Ini adalah kisah seorang wanita yang tidak pernah mengetahui kedua orangtuanya. Bahkan dia juga tidak tahu apakah kedua orangtuanya masih hidup atau sudah meninggal dunia. Yang dia tahu selama ini hanyalah Ibu angkatnya yang sudah mengurusnya sejak kecil. Ibu angkatnya itu menemuinya di panti asuhan. Dan Ibu angkatnya memberikan nama kepadanya Sabrina. Nama yang sangat cantik.
Ibu angkatnya ini sangat menyayangi Sabrina dari kecil hingga sebesar ini. Sekarang ini Sabrina sudah memasuki usia 20 tahun. Tetapi karena keadaan ekonomi dirinya dan juga Ibu angkatnya membuat Sabrina harus bekerja tanpa bisa kuliah seperti teman-teman yang lainnya. Apalagi sejak Ibu angkatnya menderita penyakit lambung yang cukup kronis. Dia diharuskan untuk melakukan cuci darah setiap bulannya. Dan sekarang ini Ibu angkatnya sedang di rawat di rumah sakit karena penyakitnya kambuh kembali.
"Sabrina sayang. Kamu harus tetap menjalani kehidupan kamu dengan bahagia ya walaupun tanpa Ibu nanti," ucap Ibu angkatnya.
"Ibu. Ibu itu bicara apa si. Ibu pasti sembuh. Ibu harus sembuh. Ibu harus terus ada di sisi Sabrina sampai Sabrina tua nanti."
"Ibu kan sekarang udah sakit-sakitan. Ibu juga ga tau umur Ibu bisa bertahan sampai berapa lama lagi. Ibu cuma mau kasih ini ke kamu."
Ibu angkatnya itu mengambil tas miliknya yang ada di sampingnya. Dia mengambil dompetnya dan kemudian mengeluarkan sebuah foto. Ternyata foto itu adalah foto Ibu kandung dari Sabrina. Dia mendapatkan foto itu dari tempat panti asuhan tempat Sabrina dulu.
"Ini untuk kamu sayang."
"Ini foto siapa Bu?"
"Ini foto Ibu kandung kamu. Ibu dapat foto ini dari pengurus panti kamu dulu. Sekarang udah saatnya kamu tahu siapa Ibu kandung kamu. Supaya kamu bisa segera menemukannya ketika nanti Ibu udah ga ada lagi di dunia ini."
"Ibu bicara apa si. Ibu ga boleh bicara seperti itu. Aku akan cari tahu Ibu kandung aku. Tapi aku juga ga mau kehilangan Ibu. Ibu udah aku anggap sebagai Ibu kandung aku selama ini. Karena Ibu juga udah sangat sayang sama Sabrina dari Sabrina kecil sampai sekarang. Jadi Ibu harus sehat lagi ya demi Sabrina."
Ibu angkatnya itu hanya tersenyum kepada Sabrina. Sabrina memeluknya dengan sangat erat sambil meneteskan air matanya. Sabrina yakin jika Ibu angkatnya itu akan kembali sembuh. Dan demi Sabrina, Ibu angkatnya juga berusaha untuk bisa sehat kembali. Walaupun dia tidak akan pernah bisa kembali sehat seperti sebelumnya. Karena dia sudah harus melakukan cuci darah di setiap bulannya.
******
Hari ini Ibu angkat Sabrina sudah bisa pulang ke rumah. Tetapi Sabrina harus meninggalkannya sendirian di rumah. Karena pagi ini Sabrina harus berangkat kerja. Sabrina harus bekerja keras demi melanjutkan kehidupannya dan juga Ibu angkatnya. Apalagi biaya cuci darah itu tidaklah murah. Sabrina membutuhkan banyak biaya.
Tetapi sebelum Sabrina berangkat kerja, Sabrina harus mengurus semua kebutuhan Ibu angkatnya. Mulai dari memandikannya, menyuapininya makan dan yang lainnya. Setelah itu Sabrina langsung berangkat ke tempat bekerjanya. Sabrina tidak boleh terlambat. Karena hari ini adalah hari pertama Sabrina bekerja. Sabrina bekerja di salah satu Restaurant bintang lima ternama. Sabrina menjadi seorang pelayan di sana.
"Ibu, Ibu aku berangkat kerja dulu ya," ucap Sabrina.
