Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 26 - Salah Paham

Chapter 26 - Salah Paham

"Alvin. Kamu kenapa senyum-senyum kaya gitu?"

"Mamah? Mamah ngapain di sini?"

"Emangnya Mamah ga boleh ya kalo Mamah datang ke restaurant milik anak Mamah sendiri?"

"Bukannya gitu Mah. Ya boleh lah pastinya. Tapi ga biasa aja Mamah jadi sering datang ke sini sekarang."

"Mamah lagi males aja di rumah. Ga ada kegiatan yang bisa Mamah lakuin di rumah. Makanya Mamah datang ke sini."

"Yaudah kalo gitu Mamah duduk aja. Biar Alvin pesankan minuman dan makanan untuk Mamah."

"Makasih nak."

"Sama-sama Mah."

Kemudian Alvin pergi menghampiri salah satu pelayannya untuk memesankan minuman dan makanan untuk Mamahnya. Sedangkan Mamahnya Alvin pergi mencari tempat duduk yang nyaman untuknya. Sambil matanya terus mencari sesuatu di sana. Dia sedang mencari keberadaan Sabrina di sana

"Karyawan yang bernama Sabrina itu dimana ya? Jangan sampai dia dekat-dekat sama Alvin. Aku mau kasih pelajaran ke dia. Tapi nanti aja kalo Alvin sedang sibuk," pikir Mamahnya Alvin di dalam hatinya.

Sudah pasti Mamahnya Alvin kali ini tidak menemukan keberadaan Sabrina. Karena Sabrina sedang berada di dalam dapur.

******

Di dalam dapur. Ternyata Sabrina sedang membantu pekerjaan yang ada di dalam sana. Untuk saat ini Sabrina lebih memilih untuk melakukan pekerjaan di sana daripada dia harus melakukan pekerjaan di depan Restaurant. Karena Sabrina tidak ingin bertemu dengan laki-laki hidung belang yang pernah dia temui. Tiba-tiba saja Alvin datang dan menghampirinya.

"Sabrina," panggil Alvin.

"Iya Pak?"

"Coba kamu buatkan kue yang kamu buat kemarin itu ya. Soalnya di depan ada Mamah saya. Mamah saya harus coba kue buatan kamu itu. Supaya bisa di nilai juga sama dia."

"Apa? Di depan ada Bu Belinda?" tanya Sabrina dengan raut wajah yang sangat terkejut. Membuat Alvin bertanya-tanya.

"Iya. Di depan ada Mamah saya. Kenapa emangnya? Kenapa kamu terkejut seperti itu?"

"Engga... Engga. Ga apa-apa. Saya cuma kaget aja. Yaudah kalo gitu saya buatkan kue nya sekarang juga."

"Oke. Bagus kalo gitu."

Alvin pergi meninggalkan dapur itu. Karena Alvin tidak suka berlama-lama di dapur. Lagi pula bukan tempat seorang pemilik Restaurant untuk berada di dalam dapur. Sedangkan Sabrina sedang berusaha untuk membuat kue untuk di coba oleh Mamahnya Alvin.

"Tenang Sabrina, tenang. Kamu harus tenang supaya buat kue nya juga enak nanti hasilnya. Supaya Bu Belinda ga marah-marah lagi sama gua," ucap Sabrina di dalam hatinya.

*******

"Ini Pak kopinya," ucap salah satu karyawan Alvin.

"Oh iya, makasih."

"Sama-sama."

Pesanan Mamahnya Alvin sudah selesai. Alvin langsung lah yang membawa pesanan itu ke hadapan Mamahnya.

"Ini Mah minumannya."

"Makasih nak."

"Iya Mah, sama-sama."

Mamahnya Alvin ternyata masih saja terus mencari keberadaan Sabrina. Karena dia masih belum bisa menemukan keberadaannya di sana.

"Mamah lagi cari apa sih? Dari tadi seperti ada yang lagi di cari?" tanya Alvin.

"Karyawan kamu kurang satu ya? Itu yang suka buat masalah ga masuk kerja lagi hari ini? Semakin hari dia semakin seenaknya ya."

"Sabrina?"

"Iya kali. Mamah ga tahu namanya siapa dan Mamah juga ga mau tahu."

"Dia masuk Mah. Tapi lagi di dapur. Alvin habis suruh dia buat kue supaya Mamah bisa cobain. Karena kemarin waktu aku cicipi, rasanya enak banget."

