Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 22 - Menolong Sabrina dan Ibunya

Chapter 22 - Menolong Sabrina dan Ibunya

"Udah, biar saya antar. Marih Tante saya bantu."

"Terima kasih banyak ya Pak Alvin."

"Sama-sama Tante."

Akhirnya Alvin membantu Ibunya Sabrina untuk naik ke kursi roda. Kemudian Alvin juga mendorongnya sampai ke depan rumah sakit. Bahkan semua barang milik Sabrina dan Ibunya di bawa juga olehnya. Alvin tidak mau sampai Sabrina kesulitan untuk membawa semuanya.

Di sepanjang perjalanan menuju ke depan rumah sakit banyak orang yang melihat ke arah mereka bertiga. Terutama kaum wanita. Mereka berpikir jika Sabrina sudah sangat beruntung mendapatkan laki-laki seperti Alvin. Sudah tampan, kaya raya, baik lagi. Tetapi sayangnya hubungan antara Sabrina dan Alvin sekarang ini hanyalah sebatas atasan dengan karyawannya.

"Sebentar ya Tante, saya ambil mobilnya dulu."

"Iya Pak Alvin."

Alvin mengambil mobilnya yang dia parkiran di tempat parkir rumah sakit. Sedangkan Sabrina dan Ibunya menunggu di lobby rumah skait. Sabrina merasa sangat tidak enak dengan Alvin yang selalu saja membantunya selama ini. Walaupun dia mempunyai sisi yang menyebalkan juga.

"Engga. Aku ga boleh sedekat ini sama Pak Alvin. Apalagi kalo sampai Ibunya Pak Alvin tahu kalo dia antar aku dan Ibu ke rumah. Bisa-bisa dia marah banget sama aku," pikir Sabrina di dalam hatinya.

"Bu, Ibu ikut sama aku aja ya Bu," ajak Sabrina.

"Loh, emangnya kita mau kemana nak? Kita kan lagi nunggu Pak Alvin ambil mobil."

"Aku ga mau ngerepotin Pak Alvin, Bu. Aku ga enak. Biar bagaimana pun dia itu kan adalah atasan aku di tempat kerja. Aku juga masih ada uang untuk naik taksi kok. Jadi kita naik taksi aja ya Bu."

"Yaudah kalo emang maunya kamu gitu. Ibu nurut aja."

"Iya Bu."

Sabrina langsung membawa Ibunya pergi. Dia mendorong kursi roda itu ke depan rumah sakit sambil menunggu taksi.

"Aduh, mana sih ini taksi nya kenapa ga ada yang lewat juga sih? Kalo kaya gini nanti Pak Alvin bisa temuin aku dan Ibu," ucap Sabrina di dalam hatinya.

Alvin baru saja selesai mengambil mobilnya di parkiran. Ketika dia kembali ke lobby ruma sakit, ternyata Sabrina dan Ibunya sudah tidak ada di sana. Alvin sangat bingung mencarinya. Bahkan dia sampai turun dari mobil dan bertanya kepada orang yang sedang ada di sekitar sana.

"Sabrina sama Ibunya kemana lagi? Kan gua suruh tunggu sini," pikir Alvin.

Kebetulan di sana ada seorang Ibu-ibu yang sudah ada sejak Sabrina dan Ibunya berada di sana. Alvin langsung menghampirinya dan bertanya kepadanya.

"Permisi Bu. Maaf saya mau tanya. Ibu tadi lihat dua orang yang sama saya kan ya?"

"Iya saya lihat. Seorang gadis perempuan dan juga Ibu-ibu kan?"

"Iya Bu. Ibu lihat ga ya mereka pergi kemana?"

"Tadi saya lihat sih mereka pergi ke depan sana Pak."

"Oh gitu ya. Terima kasih banyak ya Bu."

"Sama-sama Pak."

Alvin langsung masuk ke dalam mobilnya dan mneyusuli Sabrina dan Ibunya yang sedang menunggu taksi di depan sana. Untung saja Sabrina dan Ibunya belum naik taksi.

"Sabrina, Tante. Kenapa kalian pergi dari lobby? Kan udah saya bilang, tunggu saya di sana," tanya Alvin.

"Maaf Pak. Saya cuma ga mau ngerepotin Bapak. Jadi saya memutuskan untuk naik taksi. Saya masih ada pegangan uang untuk bayar taksi."

