Titha mencoba fokus kembali, menghiraukan suara yang entah datang dari mana. Namun tiba-tiba ada sesuatu yang menarik rambut Titha ke belakang dengan sangat keras. Titha sangat terkejut hingga sedikit berteriak.
"Akhh!!!"
Sontak seisi kelas melihat ke arah Titha yang tiba-tiba berteriak.
"Ada apa?" Tanya pak guru kepada Titha.
Titha hanya menggelengkan kepalanya tidak menjawab pertanyaan dari pak guru. Titha sendiri masih cukup terkejut sosok apa yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan keras.
Ini sudah dua kali Titha tiba-tiba berteriak di dalam kelas, walaupun kali ini tidak separah dengan kejadian kemarin. Namun tetap saja teman sekelas Titha akan semakin mecibirnya.
"Ada apa lagi Ta?" Tanya Dervi sambil berbisik.
"Tidak kok, tidak ada apa-apa." Jawab Titha yang sudah kembali tenang.
Dervi hanya menggelengkan kepalanya dengan memasang muka heran terhadap Titha. Pelajaran kembali berlanjut dengan tenang tidak terjadi hal-hal aneh kembali.
Atta yang dari pagi entah pergi kemana tiba-tiba muncul di dekat Titha, dia melihat ke arah guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Atta terbang menuju pojok belakang kelas, dia melihat ada sosok anak perempuan yang terlihat lebih tua dari Atta.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Atta kepada sosok itu.
Sosok itu hanya menggelengkan kepalanya, tidak menjawab pertanyaan dari Atta. Sosok anak itu mungkin sekitar umur 9 tahun kalau di lihat dari postur tubuhnya. Mukanya terlihat memasang ekspresi yang tidak suka, ada luka di bagian lengan kanannya. Darah segar juga terlihat sedikit mengalir namun tidak terlalu deras.
Tatapan tajam anak itu masih mengarah kepada Titha dari tadi, namun ternyata di sadari oleh Atta terlebih dahulu.
"Kenapa diam saja? Kamu mau berbuat nakal ya?" Tanya Atta kembali.
"Diam kamu!" Jawab sosok anak perempuan itu.
Titha mendengar percakapan itu, lalu menfokuskan dirinya dengan memejamkan matanya karena penasaran dengan sosok anak perempuan yang sedang bersama Atta. Titha baru melihat dengan sangat jelas.
"Tidak baik! Kamu jahat ya?" Ucap Atta kesal.
"Pergi saja kamu anak kecil, di sini bukan tempatmu." Kata sosok itu sambil mengusir Atta.
"Aku bukan anak kecil, aku sudah besar. Aku bebas bisa berada di mana saja, tidak seperti kamu hanya diam di sini tidak punya teman, kasian sekali." Kata Atta membela dirinya sendiri.
Ekspresi sosok anak tersebut langsung berubah akibat perkataan dari Atta, mungkin ada sesuatu yang kemudian di ingat oleh sosok tersebut. Ekspresi yang tadinya seperti sedang marah dan kesal tiba-tiba menjadi sedih.
"Aku sendirian, aku iri melihat mereka semua berteman. Mereka semua terlihat senang setiap hari sedangkan aku hanya sendiri disini. Anak itu bisa melihatku namun dia tidak peduli sama sekali sehingga membuatku kesal." Kata sosok itu sambil mengacungkan jarinya ke arah Titha.
"Dia Ipang, dia tidak mungkin mau berteman denganmu. Ipang cuma mau berteman dengan yang tampan sepertiku." Kata Atta dengan bangga.
"Aku hanya ingin bercerita." Ucap sosok itu.
"Cerita apa? Ahh tidak usah itu hanya membuat pusing saja. Kamu tidak perlu bercerita apapun." Kata Atta menggelengkan kepalanya.
"Kamu tadi yang menarik rambut Ipang?" Tanya Atta kembali.
Sosok anak itu hanya tersenyum kesal, karena ternyata memang dia yang tadi menarik rambut Titha cukup keras. Rupanya dari awal sosok anak ini mengetahui kalau Titha dapat melihatnya sehingga dia mencoba mencari perhatian ke Titha namun tidak di respon sehingga membuatnya kesal.