"Iya nak. Kamu hati-hati ya di jalan. Semangat kerjanya."
"Iya Bu. Tapi aku khawatir sama Ibu. Ibu ga apa-apa kalo aku tinggal sendirian di rumah?"
"Ibu ga kenapa-kenapa sayang. Ibu bisa jaga diri Ibu sendiri. Ibu juga udah merasa lebih baik kok."
"Yaudah tapi kalo ada apa-apa Ibu langsung telepon aku aja ya. Aku akan langsung pulang."
"Iya nak. Yaudah kamu berangkat kerja gih. Jangan sampai kamu terlambat. Apalagi hari ini adalah hari pertama kamu."
"Iya Bu."
Sekarang Sabrina akhirnya berangkat juga ke tempat kerjanya. Sabrina berangkat dengan menggunakan sepeda. Karena Sabrina tidak mempunyai kendaraan apapun kecuali sepeda. Sehingga Sabrina harus menggoes sepeda terlebih dahulu sampai dia tiba di tempat kerjanya.
Sabrina sudah berusaha sangat keras supaya dirinya tidak terlambat tiba di tempat kerjanya. Tetapi sayangnya Sabrina terlambat juga. Dia terlambat selama 10 menit di tempat bekerjanya. Ditambah di sana sedang ada pemilik Restaurant yang sedang memantau Restaurant miliknya. Alvin namanya. Baginya, terlambat 10 menit adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Sabrina hendak masuk ke dalam Restaurant. Tetapi di cegah oleh Alvin.
"Tunggu. Kamu itu pekerja di sini?" tanya Alvin.
"Iya Pak."
"Kamu sadar ga kalo kamu itu salah?"
"Bapak siapa ya emangnya?"
Sabrina yang tidak mengetahui jika Alvin itu adalah pemilik Restorant dan juga sekaligus Boss nya tidak mengetahui hal itu. Alvin semakin merasa sangat kesal dengan Sabrina.
"Kamu kerja di sini tapi kamu ga tau siapa saya? Kamu cari tahu sama teman-teman kamu."
"Baik Pak."
Alvin tidak mau memperkenalkan dirinya begitu saja kepada Sabrina. Sabrina diperintahkan untuk mencari tahu siapa Alvin melalui teman-teman kerjanya. Sabrina pun melaksanakan perintah darinya.
"Permisi. Saya adalah pelayan baru di sini. Saya mau tanya, laki-laki di depan situ siapa ya?" tanya Sabrina dengan polosnya.
"Itu Pak Alvin. Dia itu pemilik restaurant ini."
"Apa? Jadi dia pemilik restorant ini? Kamu ga bohong kan?"
"Engga lah. Ngapain juga saya bohong."
"Yaudah kalo gitu terima kasih."
Sabrina benar-benar sangat terkejut setelah mengetahui jika laki-laki yang dia temui di depan adalah pemilik Restorant tempat dia bekerja. Sabrina kembali ke hadapannya untuk meminta maaf kepadanya.
"Gimana? Kamu udah tahu siapa saya?" tanya Alvin.
"Sudah Pak. Bapak adalah pemilik restaurant ini. Saya minta maaf Pak. Pertama saya minta maaf karena saya ga tahu siapa Bapak. Kedua saya minta maaf karena saya terlambat masuk kerja. Karena tadi di rumah saya harus urus Ibu saya yang lagi sakit Pak. Tapi saya janji, saya ga akan terlambat lagi Pak."
"Stop. Kamu ga usah banyak bicara. Sekarang juga kamu masuk ke dalam. Kamu mulai bekerja. Kamu bersihin semua sudut restaurant ini. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Dan kamu akan saya pulangkan malam untuk menebus kesalahan kamu pagi ini."
"Baik Pak."
Sabrina tidak bisa menolak perintah dari Alvin. Dia hanya bisa meng-iyakannya saja. Sedangkan Alvin langsung masuk ke dalam Restaurant. Dia harus mengecek pekerjaan para pekerja yang lainnya.
"Galak banget si itu Pak Alvin. Sombong banget lagi bicara ga pernah liat ke mata aku. Selalu aja tangannya di lipat di depan dadanya. Huh, mentang-mentang dia pemilik restorant ini kali," ucap Sabrina di dalam hatinya. Hingga akhirnya sekarang Sabrina mulai melaksanakan perintah dari Alvin tadi.
-TBC-