"Permisi Sus saya mau tanya. Biaya operasi atas nama Ibu Pamela Megan berapa ya?"
"Sebentar ya saya cek dulu."
"Iya Sus."
Suster itu mengeceknya supaya semuanya jelas dan tidak ada kesalahan. Setelah mendapatkan informasi tentang biayanya kemudian Suster itu memberitahukannya kepada Sabrina.
"Oh yang mau operasi donor ginjal ya Mba?"
"Iya benar Sus."
"Sudah dibayarkan semuanya Mba. Tinggal menunggu jadwal operasi aja."
"Udah di bayar? Ga mungkin. Siapa yang bayar Sus?"
"Iya benar Mba. Semuanya sudah dibayarkan oleh seseorang yang tidak mau disebut namanya. Jadi maaf, saya ga bisa menyebutkan namanya."
"Cewek atau cowok Sus?"
"Untuk masalah itu juga salah ga bisa kasih tahu Mba. Soalnya orangnya minta saya untuk merahasiakan gender dia juga."
"Oh gitu ya Sus. Kalo boleh tahu, berapa jumlah biaya yang orang itu keluarkan ya Sus?"
"Tiga ratus juta rupiah, Mba."
"Astaga. Jumlah yang sangat besar. Siapa ya dia? Yaudah kalo gitu terima kasih ya Sus."
"Sama-sama."
Sabrina bingung kenapa semua biaya Ibunya sudah dibayarkan. Sabrina terus memikirkan siapa orang yang sudah membayar semua biaya rumah sakit Ibunya sekarang ini.
"Siapa ya yang udah bayar semua biaya Ibu di rumah sakit? Tiga ratus juta itu bukan uang yang sedikit. Itu jumlah yang sangat besar. Apa mungkin Pak Alvin yang udah bayar semuanya? Karena yang tahu kalo aku dan Ibu di rumah sakit kan cuma dia. Dia juga yang udah antar aku dan Ibu ke rumah sakit. Aku harus pastiin semuanya ke Pak Alvin langsung," pikir Sabrina di dalam hatinya.
Waktu operasi Ibu angkat Sabrina masih sekitar 3 jam lagi. Sabrina masih mempunyai waktu untuk menemukan Alvin terlebih dahulu. Karena Sabrina yakin jika Alvin lah yang sudah membayar semua biaya operasi dan rumah sakit Ibunya.
"Masih ada waktu tiga jam. Lebih baik aku ke restaurant dulu. Aku mau tanya ke Pak Alvin dulu. Apa benar dia yang udah bayar semuanya?" pikir Sabrina.
******
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tetapi tidak seperti biasanya Alvin pergi meninggalkan Restaurant jam segini. Biasanya Alvin pulang malam sampai Restaurant sudah benar-benar tutup. Tetapi karena hari ini Alvin ada rumusan lain, sehingga Alvin harus lebih cepat meninggalkan Restaurant miliknya.
"Ayo Mah kita berangkat sekarang," ajak Alvin kepada Mamahnya.
"Iya. Kamu duluan ya sayang. Mamah masih ada teman Mamah di depan. Ga enak kalo Mamah pergi gitu aja."
"Tapi Mah acaranya kan sebentar lagi. Ga enak kalo kita terlambat."
"Iya Mamah tahu. Mamah cuma mau izin pamit pulang aja. Ga lama kok. Nanti Mamah pergi sama supir Mamah. Soalnya Mamah ke sini kan juga sama supir."
"Oh yaudah. Tapi ingat ya Mah, jangan sampai terlambat."
"Iya sayang."
"Yaudah aku berangkat duluan."
"Iya sayang."
Akhirnya Alvin pergi lebih dulu daripada Mamahnya. Karena Mamahnya masih ada urusan dengan temannya di Restaurant milik Alvin. Tidak lama kemudian setelah Alvin pergi meninggalkan Restaurant, Sabrina tiba di Restaurant. Sabrina langsung masuk dan menanyakan keberadaan Alvin dengan teman-teman kerjanya.
"Edric. Pak Alvin ada kan ya di sini? Dia lagi dimana sekarang?"
"Pak Alvin baru aja pulang."
"Pulang? Ga biasanya dia pulang jam segini."
"Kayanya karena ada rumusan deh makanya dia pulang lebih awal."