"Kamu tidak baik, jangan nakal lagi sama Ipang ya. Kalau kamu nakal lagi aku tendang kamu baru tau rasa. Diam saja di sini tidak usah berbuat nakal lagi." Kata Atta menceramahi sosok itu.
Dengan memasang muka yang sedih sosok anak kecil itu menunduk.
"Aku kesepian." Ucap sosok itu lirih.
"Mau main?" Tanya Atta yang terlihat merasa kasian.
"Aku ingin bercerita." Kata sosok itu kembali.
"Sudah aku bilang jangan bercerita, aku pusing nanti dengarnya. Aku mau pergi saja, kamu sendiri saja ya di sini." Kata Atta sambil terbang mendekati Titha yang dari tadi mendengar pembicaraan dua sosok itu.
"Temani dia Ipang, aku bosan." Kata Atta berdiri di sebelah Titha.
Titha hanya tersenyum tidak menjawab perkataan dari Atta, dia tetap fokus dengan materi yang sedang di berikan oleh guru.
"Ipang sama saja, aku pergi main dulu." Kata Atta kesal karena Titha tidak meresponnya dan pergi menghilang.
Pelajaran siang itu berjalan lancar hingga bell tanda istirahat kedua berbunyi. Semuanya segera berkemas dan merapikan bukunya masing-masing, guru pun meninggalkan kelas dengan santai.
"Gimana mau ke kantin lagi?" Tanya Dervi.
"Ayo, aku haus nih panas banget rasanya." Keluh Titha.
"Liat nih udah jam 11 ya jelas panas, matahari udah tinggi banget." Kata Riska yang baru saja menghampiri Dervi dan Titha sambil menunjukan jam di pergelangan tangannya.
"Yaudah ayo ke kantin lagi, nyari cemilan juga." Ajak Dervi.
"Mau makan siomay? Bakso? Seblak? Cimol?" Tanya Riska.
"Apa aja lah yang ada, yang penting makan." Ucap Titha sambil berjalan keluar dari kelas.
"Eh nasib anak yang tadi gimana ya?" Tanya Riska dengan ekspresi penasaran.
"Gatau loh, katanya hal ini sudah biasa kan kata pak guru tadi." Ucap Titha.
"Berarti sekolah ini berhantu dong, wahhh kok jadi serem yah." Kata Dervi sambil merapatkan tubuhnya ke arah Titha.
"Lah itu kemarin Titha kenapa coba tiba-tiba teriak kenceng banget, tadi juga kan. Kamu liat sesuatu Ta?" Tanya Riska.
"Engga tau sih, kaya tiba-tiba kaget tapi berlebihan aja." Kata Titha mencoba menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tapi masa sih? Kamu ga liat apa-apa gitu?" Tanya Riska kembali dengan penasaran.
"Beneran, memangnya apa si yang di lihat kan kita lagi pelajaran bareng." Ucap Titha masih beralasan.
"Tapi aku juga penasaran loh Ta apa si yang sebenarnya terjadi sama kamu." Imbuh Dervi juga ikut menanyakan.
"Loh loh ini kenapa kok jadi kalian mengintrogasi gini, sudah lah kalian ga perlu mikirin itu mending pesan makanan tuh lalu nyari tempat duduk." Kata Titha mengalihkan pembicaraan karena dia tidak nyaman dengan pertanyaan semacam itu.
"Iya si aku sendiri juga takut sama hantu." Kata Dervi.
"Tapi aku terkadang sebenarnya suka melihat sedikit bayangan hitam gitu melintas di lorong kelas, mungkin halu kali yah." Kata Riska.
"Kamu laper kali, makanya melihat hal yang tidak jelas gitu." Kata Titha.
Mereka bertiga memesan minuman dan makanan dan duduk di bagian paling belakang. Suasana kantin selalu ramai seperti biasa dipenuhi oleh anak kelas 1 sampai kelas 3. Dari depan hingga belakang semua meja terisi penuh, bahkan ada juga yang diluar kantin sambil jongkok membentuk lingkaran sambil menikmati makanan pesanan mereka.
Di dekat meja Titha juga terdapat beberapa anak lainnya dari kelas satu juga. Mereka bergerombol sama dengan Titha dan yang lainnya. Baru saja Titha santai duduk dan mulai bercanda kembali bersama Dervi dan Riska, hal aneh kembali terjadi.