"Sabrina tunggu," teriak Alvin.
Sabrina yang mendengar teriakannya langsung menghentikan langkahnya. Kemudian dia melihat ke arah belakang. Dimana Alvin berdiri dari tempat tidurnya. Membuat Sabrina sangat khawatir dengan keadaan Alvin saat ini.
"Pak Alvin. Pak Alvin mau kemana? Bapak jangan banyak gerak dulu," tanya Sabrina.
Alvin tidak menjawab pertanyaan Sabrina. Alvin justru menghapus air mata Sabrina dengan menggunakan jaru-idengan sangat lembut. Kemudian Alvin berkata, "jangan nangis ya. Saya cuma bercanda bicara seperti itu ke kamu. Kamu ga salah. Jadi kamu ga perlu minta maaf atau merasa bersalah sama saya."
Sabrina bingung dengan sikap Alvin kepadanya. Dia hanya terdiam dan setelah itu Sabrina melepaskan tangan Alvin di wajahnya.
"Saya emang salah Pak. Udah seharusnya saya minta maaf ke Bapak. Dan Pak Alvin ga usah bersikap seperti ini. Bapak harus banyak istirahat. Saya bantu kembali ke kasur ya Pak."
Sekarang justru Alvin yang hanya terdiam. Dia menuruti perkataan Sabrina untuk kembali ke tempat tidurnya. Alvin kembali ke tempat tidurnya dibantu oleh Sabrina. Setelah itu Sabrina kembali berpamitan dengan Alvin. Dan kali ini Sabrina benar-benar pergi meninggalkan Alvin.
"Saya pamit pulang dulu Pak. Udah malam ini saya pasti cariin saya di rumah. Sekali lagi saya minta maaf Pak. Permisi."
Sekarang Alvin sendiri lagi di kamar rawatnya. Sekarang juga Alvin tersadar dengan kata-katanya tadi kepada Sabrina.
"Kenapa gua bicara kaya gitu coba ke Sabrina? Pasti sekarang Sabrina salah sangka sama gua. Gimana dong? Jangan-jangan nanti dia mikir kalo gua suka lagu sama dia," pikir Alvin.
Tidak lama kemudian Amanda kembali ke ruang rawat Alvin. Dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Loh kok sendirian? Sabrina mana? Bukannya tadi dia ke sini?" tanya Amanda.
"Jadi kamu tahu kalo Sabrina datang ke sini?"
"Ya tahu. Soalnya tadi aku ketemu sama dia. Terus aku kasih tahu aja kalo Mamah kamu udah ga ada di sini. Jadi dia dia bisa jenggukin kamu. Tapi tadi dia ke sini kan?"
"Iya tadi udah ke sini. Udah selesai kan makannya? Sekarang tidur. Aku juga mau tidur."
Tiba-tiba saja Alvin bersikap dingin dengan Amanda. Tetapi itu bukanlah suatu hal yang aneh bagi Amanda. Karena Amanda sering mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Alvin.
"Yehh ga jelas. Di tanya baik-baik juga. Dasar kulkas tiga pintu."
Alvin hanya terdiam. Dia membalikkan tubuhnya memunggungi Amanda. Sedangkan Amanda duduk di atas sofa yang ada di sana sambil menonton televisi. Karena Amanda masih belum boleh tidur setelah makan siang tadi.
*******
Di rumah Sabrina.
Ibunya Sabrina sudah sangat khawatir dengan Sabrina saat ini. Karena sudah malam seperti ini tetapi Sabrina belum pulang juga ke rumah. Handphonenya juga tidak bisa di hubungi. Karena handphone Sabrina baterai nya habis dan Sabrina tidak ingat dengan hal itu. Dia terlalu fokus dengan kondisi Alvin tadi.
"Sabrina. Kamu kemana aja si sayang? Kenapa kamu belum pulang juga ke rumah? Apa karena dia harus jalan kaki ya makanya dia telat sampai rumah?" pikir Ibunya Sabrina.
Ibunya Sabrina mencoba untuk menelepon Sabrina kembali. Tetapi masih belum bisa di telepon juga. Tidak lama kemudian Sabrina tiba di rumah.
"Ibu. Ibu belum tidur?" tanya Sarbina dengan lesu.
