"Galak banget si itu Pak Alvin. Sombong banget lagi bicara ga pernah liat ke mata aku. Selalu aja tangannya di lipat di depan dadanya. Huh, mentang-mentang dia pemilik restorant ini kali," ucap Sabrina di dalam hatinya. Hingga akhirnya sekarang Sabrina mulai melaksanakan perintah dari Alvin tadi.
Sabrina membersihkan semua sudut Restaurant itu. Mulai dari menyapu, mengepel, cuci piring, mengelap kaca dan yang lainnya. Setelah semuanya selesai dilakukan, Sabrina kembali ke pekerjaannya. Yaitu menjadi pelayan di sana. Ketika Sabrina sedang membawakan pesanan kepada salah satu costumer, tiba-tiba saja kaki Sabrina tersandung sesuatu dan membuat Sabrina jatuh. Semua pesanan yang ada di tangannya juga jatuh.
Semua mata para pengunjung yang ada di Restaurant langsung tertuju kepada Sabrina. Di sana juga ada Alvin yang melihat semua kejadian itu. Alvin merasa sangat malu karena palayan yang bekerja di Restaurant miliknya tidak bisa bekerja dengan baik. Alvin pun langsung menghampirinya.
"Kamu berdiri dan ikut saya," perintah Alvin.
"Tapi Pak, saya harus bersihkan semuanya."
"Nanti biar saya suruh staff yang lainnya. Ayo kamu ikut saya."
"Baik Pak."
Alvin memerintahkan Sabrina untuk mengikutinya. Sedangkan tumpahan makannya dan minuman itu dibersihkan oleh pekerja Alvin yang lainnya. Alvin membawa Sabrina pergi ke dapur belakang yang ada di Restaurant. Sudah pasti Sabrina akan di marahi habis-habisan oleh Alvin.
"Kamu itu sebenarnya bisa kerja ga si?" bentak Alvin.
"Maaf Pak. Tadi saya ga sengaja kakinya kesandung meja."
"Ya makanya kamu jalannya hati-hati. Bisa kan? Kamu tuh sebenarnya niat kerja ga si? Datang terlambat, sekarang kamu udah tumpahkan semua pesanan orang. Saya malu tahu ga punya pekerja seperti kamu. Pasti semua orang yang melihatnya menganggap restaurant saya ga bagus. Kamu udah mencoreng nama baik restaurant saya."
"Sekali lagi saya minta maaf Pak. Saya benar-benar minta maaf. Saya benar-benar ga sengaja. Saya mohon jangan pecat saya ya Pak. Saya akan lakukan apapun tapi Bapak jangan pecat saya. Karena saya butuh uang untuk biaya berobat Ibu saya."
Alvin terdiam. Alvin berusaha untuk menahan emosinya. Alvin itu memang terkenal dengan kedinginan dan keegoisannya. Tetapi Alvin juga hatinya mudah tersentuh ketika mendengar masalah seperti ini. Hingga akhirnya Alvin tidak jadi memecat Sabrina. Dia memberikan kesempatan sekali lagi untuk Sabrina.
"Oke saya ga akan pecat kamu."
"Terima kasih Pak. Terima kasih banyak."
"Tapi kamu jangan pernah melakukan kesalahan lagi apapun itu. Kalo kamu melakukan kesalahan lagi, apapun itu, saya ga akan segan-segan untuk pecat kamu. Paham kamu?"
"Paham Pak."
"Yasudah, sekarang kamu kembali ke pekerjaan kamu."
"Baik Pak."
Alvin pergi meninggalkan dapur belakang. Sabrina merasa lebih lega karena tidak di pecat oleh Alvin.
"Syukurlah. Untung aja Pak Alvin ga jadi pecat aku. Tapi aku harus bekerja lebih hati-hati lagi. Aku ga boleh sampai di pecat. Karena cari kerjaan itu susah banget sekarang ini," ucap Sabrina di dalam hatinya.
Setelah itu Sabrina kembali bekerja. Mulai detik ini Sabrina sangat hati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Apapun itu. Dia sangat menjaganya. Supaya Alvin tidak memecatnya.
******
Sedangkan Alvin setelah memarahi Sabrina, dia langsung pergi ke ruangannya yang ada di lantai atas Restaurant nya. Alvin sengaja membuat ruangan di sana supaya ketika Alvin sedang berada di sana, Alvin bisa istirahat di ruangannya. Ternyata sekarang ini di ruangannya sudah ada Mamahnya.
