"Astaga. Ini kenapa bisa seperti ini Sabrina?"
"Aku ga sengaja tumpahin tepung terigu ke atas kompor. Terus gimana?"
"Yaudah keluar aja. Api nya semakin membesar. Ayo."
Teman kerjanya itu berusaha untuk membawa Sabrina keluar dari dalam dapur. Tetapi Sabrina tidak mau karena dia merasa jika semua ini adalah salahnya dan dia harus bertanggung jawab dengan semua ini.
"Engga. Aku harus padami api ini. Karena ini semua salah aku."
"Tapi ini bahaya Sarbina."
"Engga, aku bisa. Kamu keluar aja duluan."
Akhirnya teman kerjanya itu keluar dari dalam dapur terlebih dahulu. Dia meminta pertolongan kepada yang lainnya untuk membantu Sabrina di dalam. Karena sekarang ini Sabrina masih berusaha untuk memadamkan api nya sendiri. Padahal Ali nya itu semakin lama semakin membesar.
"Tolong.... Tolong... Ada kebakaran di dalam," teriak teman kerja Sabrina itu.
Alvin yang sedang berbincang-bincang dengan Mamahnya dan Amanda langsung saja berdiri.
"Apa? Kebakaran? Dimana?" tanya Alvin dengan sangat paniknya.
"Di dalam dapur Pak. Dan sekarang Sabrina masih ada di dalam sana. Dia udah saya ajak keluar dari dapur tapi ga mau. Karena dia sedang mencoba untuk memadamkan api nya."
"Apa? Astaga."
Alvin langsung saja ingin pergi ke dapur untuk menolong Sabrina. Tetapi sayangnya Mamahnya justru menghalanginya. Karena dia tidak suka jika Alvin harus menolong Sabrina lagi kali ini.
"Alvin, kamu mau kemana?"
"Aku mau padamin api nya lah Mah. Itu di dapur katanya kebakaran."
"Engga. Kamu suurh aja karyawan kamu untuk madamin. Untuk apa kamu punya karyawan kalo ga bisa bantu kamu. Kamu itu pemilik restaurant ini. Kamu diam di sini."
"Tapi Mah...."
"Cepat semuanya padamin api nya ya. Jangan sampai kebakarannya semakin besar."
"Baik Bu."
Semua karyawan Alvin langsung masuk ke dalam dapur berusaha untuk memadamkan api di sana. Sedangkan Alvin hanya diam di tempat karena tidak di izinkan oleh Mamahnya untuk membantu memadamkan api di sana.
"Semuanya untuk para pengunjung saya minta maaf. Semuanya segera pergi dari sini karena sedang ada kecelakaan di dalam dapur. Untuk rasa tidak nyaman nya sama minta maaf," teriak Alvin.
Semua orang yang sedang makan di sana pun langsung berhamburan berlari meninggalkan Restaurant milik Alvin. Begitu juga dengan Mamahnya Alvin dan juga Amanda.
"Alvin ayo kita harus keluar juga dari sini," ajak Mamahnya.
Alvin justru terus melihat ke arah dapur sambil melamun. Hingga akhirnya Alvin tetap masuk ke dalam sana karena dia merasa sangat khawatir dengan keadaan Sabrina di dalam sana.
"Sabrina gimana ya? Apa dia baik-baik aja? Tapi kenapa dia ga keluar juga dari dalam sana?" pikir Alvin di dalam hatinya dan kemudian dia masuk ke dalam dapur. Mamahnya berusaha untuk memanggilnya tetapi diabaikan begitu saja oleh Alvin.
"Alvin, Alvin kamu mau kemana? Alvin," teriak Mamahnya. Sedangkan Amanda berusaha untuk menenangkannya.
"Udah Tante. Biarin Alvin mau selamatkan restaurant miliknya sendiri. Sekarang kita keluar aja ya Tante."
"Engga. Tante ga bisa keluar tanpa Alvin. Kalo terjadi apa-apa sama dia gimana?"
"Alvin pasti ga kenapa-kenapa Tante. Percaya sama aku. Ayo kita keluar sekarang ya Tante."
"Tapi Manda... Alvin... Alvin..."
Mamahnya Alvin terus berteriak memanggil nama Alvin. Tetapi Amanda juga terus berusaha membuat Mamahnya Alvin untuk keluar dari dalam sana. Hingga akhirnya Mamahnya Alvin berhasil di bawa keluar dari Restaurant yang sedang mengalami kebakaran di dalam dapur.
