Chereads / Ingatan Indigo / Chapter 9 - Kubangan Darah

Chapter 9 - Kubangan Darah

Semakin Titha mencoba menutup matanya semuanya justru semakin jelas membuatnya serba salah. Sosok itupun muncul di pojok kamar Titha, seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan Titha, mengenakan gaun dres pendek yang sedikit sudah lusuh. Rambutnya lurus terurai, tampak mukanya dengan ekspresi yang sangat sedih.

Terdapat luka lebam biru pada bagian dahinya seperti bekas pukulan benda tumpul. Lehernya terdapat luka memerah bekas cakaran yang cukup jelas. Sosok itu berdiri menghadap Titha yang sedang tiduran, tangisannya terdengar sangat pilu.

"Kenapa?" Tanya Titha dalam hati mencoba berinteraksi.

Sosok itu tidak menjawab pertanyaan Titha, dia tetap menangis sambil berdiri menghadap Titha.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Titha kembali.

Tangisannya tidak berhenti, sosok itu sepertinya masih malu untuk berinteraksi dengan Titha, namun kedatangan sosok itu di dalam kamar sangatlah mengganggu.

"Aku ingin tidur lebih baik kamu pergi." Kata Titha sambil menghela nafasnya.

"Sakit, aku tidak kuat ini sakit sekali." Jawab sosok itu dengan perlahan.

"Apanya yang sakit?"

"Seluruh badan."

Titha mencoba untuk tetap tenang, dia tau kalau sosok ini mungkin hanya ingin bercerita. Namun malam itu Titha ingin sekali beristirahat karena besok harus kembali sekolah.

"Dia tega melakukan ini, padahal aku percaya kepadanya. Entah hal apa yang membuatnya menjadi seperti ini." Kata sosok itu.

"Apa yang dia lakukan?" Tanya Titha.

Sosok itu hanya menggelengkan kepalanya, tidak menjawab pertanyaan Titha. Mungkin sosok itu masih malu untuk menceritakan semuanya.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Titha kembali dengan perlahan.

"Dia kasar." Jawab sosok itu.

"Siapa dia?"

"Kekasihku."

"Kalian berantem?" Tanya Titha perlahan.

"Dia terlihat sangat marah. Matanya merah dan tatapannya sangat tajam di hadapanku."

Titha sendiri akhirnya mulai terbawa suasana, dia menjadi ingin menggali lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi pada sosok yang satu ini.

"Apa penyebabnya?" Tanya Titha kembali.

"Aku sendiri tidak begitu mengerti, awalnya baik-baik saja kita saling bicara dan bercerita pada malam itu di rumahku. Bahagia rasanya memiliki kekasih seperti dirinya yang begitu pengertian. Malam itu sangat singkat dia berpamitan ingin pergi kerumah temannya sebentar dan akan kembali menemuiku setelah selesai. Akupun mengijinkannya dan menunggu dia dengan santai dirumah. Setelah cukup lama akhirnya dia datang kembali dan kami pergi bersama untuk jalan-jalan malam itu." Kata sosok itu mulai menceritakan apa yang pernah di alaminya.

Karena Titha sudah terbawa suasana akhirnya Titha duduk menyender ke tembok sambil memeluk bantal guling dan berhadapan dengan sosok itu.

"Lalu apa yang terjadi setelah itu? Apa penyebabnya hingga dia bisa berubah?" Tanya Titha kembali.

"Dia datang kembali dan matanya sudah sedikit merah, aku tidak berani menanyakan apa penyebabnya. Tidak jauh dari rumahku terdapat sebuah saung di tengah sawah, dengan berjalan kaki santai kami berdua sampai di saung itu. Malam itu rasanya tenang sekali aku sendiri begitu menikmatinya, tanganku di genggam erat olehnya ketika sedang berjalan. Di saung itu kami duduk berdua dengan keadaan sekitar yang sudah sangat sepi hanya ada kami berdua. Kami mulai bercerita dan sedikit bercanda, aku sedikit memperhatikan kalau nafasnya dia sangat tidak stabil seperti orang yang sedang terburu-buru. Tiba-tiba dia memeluku dengan sangat erat, nafasnya terdengar semakin tidak stabil. Aku sangat terkejut kenapa dia tiba-tiba memeluku seperti itu, selain itu aku mencium aroma yang tidak sedap seperti bau arak walaupun tidak begitu jelas tapi aku yakin kalau itu bau arak."

