"Alvin...," teriakku sambil berpegangan pada pinggang Alvin dengan sempurna.
Alvin itu selalu saja bisa membuatku menjadi malu dan kembali tersenyum. Walaupun dengan cara-cara konyolnya itu.
Sampai saat ini aku belum tahu aku akan di bawa kemana oleh Alvin. Bahkan jika di lihat dari jalannya saja aku tidak tahu aku dan Alvin itu akan pergi kemana. Sekarang ini pikiranku masih tertuju kepada Mas Arsa. Kenapa dia tega membohongiku.
Sepeda motor berhenti tepat di parkiran notor. Ternyata kali ini Alvin membawaku ke dunia fantsi, alias Dufan. Tahu kan dengan tempat pariwisata yang cukup terkenal itu. Aku terakhir kali ke sini bersama dengan Mas. Waktu itu aku hanya ke pantai Ancol nya saja. Kini aku kembali teringat dengan masa-masaku bersama Mas Arsa di sini.
"Turun. Lu mau di motor terus?"
"Ngapain si ke Dufan jauh-jauh juga."
"Emang jauh? Engga ah. Kita cepat kan sampainya."
"Terserah."
"Yaudah ayo turun."