"Lagi mikirin apa sih?" Pertanyaan itu muncul dari lembaran buku. Tidak, lebih tepatnya dari Dino yang muncul tiba-tiba, mengagetkan Xena. gadis itu sungguhan terkejut melihat Dino kini menatapnya santai tanpa merasa bersalah.
Pada akhirnya Xena tak bisa menyembunyikan kalau ia memang tengah melamun tadi.
Xena melirik sekeliling, perasaan ia pernah dengar tempat ini jarang dikunjujgi orang-orang sebab terlalu banyak desas-desus yang beredar.
tempat itu adalah sebuah taman kecil di belakang sebuah laboratorium yang kini telah beralih fungsi menjadi gudang.
sebenarnya dibandingkan dengan desas-desus itu.
taman ini nampak indah dan cukup terawat karena tukang kebun di sekolah itu sangat rajin.
Sudah beberapa kali Xena menemukan penjaga kebun itu sedang membersihkan tanaman Ia hanya menjawab seadanya ketika tukang kebun itu bertanya padanya. Kalau Xena tidak salah ingat namanya Pak Anwar.
Xena yang sedang ingin sendirian pun akhirnya memutuskan ke sana sambil membawa bukunya tanpa bilang apa pun kepada Echa mau pun Sasa.
Ia memang memiliki beberapa waktu ya walau kebanyakan hampir sepanjang waktu ia memang kerap kali sendirian.
hanya di tempat inilah ia bisa melakukan apa pun tanpa takut
terganggu oleh tatapan orang-orang.
Lalu kali ini yang datang bukan Pak Anwar melainkan Dino, sepertinya pemuda itu datang sendirian.
karena nampaknya Xena masih sama enggan menjawab pertanyaan Dino pun kembali berujar.
"Karena ini adalah tempat umum sepertinya aku tidak pernah meminta izin padamu ya,"
katanya kemudian duduk di sebelah kayak Xena.
tenda sendiri tengah duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu memiliki sandaran dibelakangnya.
anda semua pohon mangga yang menjadi tempat keduanya bernaung hingga cuaca yang panas pun tidak terasa lagi.
tepat 1 meter di hadapan mereka ada sebuah kolam ikan kecil.
isinya hanyalah ikan air tawar.
hal itulah yang kini dipandangi oleh Dino.
"Kenapa kamu ada di sini?"
Ini agak mengejutkan ia cukup senang karena pada akhirnya Sena pun berbicara juga.
"Kamu bertanya padaku? Menurutmu?" balas Dino mencoba memastikan padahal aslinya sih hanya ingin menggoda gadis itu.
"Aku sedang tidak berminat untuk berbicara dengan siapa pun, jika yang kau inginkan hanya untuk mengganguku jangan datang ke sini."
Mendengar ucapan Xena seketika wajah Dino langsung berubah.
"Seperti kamu salah paham deh, lagipula kapan aku mengganggumu?" balasnya santai.
Ia kemudian merogoh sesuatu di dalam kantong celananya.
itu mirip seperti sebuah kantung kecil yang berisi sesuatu entah apa kemudian Dina membukanya dan mengeluarkan isinya, ada butiran-butiran kecil yang kemudian ia lemparkan ke dalam kolam, seketika kolam yang awalnya tenang pun langsung beriak karena ikan-ikan berkumpul.
itu adalah makanan ikan yang ia bawah dan hal itu disaksikan oleh Xena.
"Karena kamu adalah anak baru, sepertinya kamu tidak mengetahui kalau sebenarnya ini sebelumnya adalah tempatku. dan ikan-ikan adalah peliharaanku, tanya saja pada Pak Anwar kalau tak percaya, aku membawanya dan melepaskannya di sini."
Xena akhirnya tahu kalau pemuda itu tidak berbohong.
Ia hanya diam karena tidak tahu ingin mengatakan apa.
"Kalau sudah begini seharusnya kau hanya perlu mengatakan maaf bukan berpikir panjang seperti itu," gumam Dino agak keras.
Xena pun melipat bibirnya sampai akhirnya Ia bilang.
"Maaf."
Ucapan yang sangat singkat seperti biasanya tapi itu lebih baik daripada tidak bicara apa pun.
"Selama aku berada di sini, hanya kamulah yang berani datang, sebab kebanyakan para anak sekolah sini takut untuk datang sebagai mendengarkan berita yang macam-macam itu. Apa kamu tidak mengetahuinya?"
"Aku tahu."
sesuai dengan dugaan Dino, tahu tentang sejarah tempat ini atau tidak sama sekali bukan masalah bagi Xena, memang gadis itu sangat unik.