Titha merasakan ada tangan entah dari mana datangnya yang menyentuh kakinya, tangan itu meraba kaki Titha dengan cepat hingga atas lutut. Titha pun sangat terkejut dan langsung berdiri, beruntung dia bisa menahan untuk tidak berteriak. Titha sudah sangat tidak nyaman dengan kejadian itu.
"Minggir dong aku duduk sebelah situ." Kata Titha mencari alasan kenapa dia tiba-tiba berdiri.
"Kenapa si?" Tanya Riska.
"Panas rasanya di situ hehee.." Ucap Titha beralasan.
"Dasar kamu yang duduk pertama sendiri juga." Kata Riska.
"Santai dong Ka, hehee.." Senyum Titha sambil sedikit meledek Riska.
Titha berusaha untuk tenang kembali setelah ada tangan yang meraba kakinya, dia jadi sedikit merasa was-was karena hal itu.
Tak lama kemudian makanan pesanan mereka datang, dengan cepat mereka mulai makan.
"Kalian sudah dengar soal adanya persami apa belum?" Tanya Dervi.
"Belum loh." Jawab Riska sambil tetap mengunyah.
Titha hanya menggelengkan kepalanya tanda belum tau juga soal persami.
"Aku dengar dari teman kelas sebelah si, katanya sebentar lagi bakal di adakan persami buat menyambut siswa baru." Jelas Dervi.
"Kayaknya bakalan seru nih, udah lama tidak merasakan sensasi tidur selain dirumah sendiri." Jawab Riska dengan senyum lebarnya.
"Iya sih, tapi sudah jelas kita bakal banyak di kerjain nanti sama kakak pembina. Kalian tau sendiri lah kalau ada acara seperti itu kakak pembina udah pasti suka banget ngerjain anak baru kaya kita." Kata Dervi
"Nah itu yang paling tidak aku suka, mereka suka seenaknya sendiri nanti. Nyuruh-nyuruh sama hal yang tidak jelas." Sahut Titha.
"Tapi kalau ganteng tidak apa masalah heheee.." Kata Riska sambil tersenyum.
"Kamu ini otaknya cowo teruss." Kata Titha.
"Ya wajar dong Ta, lagian masa mereka mau galak-galak sama cewek cantik kaya kita sih, heheee.." Senyum Riksa semakin lebar.
"Kalau yang jadi kakak pembina tim ketua basket tidak masalah juga sebenarnya, heheee.." Ucap Dervi sambil ikut tersenyum.
"Kalian berdua memang sama saja ya, dasar." Keluh Titha melihat tingkat kedua temannya itu.
Disaat sedang asik mengobrol, Titha melihat meja yang berada di depannya duduk beberapa anak perempuan yang sedang asik makan. Sosok tangan yang tadinya meraba kaki Titha sekarang berpindah ke meja di depannya, sosok tangan itu meraba dengan sangat ganas ke kaki salah satu dari mereka.
Perlahan sosok tangan itu meraba dari kaki naik ke atas paha hingga masuk ke dalam, anak yang di raba itu tidak sama sekali mengetahui hal itu. Titha merasa sangat gelisah ingin sekali mengusir sosok tangan yang sedang jail itu. Entah sudah sampai mana sosok yang meraba itu karena sudah masuk ke dalam rok si anak tersebut.
"Awass kucingg!!" Kata Titha sedikit berteriak menunjuk ke arah anak tersebut.
"Hah!? Mana?" Anak itu berdiri melihat di bawahnya dan tidak menemukan kucing yang di maksud dan lebih memilih untuk mengabaikannya.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Titha yang tadinya ingin mengalihkan perhatian dengan sedikit berteriak malah justru tersedak makanan.
"Ini minum dulu minum." Kata Dervi memberikan minum.
"Lagian kamu lagi makan pake teriak segala." Sahut Riska.
Sambil minum Titha melirik ke arah anak tadi dan ternyata tidak berhasil, sosok tangan tersebut masih berada di kakinya meraba-raba anak tersebut.
"Ada apa si ribut-ribut?" Tanya Rosi yang baru saja datang menghampiri meja mereka, Rosi ini teman semeja dengan Riska.
"Uhuk! Uhuk!" Titha masih sedikit batuk karena tersedak tadi, matanya sedikit memerah karena menahan rasa perih di tenggorokannya.
"Tuh Titha takut sama kucing, padahal kucingnya juga gak ada."
"Ahhhh... aku kaget." Kata Titha terlihat sedikit lega.