"Gimana Ibu mau tidur sayang. Kamu aja belum sampai di rumah. Kamu kemana aja sih? Kenapa ga bisa di telepon juga?"
"Maafin Sabrina, Bu. Handphone Sabrina tadi mati. Dan Sabrina ga sempat charger. Bu, kayanya besok aku berhenti kerja di sana deh."
"Loh kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu sih sayang? Kenapa kamu kelihatannya sedih banget seperti ini? Cerita dong sayang sama Ibu."
"Jadi tadi itu aku udah buat kesalahan lagi di tempat kerja Bu. Bahkan aku udah buat Pak Alvin masuk ke rumah sakit. Jadi ceritanya—"
Sabrina menceritakan semua kejadian di Restaurant tadi kepada Ibu tirinya. Ibunya pun mendengarnya dengan sangat baik. Dia tidak memotong cerita Sarbina sampai akhirnya Sabrina benar-benar menyelesaikan ceritanya.
"— jadi gitu ceritanya Bu. Aku ga enak sama Pak Alvin. Aku ga mau buat kesalahan lagi di sana. Apalagi Pak Alvin kan udah banyak banget nolongin aku. Kayanya Mamahnya Pak Alvin juga ga akan suka kalo aku tetap kerja di sana."
"Ya ampun Sabrina. Kamu ga boleh sampai menyalahkan diri kamu sendiri. Semua itu udah takdir. Semua itu bencana. Kamu juga ga mau kan semua itu kejadian."
"Iya Bu. Tapi tetap aja aku merasa ga enak sama Pak Alvin terutama sama Bu Brianna. Mamahnya Pak Alvin."
"Yaudah kalo emang keputusan kamu mau berhenti kerja dari sana. Ibu cuma bisa mendukung keputusan kamu dan mendo'akan yang terbaik buat kamu. Yang penting kamu bisa kerja dengan nyaman."
"Iya Bu. Makasih ya Bu udah mau ngertiin aku."
"Iya sayang. Yaudah sekarang kamu bersih-bersih habis itu kamu istirahat. Kamu kaya ya lelah banget hari ini."
"Iya Bu. Ibu juga istirahat ya Bu."
"Iya nak."
Sabrina pun masuk ke dalam kamarnya. Ibunya melihat Sarbina dari belakangnya. Dia merasa kasihan dengan anak yang sudah dia angkat selama ini.
"Kasihan banget Sabrina. Dia harus di angkat oleh orangtua angkat yang ga bisa bahagiain dia. Justru aku malah buat dia menderita. Semoga aja masih ada orangtua kandung Sabrina yang bisa membuat dia bahagia," ucap Ibu angkat Sabrina di dalam hatinya.
Setelah itu Ibu angkatnya Sabrina masuk ke dalam kamarnya juga untuk istirahat. Sedangkan di dalam kamar Sabrina, Sabrina masih belum bisa istirahat. Dia tidak bisa memejamkan kedua matanya. Dia masih terus memikirkan kesalahannya hari ini di tempat kerja. Dia juga memikirkan tentang masalah untuk berhenti dari tempat kerjanya yang sekarang. Yaitu kerja di tempat kantor milik Alvin.
"Sebenarnya aku ga mau berhenti dari kerjaan ini. Di sana teman-teman aku baik-baik semua. Pak Alvin juga walaupun nyebelin tapi dia adalah orang yang baik juga. Tapi aku udah banyak melakukan kesalahan di sana. Sepertinya aku emang harus mengundurkan diri dari kerjaan itu dan mulai cari kerjaan baru besok," ucap Sabrina sendirian.
Sabrina mengambil selembar kertas dan juga sebuah pulpen. Kemudian Sabrina duduk di meja belajarnya yang ada di dalam kamarnya. Sabrina mulai menulis di atas kertas kosong itu. Hingga akhirnya kertas itu tidak kosong lagi. Sabrina malam ini sedang membuat surat pengunduran diri dari tempat kerjanya sekarang ini. Dan dia mulai mencari-cari tahu tentang lowongan kerja yang ada di Internet. Sabrina akan mencoba mendatangi tempat lowongan kerja itu mulai besok. Karena Sabrina tidak boleh tidak kerja. Dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan juga Ibu angkatnya yang sudah sakit-sakitan.
-TBC-