"Iya kamu ada uang. Tapi kan sekarang juga ada saya. Buat apa kamu cari taksi sedangkan ada saya di sini. Udah sekarang juga kalian berdua masuk ke dalam mobil."

"Tapi Pak..."

"Ga ada tapi-tapian. Ayo Tante, saya bantu."

Alvin memaksa Sabrina dan Ibunya untuk diantar pulang olehnya. Alvin membantu Ibunya Sabrina untuk masuk ke dalam mobil miliknya. Sekarang tidak ada pilihan lain. Mau tidak mau Sabrina ikut pulang diantar dengan Alvin.

Tetapi ketika Sabrina ingin masuk ke dalam mobil Alvin dibagian belakang, tiba-tiba saja Alvin menghentikannya.

"Eh, eh, kamu mau kemana?" tanya Alvin.

"Mau naik ke mobil Bapak. Tadi di suruh masuk dan ikut Bapak kan?"

"Ya iya benar. Tapi kamu duduk di depan lah. Enak aja kamu duduk di belakang juga. Emangnya kamu kira saya itu supir?"

Sabrina terdiam. Dia merasa jengkel dengan sikap Alvin sekarang ini. Alvin sedari tadi selalu saja mengatur dirinya dan juga Ibunya.

"Kenapa diam? Ayo masuk."

"Iya, iya."

Akhrinya Sabrina masuk ke dalam mobil Alvin bagian depan. Sehingga mereka berdua duduk saling samping-sampingan. Membuat keadaan semakin kaku.

******

Disepanjang perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka bertiga. Sabrina dan Alvin yang hanya saling diam-diaman membuat Ibunya Sabrina juga bingung harus apa sekarang ini.

"Kenapa Sabrina sama Pak Alvin diam-diaman seperti ini sih? Aku jadi ikut bingung harus apa sekarang ini," pikir Ibunya Sabrina di dalam hatinya.

Hinga akhirnya setelah beberapa lama perjalanan, sekarang mereka bertiga sudah tiba di depan rumah Sabrina. Alvin kembali membantu Ibunya Sabrina untuk turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Bukan kali pertama bagi Alvin datang ke rumah Sabrina. Tetapi selama ini Alvin hanya melihatnya dari luar saja. Dia tidak pernah masuk ke dalam. Sekarang dia masuk ke dalam rumah Sabrina dan merasa jika rumahnya tidak layak huni. Rumahnya sangat berbeda dengan rumah Alvin yang mewah, besar, banyak perabotan, dingin karena AC dan yang lainnya. Sedangkan rumah Sabrina kecil, sederhana, dan panas.

"Ya ampun. Ternyata kehidupan Sabrina sangat sederhana. Kasihan juga dia sebagai seorang perempuan harus menghadapi ujian hidup seperti ini. Belum lagi dia harus kerja dan juga urus Ibunya yang sakit-sakitan," pikir Alvin di dalam hatinya.

"Maaf ya Pak Alvin, rumah kita emang kecil," ucap Ibunya Sabrina.

"Iya ga apa-apa Tante."

"Oh iya, tolong buatkan minuman untuk Pak Alvin, nak. Kasihan Pak Alvin pasti haus," perintah Ibunya kepada Sabrina.

"Ga usah Tante, terima kasih. Saya harus pergi ke restaurant. Karena saya seharian ini belum ke sana."

"Saya ikut ya Pak. Saya mau masuk kerja. Kasih saya shift malam hari ini," sambung Sabrina.

"Engga. Kamu itu apa-apaan sih. Ibu kamu baru pulang dari rumah sakit terus kamu mau tinggalin gitu aja? Saya tahu kerja itu emang penting untuk kamu. Tapi Ibu kamu lebih penting. Saya izinkan untuk sekarang kamu ga usah kerja dulu. Saya permisi Tante."

"Iya, sekali lagi terima kasih banyak ya Pak Alvin."

"Terima kasih banyak Pak."

"Sama-sama."

Sekarang Alvin sudah benar-benar pergi meninggalkan rumah Sabrina. Dia akan pergi ke Restaurant miliknya untuk mengecek keadaan di sana. Sedangkan Sabrina langsung mengantar Ibunya ke dalam kamar supaya Ibunya bisa langsung istirahat di sana.

-TBC-