba fokus untuk mengikuti MOS.

Titha memang terlahir dengan kemampuan lebih dari pada anak-anak umumnya, dia bisa melihat hantu dengan sangat jelas bahkan sampai bisa berinteraksi dengannya. Bukan hanya itu, dia juga mampu membaca pikiran orang, namun hal itu tidak pernah dilakukan karena menurutnya itu hal yang tidak baik. Dia juga terkadang mendapatkan mimpi sebuah kejadian yang akan datang, dan benar apa yang dia lihat di mimpi terjadi di dunia nyata. Namum Titha tidak pernah menceritakan hal seperti itu ke siapapun, dia lebih memilih diam. Orang-orang seperti Titha biasanya di sebut sebagai indigo karena mempunyai kemampuan tersebut.

Sekolah baru, kelas baru dan teman baru adalah sebuah tantangan bagi seorang Titha untuk beradaptasi kembali. Bukan hanya teman sekelas maupun satu sekolah, namun semua "penunggu" yang berada di sekitar area sekolah. Titha sendiri sudah melihat banyak sosok sejak dia masuk melewati pintu gerbang utamanya, namun karena sudah terbiasa dia tetap cuek melihatnya.

***

Upacara sambutan siswa baru akhirnya selesai, Titha merasa lega karena dia tidak tahan dengan teriknya panas di pagi menjelang siang hari itu. Pembagian kelaspun sudah di lakukan, Titha masuk ke kelas 1A dengan jurusan IPA karena Titha cukup tertarik mempelajari tentang lingkungan dan makluk hidup.

Titha dan siswa lainnya yang masuk kelas yang sama, berjalan menuju kelas yang baru saja di tunjukan.

Dia berjalan mengikutinya dengan santai walaupun belum mengenal anak-anak lainnya. Sesampainya di kelas ada sesuatu yang membuat Titha terkejut. Dipojok ruangan berdiri sosok tinggi yang sangat menyeramkan, badannya kurus dan kering. Jari-jarinya terlihat sangat panjang dengan bentuk aneh seperti ranting. Rambutnya panjang dan terlihat kaku seperti ijuk. Wajahnya kurus dan kering sehingga terlihat hanya ada kulit dan tulang.

Titha sedikit takut melihat sosok yang satu ini, dia pertama kalinya melihat sosok seperti itu. Namun Titha tetap bersikap seperti biasa dan mencoba untuk mengabaikannya walaupun sebenarnya dia cukup takut.

Titha berjalan mencari meja untuk tempat duduknya, dia memilih meja yang berada di deretan depan meja guru nomor ke tiga dari depan. Dia memang lebih suka kalau duduk di dekat tembok lebih nyaman saja baginya.

"Hey, boleh aku duduk disini." Sapa salah satu yang baru masuk.

"Oh ya tentu." Kata Titha mempersilahkan.

"Namaku Dervi." Kata Dervi sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Titha." Kata Titha menyalami tangan Dervi.

Itu adalah perkenalan pertama Titha di sekolah barunya, Dervi akhirnya menjadi teman sebangkunya.

Mata Titha sangat enggan melihat ke arah pojok kelas, sosok yang dari awal dia lihat masih saja berdiri di sana. Sangat tidak nyaman rasanya kalau dia menoleh sedikit saja ke arah sana. Beruntung sudah ada teman di sebelahnya sehingga sudah ada teman untuk berbicara.

"Kamu dari sekolah mana?" Tanya Dervi.

"Aku dari SMP X." Kata Titha.

"Wahh.. kita tetangga dong. Aku dari SMP Z." Kata Dervi menjelaskan.

"Tidak terlalu jauh ternyata ya." Jawab Titha pendek.

Titha memang tipikal orang yang tidak banyak bicara dengan seseorang yang baru dia kenal, mungkin akan berbeda kalau sudah kenal cukup dekat, terlebih lagi kalau mereka mempunyai hal yang sama-sama disukai itu akan membuat Titha lebih cepat akrab.

Titha terlihat tidak nyaman di ruang kelas barunya, matanya melihat kesana kemari memperhatikan semua yang ada. Dia mencoba menenangkan diri untuk tidak berpikiran aneh siang itu, dia ingin fokus di hari pertamanya di SMA.

Tak berselang lama kemudian guru wali kelas masuk, serentak semua yang ada di dalam kelas diam seketika. Seorang wanita yang sudah tidak muda mungkin sekitar umur 35 tahun dengan kacamata bualt yang dia kenakan. Dia berjalan dengan santai menuju meja guru yang berada di pojok kiri kelas, kemudian dia meletakan buku yang dia bawa. Kembali berjalan ke depan papan tulis berdiri menatap satu per satu murid barunya hari itu.

"Selamat pagi anak-anak." Ucap ibu guru.

"Selamat pagi bu." Jawab serempak semua murid.

"Untuk memulai aktifitas kita pada hari ini alangkah baiknya kita berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, berdo'a di mulai." Ucap ibu guru memimpin do'a.

Serempak semua murid menunduk dan membaca do'a di dalam hati masing-masing.

"Berdo'a Selesai."

"Bagaimana kabar kalian anak-anak?" Tanya ibu guru membuka obrolan dengan murid baru.

"Baik buu.."

"Lapar buu.."

"Sangat baik."

"Bersemangat buu.."

Jawaban yang berbeda-beda muncul dari mereka semua saling bersahutan.

"Baiklah semoga kalian semua sehat dan bersiap untuk memulai kegiatan di sekolah baru kalian." Kata ibu guru sambil tersenyum.

"Mungkin lebih baik kita buka kegiatan kelas hari ini dengan perkenalan dulu, nama ibu Rosa Devikurnia. Kalian bisa memanggil ibu dengan nama depannya saja, ibu yang menjadi wali kelas kalian. Ibu juga mengajar mata pelajaran bahasa indonesia kelas satu dan kelas tiga, ada yang ingin ditanyakan?" Tanya ibu Rosa setelah mengenalkan dirinya di depan murid barunya.

"Alamat rumahnya dimana bu?" Tanya seseorang di belakang.

"Alamat rumah ibu ini." Jawab bu Rosa sambil menuliskan alamat lengkapnya di papan tulis.

"Ada yang sama?" Tanya bu Rosa.

Hampir semua murid diam karena tidak memiliki alamat rumah yang sama dengan bu Rosa. Kemudian bu Rosa mengambil daftar nama murid baru dan mulai memanggilnya satu per satu.

"Baiklah sekarang giliran kalian memperkenalkan diri." Kata bu Rosa.

"Nama yang ibu panggil berdiri lalu memperkenalkan diri kalian dengan lengkap." Imbuh bu Rosa.