"Yakin kamu kalo dia bisa masak?"

"Yakin Mah. Kita tunggu aja nanti ya."

"Oke."

Tidak lama kemudian datang Amanda ke Restaurant itu juga. Amanda datang karena dia merasa bosan di rumah sendirian. Kebetulan di sana juga sedang ada Tantenya atau Mamah dari Alvin.

"Tante. Tante lagi ada di sini juga?" tanya Amanda.

"Iya. Kamu ke sini juga?"

"Iya nih Tante. Bosan banget soalnya di rumah."

"Yaudah sini duduk sama Tante."

"Iya Tante."

Kebetulan sekali ketika Amanda tiba di Restaurant, Sabrina sedang keluar dari dalam dapur. Dia melihat betapa akrabnya kedekatan antara Sabrina dan Mamahnya Alvin. Mereka bertiga saling bercakap-cakap sambil tertawa dengan sangat lepasnya. Membuat hati Sabrina yang melihatnya tiba-tiba saja terasa teriris-iris.

"Itu kan kekasihnya Pak Alvin. Ternyata dia ada di sini juga. Mamahnya Pak Alvin baik banget sama wanita itu. Sikapnya beda banget waktu ke aku dan ke dia. Mungkin karena aku hanyalah seorang karyawan di sini ya? Udah lah Sabrina. Kamu juga ga pantas sama Pak Alvin," pikir Sabrina di dalam hatinya.

Kemudian setelah itu Sabrina melanjutkan membuat kue di dalam dapur. Tetapi kali ini tiba-tiba aja fokus Sabrina terpecah. Dia terus membayangkan kedekatan antara Amanda dan Alvin. Di sana juga tidak ada seseorang yang mampu menyadarkan Sabrina dari lamunannya. Karena semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Apalagi sekarang adalah jam makan siang. Banyak orang yang makan di Restaurant milik Alvin.

Karena tidak fokus akhirnya Sabrina menjatuhkan tepung terigu ke atas kompor. Tepung terigu yang mempunyai zat aditif langsung saja membuat api yang sedang menyala di atas kompor semakin membesar. Sabrina terkejut dengan apa yang sudah dia lakukan sendiri.

"Astaga. Kenapa api nya jadi membesar seperti ini?" pikir Sabrina.

Sabrina yang berusaha untuk memadamkan api nya tetapi api itu semakin membesar.

"Astaga. Kenapa jadi semakin besar?"

Api itu lama kelamaan menyambar beberapa barang yang ada di sana. Sabrina semakin panik dan beberapa orang yang ada di sana juga sudah menyadari kejadian itu.

"Astaga. Ini kenapa bisa seperti ini Sabrina?"

"Aku ga sengaja tumpahin tepung terigu ke atas kompor. Terus gimana?"

"Yaudah keluar aja. Api nya semakin membesar. Ayo."

Teman kerjanya itu berusaha untuk membawa Sabrina keluar dari dalam dapur. Tetapi Sabrina tidak mau karena dia merasa jika semua ini adalah salahnya dan dia harus bertanggung jawab dengan semua ini.

"Engga. Aku harus padami api ini. Karena ini semua salah aku."

"Tapi ini bahaya Sarbina."

"Engga, aku bisa. Kamu keluar aja duluan."

Akhirnya teman kerjanya itu keluar dari dalam dapur terlebih dahulu. Dia meminta pertolongan kepada yang lainnya untuk membantu Sabrina di dalam. Karena sekarang ini Sabrina masih berusaha untuk memadamkan api nya sendiri. Padahal Ali nya itu semakin lama semakin membesar.

"Tolong.... Tolong... Ada kebakaran di dalam," teriak teman kerja Sabrina itu.

Alvin yang sedang berbincang-bincang dengan Mamahnya dan Amanda langsung saja berdiri.

"Apa? Kebakaran? Dimana?" tanya Alvin dengan sangat paniknya.

"Di dalam dapur Pak. Dan sekarang Sabrina masih ada di dalam sana. Dia udah saya ajak keluar dari dapur tapi ga mau. Karena dia sedang mencoba untuk memadamkan api nya."

"Apa? Astaga."

Alvin langsung saja ingin pergi ke dapur untuk menolong Sabrina. Tetapi sayangnya Mamahnya justru menghalanginya. Karena dia tidak suka jika Alvin harus menolong Sabrina lagi kali ini.

-TBC-