"Kamu ini ada-ada saja, mana ada kucing di sini." Omel Dervi.
"Hah serius perasaan tadi ada kucing di bawah situ tau." Kata Titha meyakinkan tiga temannya.
"Ngga ada Ta, gausah ngarang kamu deh tar kesedak lagi baru tau rasa." Kata Riska.
"Halu nih kamu, sudah cepat di habiskan sebentar lagi bell masuk bunyi nih." Kata Rosi sambil menunjukan jam tangannya.
"Ya sudah ayo masuk."
"Iya iya."
"Kucing nihh, kucinggg. Hahaaaa..."
"Apaan si, udah ah perih nih tenggorokan."
"Salah sendiri, hahaaaa..."
Mereka berempat bergegas menghabiskan makanan mereka dan beranjak dari tempat duduk untuk membayar makanannya lalu kembali berjalan menuju kelas.
"Bodoh, Ipang terlihat sangat bodoh." Ucap Atta sambil menggelengkan kepalanya, Atta baru saja muncul entah dari mana saat kejadian Titha tersedak tadi.
"Diam kamu cil." Jawab Titha dalam hati.
"Dia sedang mengincar anak perempuan yang bau darah." Kata Atta menjelaskan.
Titha akhirnya mengerti kenapa sosok tangan itu meraba kaki sampai paha bagian dalam, sudah di pastikan kalau anak tersebut sedang menstruasi dan membuat sosok tangan itu meraba-raba anak tersebut. Beruntung ketika Atta yang tadi datang di dekatnya membuat sosok tangan itu menghilang.
Sudah sangat wajar kalau bau darah segar sangat mengundang mereka yang suka sekali dengan bau darah. Bagi Titha yang dapat melihatnya akan lebih berhati-hari ketika sedang menstruasi, karena gangguannya akan lebih hebat dari hari biasanya.
Hari itu pelajaran terakhir berjalan dengan lancar sampai bell pulang berbunyi, semua siswa mulai berhamburan keluar kelas. Titha juga sudah berjalan menuju tempat parkir sepedanya bersama Dervi. Di belakang Titha terdapat Atta yang berjalan mengikuti dengan santainya sambil melihat ke kanan dan ke kiri, entah apa yang berada di pikirannya. Titha dan Dervi berpisah dan pulang kerumah masing-masing.
****
"Kaka baru pulang." Sapa Levi yang sedang duduk di teras melihat kakaknya baru sampai di rumah.
"Iya nih, capek." Jawab Titha sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Terlihat Atta yang langsung ikut duduk dengan Levi di teras, Levi terlihat sedang asik mencoret-coret buku gambarnya. Atta hanya diam memperhatikan Levi.
Titha masuk ke dalam kamar mengganti seragam dan mencuci mukanya, lalu beranjak ke ruang makan karena memang sudah sangat lapar. Di saat sedang makan Titha teringat dengan perkataan Dervi kalau sebentar lagi akan di adakan persami.
Persami atau perkemahan sabtu minggu adalah kegiatan yang sudah menjadi hal wajib bagi setiap sekolah. Selain kegiatan yang melelahkan Titha lebih terpikirkan dengan hal-hal selain itu. Sudah pasti kegiatan malam di luar ruangan maupun di sekolah sangat menegangkan bagi Titha.
Titha bersandar sambil mengunyah makanan, di otaknya sudah terbayangkan hal apa saja nantinya yang bakal terjadi. Dia harus benar-benar mempersiapkan dirinya untuk malam itu.
"Kenapa melamun ka?" Kata mamah yang datang dari pintu belakang.
"Engga mah, cuma kepikiran aja katanya sebentar lagi akan ada persami di sekolah." Jawab Titha.
"Memangnya kapan?"
"Belum ada pengumuman resmi sih, tadi teman Titha yang baru bilang katanya sebentar lagi."
"Ya sudah ikut aja, itu juga hal wajib kan?"
"Iya sih mah, tapikan Titha orangnya susah tidur kalau ga di kamar sendiri nanti yang ada sampai pagi matanya masih melek."
"Makanya kalau mau tidur jangan lupa baca do'a, kamu aja sering banget ketiduran kan."
"Hehee.. kalau ketiduran si sering mah."
"Jangan di biasakan."
"Iya iya mahh."
Selesai makan Titha langsung pergi ke kamarnya, dia menyempatkan melihat adiknya yang masih asik di teras di temani oleh Atta, walaupun adiknya ini tidak mengetahui keberadaan Atta.