********
Di dalam dapur.
Semua karyawan laki-laki yang bekerja di sana sedang berusaha untuk memadamkan api di sana. Tetapi api tetap membesar dan sulit untuk di padamkan. Di sana juga terlihat Sabrina yang sedang berusaha untuk memadamkannya juga.
"Sabrina," teriak Alvin.
"Pak Alvin. Pak saya benar-benar minta maaf Pak. Saya udah buat kesalahan sebesar ini."
"Ga ada waktu untuk minta maaf. Kamu keluar sekarang juga."
"Engga. Saya harus bertanggung jawab sama semua ini."
"Saya bilang keluar ya keluar. Coba kamu bawa dia keluar dari sini."
"Baik Pak."
Karena Sabrina tidak mau keluar juga dari dalam sana, akhirnya Sabrina di bawa paksa keluar oleh teman kerjanya. Sekarang Sabrina sudah berhasil keluar dari dalam sana. Sedangkan Alvin dan beberapa karyawan laki-laki di sana masih berusaha untuk memadamkan api yang semakin lama sudah semakin besar.
Di luar juga sudah ada Mamahnya Alvin, Amanda dan beberapa karyawan perempuan. Di sana sudah pasti Mamahnya Alvin menyalahkan Sabrina atas apa yang sudah terjadi di dalam.
"Ini semua gara-gara kamu. Gara-gara kamu jadi seperti ini. Dasar kamu pembawa masalah."
Sabrina hanya terdiam saja. Karena dia juga merasa jika semua ini terjadi akibat ulah dirinya.
"Maaf Bu. Saya benar-benar minta maaf."
"Maaf, maaf. Kamu cuma bisa minta maaf. Di dalam sana ada anak saya. Kalo anak saya kenapa-kenapa gimana? Kamu bisa apa?"
Mamahnya Alvin bahkan hampir saja menampar Sabrina. Tetapi untungnya bisa di tahan oleh Amanda. Sehingga tangan Mamahnya Alvin tidak sampai di pipi Sabrina.
"Udah Tante. Tante yang sabar ya."
"Alvin... Alvin keluar nak..."
Lagi-lagi Mamahnya Alvin terus memanggil nama Alvin. Dia sangat khawatir dengan keadaan Alvin di dalam sana. Begitu juga dengan Sabrina. Karena Alvin tidak kunjung kembali keluar juga.
"Semua ini emang salah aku. Aku yang salah. Ya Tuhan, selamatkan lah Pak Alvin. Jagalah dia. Semoga Pak Alvin bisa selamat," ucap Sabrina di dalam hatinya.
Lama kelamaan sudah tidak terlihat lagi kobaran api dari luar sana. Sepertinya api berhasil di padamkan. Tetapi tidak lama kemudian Alvin di gotong oleh beberapa orang dalam kondisi pingsan. Mamahnya yang sudah sangat mengkhawatirkannya langsung berteriak histeris melihat keadaan Alvin yang seperti itu.
"Alvin? Alvin. Kenapa Alvin?"
"Tadi Pak Alvin di dalam sepertinya kehabisan nafas, Bu. Makanya dia jatuh pingsan."
"Astaga. Kan apa Mamah bilang sayang. Yaudah kamu cepat panggil ambulance."
"Baik Bu."
Salah satu karyawan Alvin menelepon ambulance untuk membawa Alvin ke rumah sakit supaya Alvin bisa segera di periksa oleh Dokter di sana. Sabrina yang juga mengkhawatirkan keadaan Alvin ingin menghampirinya. Tetapi langsung di dorong begitu saja oleh Mamahnya Alvin.
"Pak Alvin."
"Kami pergi. Jangan pernah kamu dekat-dekat sama anak saya lagi. Semua ini gara-gara kamu. Pergi kamu."
Sabrina terdiam. Dia terlihat sangat sedih. Karena Sabrina juga merasa sangat bersalah atas kejadian hari ini.
"Udah Sabrina kamu pergi aja dulu ya dari sini. Jangan buat keadaan semakin ricuh," sambung Amanda.
Akhirnya Sabrina pergi dari sana. Tetapi dia hanya menjauh. Dia tidak pulang ke rumahnya. Sabrina pergi menjauh sambil menangis.
-TBC-