Alvin masuk ke dalam ruangannya. Di dalam sudah ada Mamahnya yang sedang duduk di sofa. Mamahnya langsung bertanya kepada Alvin ketika dia melihat wajah Alvin yang sangat emosi saat ini.
"Alvin. Kamu kenapa nak? Wajah kamu kenapa emosi seperti ini?"
"Gimana Alvin ga emosi Mah. Di bawah itu ada salah satu pelayan yang kerjanya ga benar. Udah tadi pagi telat, sekarang tumpahan pesanan yang dia bawa."
"Kenapa ga kamu pecat aja? Masih banyak kan orang yang mau bekerja di restaurant kamu. Kamu ga akan rugi kehilangan satu pekerja seperti dia."
"Iya si Mah. Tapi Alvin kasihan karena dia buruh uang untuk berobat Mamahnya. Alvin jadi langsung teringat Mamah. Alvin ga tega aja."
"Tapi kamu kan berbeda sama dia. Kamu banyak uang, sukses. Jadi kamu ga usah banding-bandingkan kamu sama dia."
"Biarin aja lah Mah. Alvin kasih kesempatan sekali lagi buat dia. Kalo dia melakukan kesalahan sekali lagi, sekecil apapun itu, Alvin akan pecat dia tanpa kesempatan lagi."
"Yasudah kalo emang keputusan kamu seperti itu."
"Iya Mah."
Alvin itu memang anak laki-laki yang sangat sayang dengan Ibunya. Itulah yang membuat Alvin sangat lemah jika sudah membicarakan tentang Ibu. Termasuk dengan penjelasan Sabrina tadi kepadanya yang membutuhkan uang untuk berobat Ibunya. Alvin langsung teringat Mamahnya.
******
Setelah kejadian memecahkan piring dan gelas, Sabrina memang bekerja dengan sangat hati-hati. Tidak ada lagi kesalahan yang dia lakukan setelah itu. Hingga akhirnya jam tutup Restaurant sudah tiba. Semua para pekerja sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tetapi Sabrina masih di dapur dan belum bersiap-siap sama sekali.
"Sabrina. Kamu ga pulang?" tanya salah satu teman kerjanya.
"Nanti. Aku harus mengganti waktu aku tadi pagi yang terlambat."
"Kamu kan terlambat cuma 10 menit. Dari tadi kita bersih-bersih juga udah ada 10 menit. Kamu pulang aja."
"Ga apa-apa. Aku mau bersih-bersih lagi aja supaya semakin bersih. Takutnya masih ada yang tertinggal kotorannya."
"Yaudah kalo emang mau kamu gitu. Kita pulang duluan ya."
"Iya. Hati-hati."
Sekarang semua teman kerjanya sudah kembali ke rumah masing-masing. Di dalam restaurant itu hanya tersisa Sabrina. Sabrina melanjutkan membersihkan Restaurant itu sampai tidak ada debu yang tertinggal.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Padahal semua teman kerjanya sudah kembali ke rumah sejak pukul 10 tadi. Sudah lewat satu jam Sabrina terlambat pulang dari teman-temannya.
"Akhirnya selesai juga semuanya," ucap Sabrina.
Sabrina langsung bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya. Ketika Sabrina hendak pulang ke rumah, tiba-tiba saja Alvin datang kembali ke Restaurant. Padahal tadi sore Alvin sudah pergi meninggalkan Restaurant nya.
"Pak Alvin?"
"Kamu kenapa masih di sini?"
"Saya kan harus mengganti waktu saya yang terlambat tadi pagi Pak. Pak Alvin ngapain di sini?"
"Ada barang saya yang ketinggalan di sini. Lagian ini kan restaurant saya. Jadi terserah saya dong mau ke sini kapan aja."
Sabrina hanya terdiam. Dia hanya berani bicara di dalam hatinya.
"Pak Alvin ini emang nyebelin banget. Ucapannya selalu aja buat orang lain sakit hati. Untung aja dia yang punya restaurant ini, tempat kerja aku. Kalo engga, udah aku kerjain ini orang," ucap Sabrina di dalam hatinya.
-TBC-