Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 11 - Larangan

Chapter 11 - Larangan

"Sabrina," panggil Ibunya dengan suara yang sangat lemas.

"Iya Bu. Aku di sini Bu. Syukur kalo Ibu udah sadarkan diri. Sebentar ya Bu. Aku panggilin Dokter dan Suster dulu. Dokter... Suster...," teriak Sabrina. Hingga akhirnya datang salah satu Suster ke ruangan Ibunya.

"Ada apa Mba?"

"Ini Sus. Ibu saya sudah sadarkan diri."

"Baik kalo gitu saya panggilkan Dokter dulu."

"Iya Sus. Ibu, Ibu yang sabar ya. Dokter nya lagi di panggilin."

Suster itu kembali keluar untuk memanggil Dokter yang akan menangani Ibu dari Sabrina. Tidak lama kemudian Dokter itu datang dan segera memeriksa perkembangan dari Ibunya Sabrina.

Setelah beberapa waktu Dokter itu memeriksa keadaan Ibunya Sabrina saat ini, Sabrina langsung bertanya kepada Dokte ritu tentang perkembangan Ibunya.

"Gimana Dok keadaan Ibu saya? Ibu saya udah ga kenapa-kenapa kan Dok? Ibu saya udah ga sakit? Ibu saya udah sehat kembali?" tanya Sabrina dengan segudang pertanyaan.

"Ibu kamu sudah melewati masa kritisnya pasca operasi. Keadaan Ibu kamu sudah semakin membaik. Hanya tinggal pemulihan saja supaya benar-benar sehat nantinya. Ibu kamu harus banyak istirahat dulu."

"Syukurlah kalo keadaan Ibu saya sudah semakin membaik. Terima kasih banyak Dok."

"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi dulu."

"Iya, silahkan Dok."

Dokter itu kembali pergi meninggalkan ruang rawat Ibunya Sabrina. Sedangkan Sabrina kembali menghampiri Ibunya.

"Ibu. Syukurlah keadaan Ibu sudah membuka sekarang ini. Ibu mau apa? Mau makan? Mau minum? Atau apa bilang aja sama Sabrina, Bu."

"Ibu mau tanya ke kamu. Ibu habis oeprasi? Terus siapa yang udah bayar biaya operasinya? Emangnya kamu ada uang untuk membayar semuanya? Maaf ya Ibu udah buat kamu sudah lagi. Ibu selalu saja membuat kamu sudah. Ibu ga pernah buat kamu bahagia."

"Ibu. Ibu bicara apa sih. Ibu ga boleh bicara seperti itu. Syukurnya ada orang baik yang udah membayar semua biaya Ibu selama di rumah sakit sampai biaya operasinya juga."

"Ada yang udah membayar semuanya? Siapa sayang?"

"Sabrina juga ga tahu sih Bu. Tapi Sabrina yakin kalo yang udah bayar semuanya adalah Boss dari Sabrina. Karena dia yang udah bantu aku juga untuk bawa Ibu ke rumah sakit. Tas walaupun dia ga mau ngaku, tapi aku yakin banget kalo dia yang udah bayarin semuanya, Bu.",

"Boss tempat kamu kerja? Bukannya kata kamu dia itu orangnya galak ya? Tapi dia bisa sebaik itu sama kamu. Dia mau bantu orang yang baru aja dia kenal."

"Aku juga ga tahu Bu. Yaudah Ibu minum dulu ya. Setelah operasi Ibu kan belum minum."

"Iya nak."

Sabrina mengurus Ibunya yang sedang sakit dengan sangat baik. Walaupun dia itu hanyalah Ibu angkatnya. Sabrina memberikan minum kepada Ibunya. Kemudian dia juga mengupaskan buah-buahan untuk Ibunya. Buah-buahan itu ada di dalam bungkusan yang tiba-tiba saja sudah ada di dalam ruang rawat Ibunya tadi. Setelah itu Sabrina izin kepada Ibunya untuk pergi bekerja. Karena Sabrina tidak mau dipandang rendah lagi oleh Mamahnya Alvin. Sehingga walaupun Ibunya sedang sakit dia harus tetap bekerja hari ini.