"Dia dalam keadaan mabuk?" Tanya Titha.

"Mungkin saja, entah apa yang baru saja dia lakukan ketika pergi tapi ketika dia kembali sudah seperti itu. Dia memaksaku untuk membuka baju di tempat itu, namun aku menolaknya. Tiba-tiba eskpresinya berubah menjadi terlihat sangat marah, dia mulai membentakku dengan keras dan aku hanya bisa menangis sambil tetap menggelengkan kepala. Namun dia seperti tidak peduli dan masih mencoba memaksaku untuk membuka baju, aku mencoba melawannya namun karena tenaga dia lebih besar pada akhirnya aku tidak bisa apa-apa. Dia juga memukul kepalaku supaya aku menurut, dia juga sampai mencekikku hingga hampir pingsan. Pada akhirnya aku hanya pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa, hatiku hancur seketika pada malam itu atas apa yang dilakukan oleh kekasihku." Jelas sosok itu.

Titha mendengarkan dengan seksama apa yang di sampaikan oleh sosok itu, dia mulai meneteskan air matanya karena tidak kuat mendengar tragedi yang pernah di alami oleh sosok itu. Titha sendiri tidak berani menanyakan apapun, dia hanya bisa menangis setelah mendengar kisahnya di masa lalu.

"Setelah kejadian itu aku ditinggalkan begitu saja di tempat itu, dia pergi entah kemana. Kemudian aku pulang dengan perasaan yang sangat hancur, aku seperti kehilangan semangat hidupku. Ketika aku sampai dirumah aku hanya duduk dan melamun, tiba-tiba saja terbesit di otakku untuk menghakhiri hidupku. Itu adalah sesuatu yang sangat aku sesali dalam hidupku." Kata sosok itu.

Ketika sosok itu menceritakan apa yang pernah di alaminya ketika di masa lalu, tiba-tiba Titha mendapatkan sebuah potongan gambaran sosok itu ketika akan mengakhiri hidupnya.

Seperti potongan video yang tiba-tiba saja masuk ke dalam otak Titha, sangat jelas kondisi sosok itu ketika masih hidup yang baru saja pulang dengan muka yang sangat lesu. Semangat hidupnya benar-benar hilang, matanya sangat sayu dengan sedikit air mata yang masih mengalir dipipinya. Luka memar di sekitar wajahnya juga terlihat dengan jelas.

Dia berjalan seperti orang linglung masuk ke dalam kamar, dengan membawa pisau dapur ditangannya. Di pegang dengan erat lalu di arahkan ke arah pergelangan tanganya, tanpa berpikir dua kali dia menyayatkan pisau itu dengan keras. Dengan sekali sayatan darah langsung mengucur dengan deras membasahi tangannya. Pisau itu pun jatuh ke lantai yang terlihat masih tanah itu. Dia memejamkan matanya sambil menangis menahan rasa sakit, darah terus mengucur hingga menetes ke tanah.

Tubuhnya roboh dan lemas, dia terlihat ingin berteriak namun suaranya tidak keluar hanya mulutnya saja yang terbuka. Seperti sedang di siksa pelan-pelan rasa sakit terlihat sangat menyelimuti tubuhnya, matanya perlahan terpejam namun masih bernafas.

Tidak ada satupun orang di dalam rumah itu, dia terlihat tinggal sendirian. Perlahan kesadarannya mulai hilang, darahnya tak mau berhenti sama sekali membentuk sebuah kubangan kecil di tanah. Dia meninggal di karenakan kehabisan darah dan tidak ada yang mengetahuinya.

Titha menangis dan lemas ketika mendapatkan gambaran ketika sosok itu mengakhiri hidupnya. Titha yang tadinya duduk pun akhirnya roboh ke kasur karena sangat lemas ketika mendapatkan gambaran yang di berikan oleh sosok itu.

"Aku menyesal, sangat menyesal. Seharusnya aku tidak melakukan hal seperti itu, tapi sekarang aku hanya bisa mendapatkan akibat dari apa yang aku lakukan dulu. Aku sadar semua masalah sebesar apapun pasti akan ada jalan keluarnya, dan mengakhiri hidup bukanlah jalan keluar." Kata sosok itu.