Chereads / Us! / Chapter 27 - Anak Nakal

Chapter 27 - Anak Nakal

Seharusnya ia tidak lewat sana tadi. Bagaimana tidak saat sedang lewat di depan ruang UKS seorang guru olahraga bernama Pak Bagas memanggilnya, dari perawakannya Xena bisa menaksir kalau usia dari Pak Bagas adalah sekitar 40 tahunan.

Karena asyik mengobrol jadi Pak Bagas pun membebankan sebuah permintaan tolong kepada Xena, yaitu untuk untuk meletakkan bola basket yang sedang dibawa hanya untuk disimpan di dalam gudang tempat peralatan olahraga tersimpan letaknya berada di bagian belakang jauh dari laboratorium dan tempat itu sendiri terbilang sepi.

sementara itu Xena sendiri tidak bisa menolak permintaan tolong yang diberikan oleh guru olahraganya.

jadinya ia mengiyakan saja ketika dimintai tolong sementara gurunya itu kembali terlibat perbincangan seru dengan penjaga UKS.

Kaira sendiri sudah cukup apal dengan denah lokasi keberadaan sekolah ini ia tentunya menghafalkan itu dari peta sekolah lah yang terpampang di mading dan papan pengumuman.

Seperti dugaannya arah yang sedang ia tuju terlihat sangat sepi.

beberapa siswa bahkan memilih untuk melimpir dari sana. sementara Xena sendiri lebih menyukai tempat-tempat seperti seperti itu.

Kalau tidak salah ia pernah mendengar tentang desas-desus yang beredar di laboratorium itu.

kebanyakan sih tentang kisah-kisah orang yang entah dari mana sumbernya tahu-tahu sudah menyebar begitu saja sama seperti tempat yang datangi bersamaan dengan Dino.

Jadi pantas saja kalau tempat ini terbilang sepi. sebab jika ada sedikit saja berita tentang hal-hal mistis maka orang-orang akan memilih untuk menjaga jarak.

tapi kalau untuk Xena sendiri itu sama sekali tidak berpengaruh untuk dirinya. lagipula ia tidak takut pada hal-hal mistis semacam itu.

Tak berselang lama, gedung tempat peralatan olahraga itu pun terlihat, warnanya kontras dengan sekitar, jadi jika bukan karena papan nama di atasnya, Xena tak akan tahu jika gedung itulah yang ia tuju.

Kalau kata gurunya tadi ruangan itu tak dikunci.

Mungkin sudah pas jika tempat ini digunakan sebagai area syuting film horror, area dalam anehnya tak tertata dengan baik.

Bahkan cenderung berhamburan, belum lagi suara berkeriut dari pintunya. Pasti engselnya sudah agak karatan.

Saat itulah Xena tersadar ia salah mengira tempat. Tempat ini bukan gedung olahraga tapi gudang sekolah, pantas saja areanya begitu terpencil lagipula ini terlalu berantakan.

Ia memandangi bola yang dipengangnya, ini sih sudah tak layak pakai karena berlubang, ia memang merasa sedikit aneh ketika membawanya, kok terasa agak kempes. Jadi tanpa menunggu terlalu lama, ia segera meletakkan bola tadi di area yang memang sudah ada beberapa bola bekas di sana.

Kemudian barulah ia beranjak keluar dari sana, namun bukannya langsung pergi dari area itu, kakinya malah melangkah ke area belakang, mungkin saja tempat ini memiliki area khusus, seperti yang tadi, kolam ikan dan taman.

Namun bukan itu yang ia dapati. Sebab ada suara berisik ketika dirinya tepat sampai di sana.

Sekitar lima orang siswa laki-laki nampak duduk-duduk, meski hanya berjarak beberapa meter, bau asap rokok memenuhi area itu.

Beberapa bangku tertata di sana, sepertinya sengaja mereka yang meletakannya untuk santai-santai. Ini sih area untuk anak nakal.

Xena sama sekali tak terkejut, bahkan di sekolah-sekolah sebelumnya hal ini memang kerap kali terjadi. Anak-anak nakal yang sibuk merokok atau bolos. Meski ia sama sekali tak terkejut, tapi orang-orang di sana lah yang malah nampak terkejut.

Salah satunya Rifqi dan Arif.

Bahkan rokok yang tengah dipegang Rifqi pun sampai terjatuh.

"Enggak apa-apa, dia sepertinya bukan tipe gadis pengadu," kata Arif menenangkan Rifqi dan yang lainnya.

"Rif, kau kenal dia?" tanya salah satu dari mereka.

"Enggak terlalu kenallah, tapi tahulah," sahut Arif mendekati Xena. Kini tampilan Xena benar-benar berubah, ia akui gadis itu memang cantik.

"Kayaknya kamu ga terkejut sama sekali ya, aneh, biasanya para gadis bakalan kaget terus kabur, seenggaknya kagetlah liat Rifqi dan aku di sini."

Rifqi yang mendengar itu hanya diam, kemudian tertawa sendiri, membuat yang lain menatapnya bingung. Rifqi hanya bingung kenapa dirinya malah tiba-tiba takut ya.

"Kenapa aku harus terkejut dan kabur?" tanya Xena masih santai seperti biasa.

Arif tertawa kecil.

"Gak ada yang mau berurusan sama siswa nakal."

"Aku juga tak berniat berurusan dengan kalian."

"Haha benar juga, mau gabung dengan kami? Tenang yang lain di sudah mematikan rokok mereka, kami punya cemilan.," kata Arif menawarkan. Kalau sekelas Xena sepertinya ia tak akan mau sih.

"Oke."