"Ibu. Sebelumnya aku mau minta maaf sama Ibu. Aku mau izin berangkat kerja pagi ini ga apa-apa ya Bu? Soalnya aku ga mau dimarahi lagi sama Ibunya Pak Alvin. Apalagi akhir-akhir ini aku juga udah membuat kesalahan di tempat kerja aku. Tapi aku janji, setelah pulang kerja pasti aku langsung ke sini lagi untuk jaga Ibu."

"Maafin Ibu ya nak. Ibu udah buat kamu menjadi susah seperti ini. Kamu harus bekerja, jagain Ibu, rawat Ibu."

"Ibu... Ibu ga usah bilang seperti itu ah. Itu kan udah menjadi kewajiban Sabrina untuk mengurus Ibu."

"Tapi Ibu kan cuma Ibu angkat kamu. Bukan Ibu kandung kamu."

"Bagi aku, Ibu adalah Ibu kandung aku. Ibu yang udah besarin Sabrina sampai sekarang ini. Udah ah Ibu jangan berkata seperti itu lagi ya. Aku mau siap-siap ke tempat kerja dulu. Nanti aku minta tolong sama Suster nya untuk jaga Ibu ya."

"Iya nak kamu hati-hati ya. Yang semangat kerjanya."

"Iya Bu."

Sabrina bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerjanya pagi ini. Sabrina menitipkan Suster di rumah sakit untuk menjaga Ibunya selama dirinya bekerja. Setelah selesai bekerja, Sabrina pasti akan menjaga Ibunya kembali. Karena memang sebegitu sayangnya Sabrina kepada Ibunya. Walaupun dia hanya Ibu angkatnya.

******

Pagi ini Alvin sudah sangat rapih. Dia akan pergi ke Restaurant nya pagi ini.

"Nak, kamu mau mau kemana? Ke restaurant?" tanya Mamahnya.

"Iya Mah. Alvin mau kontrol restaurant di sana. Apalagi kan ada beberapa masalah di sana. Sehingga Alvin harus turun tangan untuk membantunya."

"Pasti masalahnya karyawan baru kamu itu kan? Kemarin Mamah ketemu sama dia."

"Mamah ketemu sama dia? Dimana?"

"Di restaurant. Dia cari-cari kamu. Dia kan yang udah pergi gitu aja di jam kerja. Mamah marahi aja dia supaya dia ga seenaknya lagi. Kamu juga harus bersikap tegas. Kamu pecat aja dia. Kamu ga akan rugi kalo kamu pecat dia."

"Tapi Mah, dia itu pergi karena ngantar Ibunya ke rumah sakit. Penyakit Ibunya kambuh. Ibunya punya penyakit serius di ginjalnya. Yaudah kalo gitu Alvin berangkat ke restaurant dulu."

"Kamu ga sarapan dulu nak?"

"Di sana aja Mah. Bye Mah."

Tiba-tiba saja Alvin pergi begitu saja dari rumahnya. Bahkan dia tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Kenapa si itu anak main pergi aja. Bukannya sarapan dulu di rumah," oceh Mamahnya yang di dengar oleh suaminya.

"Udah biarin aja Mah. Alvin itu kan udah dewasa. Pasti dia udah bisa jaga dirinya sendiri. Kalo dia lapar, dia pasti akan makan."

Setelah itu Mamah dan Ayahnya Alvin sarapan bersama di meja makan tanpa Alvin.

******

Pagi ini Alvin rencananya memang ingin pergi ke Restaurant miliknya. Tetapi setelah Mamahnya memberitahukan jika Sabrina datang ke Restaurant kemarin sore, akhirnya Alvin memutuskan untuk pergi ke rumah sakit pagi ini. Setelah itu dia baru akan pergi ke Restaurant nya.

"Lebih baik aku lihat keadaan Sabrina dan Ibunya dulu. Aku takut dia dan Ibunya kenapa-kenapa karena dia sampai bela-belain datang ke restaurant kemarin. Mamah juga baru bilang sekarang," pikir Alvin.

Alvin pergi ke rumah sakit dengan menggunakan mobil pribadinya. Baru beberapa menit Alvin berada di jalan menuju ke rumah sakit, tiba-tiba saja ada telepon masuk. Telepon itu datang dari salah satu karyawannya di Restaurant. Alvin yang takut terjadi apa-apa dengan Restaurant nya pun langsung mengangkat telepon dari karyawannya.

-TBC-