"Ohh gitu. Padahal aku pingin banget ketemu sama Pak Alvin."
Ketika Sabrina sedang mencari Alvin, tiba-tiba saja Mamah dari Alvin datang menghampirinya.
"Ada apa kamu cari anak saya?"
"Bu? Ibu itu Ibunya Pak Alvin ya?"
"Iya benar. Kamu siapa ya?"
"Saya Sabrina, Bu."
"Ohh jadi kamu yang namanya Sabrina. Kamu yang udah buat kesalahan beberapa kali di restaurant ini kan?"
"Iya Bu. Sebelumnya saya minta maaf. Tapi saya udah janji saya ga akan mengulanginya lagi kok."
"Janji, janji. Kamu tahu kan kalo kesalahan kamu itu fatal untuk restaurant ini?"
"Iya Bu. Sekali lagi saya minta maaf banget. Saya udah ga telat lagi kok Bu."
"Tapi kamu main pergi gitu aja kan tadi siang. Padahal masih jam kerja."
"Itu semua karena Ibu saya sakit Bu. Ibu saya sakit keras. Dan sekarang dia sedang menunggu waktu operasi."
"Alah alasan. Kalo kamu masih mau kerja di sini, kamu harus bisa bekerja secara profesional. Kalo engga, siap-siap aja kamu untuk pergi dari sini dan kamu akan saya pecat."
Kemudian setelah itu Ibu dari Alvin pergi meninggalkan Restaurant begitu saja. Sekarang ini Sabrina sedang sangat kebingungan dengan ancaman yang sudah diberikan oleh Ibu dari Alvin. Sabrina tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak diperbolehkan untuk bekerja di Restaurant itu lagi, maka akan bekerja dimana lagi dia. Sedangkan Sabrina masih membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pengobatan Ibu angkatnya.
"Gimana kalo aku beneran dipecat ya? Aku ga mau sampai dipecat. Kalo aku dipecat, nanti aku harus kerja dimana lagi?" pikir Sabrina di dalam hatinya.
"Kamu kenapa Sabrina?" tanya Edric.
"Entah. Ga kenapa-kenapa. Yaudah aku pergu ke rumah sakit lagi ya. Ibu aku mau operasi donor ginjal. Do'ain ga supaya operasinya berjalan dengan lancar."
"Aamiin. Hati-hati ya."
"Iya, makasih."
Sabrina pergi untuk kembali ke rumah sakit. Karena sebentar lagi Ibu angkat Sabrina akan melaksanakan operasi donor ginjal.
******
Malam ini Alvin ada acara makan malam dengan keluarga besarnya. Makan malam ini dilakukan setiap bulan sekali. Itu semua karena mereka semua akan membahas tentang masalah bisnis keluarga mereka. Keluarga Alvin memang memiliki berbagai bisnis yang saling membantu satu sama lain. Tetapi kali ini Alvin tidak fokus dengan acara keluarganya karena terus memikirkan tentang perkembangan Ibu Sabrina.
"Gimana keadaan Ibunya Sabrina sekarang ya? Apa dia udah melakukan operasi? Terus Sabrina gimana? Kasihan juga dia harus sendirian jagain Ibunya di rumah sakit," pikir Alvin di dalam hatinya.
Mamahnya yang melihat Alvin bersikap aneh langsung mempertanyakan kepadanya.
"Kamu kenapa nak? Seperti ada yang sedang kamu pikirkan? Kamu lagi ada masalah?"
"Engga Mah. Alvin ga kenapa-kenapa."
"Jangan-jangan kamu lagu mikirin restaurant kamu itu ya? Atau kamu mikriin karyawan kamu yang ga tahu diri itu? Tadi Mamah ketemu sama dia di restaurant."
"Apa? Mamah ketemu sama Sabrina? Terus gimana Mah?"
"Ga ga gimana-gimana. Awalnya dia cariin kamu, terus Mamah marahin aja dia. Mamah kasih peringatan ke dia kalo dia seperti itu terus, Mamah yang akan pecat dia. Dan kamu jangan lemah sama dia. Kamu harus bisa bersikap tegas ke Sabrina. Ke semua karyawan kamu yang seenaknya kalo kerja."
"Iya Mah."
Alvin hanya bisa meng-iyakan ucapan Mamahnya itu. Karena Alvin tidak mau ribut dengan Mamahnya sendiri.
-TBC-