Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 18 - Satu Kesalahan

Chapter 18 - Satu Kesalahan

"Sabrina kenapa ya? Kenapa dia jadi jutek banget kaya gitu sama gua? Apa gua punya salah? Tapi apa?" pikir Alvin di dalam hatinya.

Bukan hanya Alvin yang bingung dengan sikap Sabrina kali ini, tetapi Ibunya juga.

"Sabrina kenapa ya? Sikapnya dia semakin aneh aja. Atau jangan-jangan Sabrina lagi ngambek sama Pak Alvin? Tapi emangnya apa yang membuat Sabrina ngambek sama Pak Alvin?" pikir Ibunya Sabrina di dalam hatinya.

Karena suasana semakin memanas, akhirnya Ibunya Sabrina berusaha untuk memisahkan mereka berdua dengan cara ambil tengah. Yaitu dengan menerima pemberian dari Alvin.

"Udah kalian berdua jangan bertengkar seperti itu. Sini, Tante terima ga makanan dari kamu. Sekali lagi terima kasih banyak."

"Tapi Bu, Ibu kan belum boleh makan makanan seperti itu."

"Nanti kan kamu bisa makan."

"Aku ga mau makan makanan itu."

Kemudian setelah itu Sabrina pergi meninggalkan ruang rawat Ibunya. Sabrina kesal karena Ibunya bukan membelanya tetapi justru membela Alvin.

"Sebentar ya Tante, saya kejar Sabrina dulu."

"Oh i... Iya Pak Alvin."

Alvin langsung mengejar Sabrina keluar ruang rawat Ibunya. Ternyata Sabrina sudah pergi meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan sepedanya.

"Sabrina mau kemana lagi dia. Ada-ada aja. Dia kenapa si sebenarnya?" pikir Alvin.

Tanpa berpikir panjang, Alvin pun langsung mengejar Sabrina dengan mobilnya. Karena Alvin tidak mau Sabrina sampai kenapa-kenapa di jalan. Apalagi Sabrina pergi dengan keadaan marah. Hingga akhirnya Sabrina berhenti di salah satu taman yang berada dekat dari rumah sakit. Tidak sengaja Alvin menabrak sepeda milik Sabrina hingga rusak. Alvin menabraknya karena dia tidak fokus menyetir. Pandangannya hanya kepada Sabrina saja. Sabrina yang mengetahui sepedanya ditabrak langsung marah-marah dengan Alvin.

"Aduh, gua nabrak sepedanya lagi. Pasti Sabrina semakin marah nih sama gua," ucap Alvin.

Alvin keluar dari dalam mobilnya. Di sana Sabrina sudah melihati sepedanya dengan tatapan sedih.

"Sabrina maaf. Saya benar-benar ga sengaja nabrak sepeda kamu."

"Pak Alvin tuh gimana sih? Kenapa Bapak tabrak sepeda aku? Pasti Bapak sengaja kan?"

"Engga. Saya benar-benar ga sengaja nabrak sepeda kamu. Soalnya saya cuma fokus cari kamu aja tadi. Jadi ga lihat kalo di depan ada sepeda."

"Lagian kenapa Bapak kerjar saya sih. Bapak seharusnya ga usah kejar saya seperti ini."

"Yaudah sekali lagi saya minta maaf sama kamu. Saya beliin sepeda baru ya buat kamu."

"Ini bukan tentang sepeda baru Pak. Tapi ini tentang kenangannya. Ini tuh sepeda hadiah dari Ibu yang paling berharga. Ini adalah kado satu-satunya yang pernah Ibu kasih ke saya. Karena Ibu ga mampu lagi untuk kasih saya hadiah setelah itu."

"Maaf saya ga tau. Yaudah saya perbaiki aja ya sepeda kamu."

"Ga usah. Saya bisa perbaikinya sendiri."

"Tapi Sabrina. Sabrina..."

Alvin terus memanggil nama Sabrina tetapi Sabrina mengabaikannya begitu saja. Sabrina meninggalkan Alvin sambil membawa sepedanya yang rusak dengan cara mendorongnya. Sabrina akan membawa sepedanya yang rusak ke bengkel untuk diperbaiki.

"Tuh kan Sabrina marah banget sama gua. Gua harus ikutin dia dari belakang," ucap Alvin yang langsung mengikuti Sabrina dari belakang. Tetapi kali ini tanpa mobilnya. Karena Alvin tidak mau sampai Sabrina tahu jika Alvin masih mengikutinya.

******

Sabrina benar-benar membawa sepedanya ke bengkel terdekat. Di sana Sabrina meminta orang bengkel untuk segera memperbaiki sepedanya. Karena jika tidak ada sepeda, Sabrina akan kesulitan untuk pergi kerja atau pergi ke tempat yang lainnya. Jika Sabrina harus naik angkutan, itu akan mengeluarkan uang yang lumayan jika uang itu di kumpulkan. Atau jika Sabrina jalan kaki, kaki dia pasti akan sakit. Karena perjalan ke tempat kerjanya cukup jauh.

"Bang. Tolong benerin sepeda saya Bang."

"Kenapa itu Neng sepedanya?"

"Ditabrak mobil Bang."

"Waduh, ini mah rusaknya lumayan parah. Ditabrak mobil lagi. Mending diganti baru aja sepedanya Neng. Ini juga kan udah model lama."

"Saya ga mau Bang. Banyak kenangan di sepeda ini. Pokoknya dibenerin ya Bang sampai bisa."

"Yaudah dah. Saya coba benerin ya. Tapi ga bisa langsung selesai hari ini. Palingan dua sampai tiga hari. Gimana?"

"Yaudah ga apa-apa. Nanti saya balik lagi ke sini. Makasih banyak ya Bang."

"Oke sama-sama."

Setelah itu Sabrina pergi meninggalkan bengkel itu. Sekarang Sabrina sudah tidak bisa menggunakan sepedanya lagi untuk kembali ke rumah sakit. Dia harus berjalan kaki lumayan jauh.

"Sekarang aku harus jalan kaki untuk kembali ke rumah sakit. Semua ini gara-gara Pak Alvin. Lagian kenapa sih Pak Alvin masih aja kejar-kejar aku kaya gitu. Dia itu kan udah punya cewek. Ga takut ceweknya marah apa? Pasti kalo ceweknya tahu juga akan sakit hati," ucap Sabrina yang ternyata di dengar oleh Alvin.

"Oh jadi Sabrina marah sama gua karena dia lihat gua sama Amanda tadi. Jadi dia cemburu sama gua? Itu artinya dia suka sama gua?" pikir Alvin di dalam hatinya.

Tiba-tiba saja Alvin keluar dari tempat persembunyiannya. Dia menarik tangan Sarbina untuk ikut ke mobilnya dan kembali ke rumah sakit bersamanya.

"Pak Alvin? Lepasin tangan saya Pak."

"Biar saya antar ke rumah sakit. Emangnya kamu mau jalan kaki ke rumah sakit? Jauh kan."

"Ga apa-apa. Saya masih kuat untuk jalan."

"Saya juga mau antar kamu karena ada pekerjaan yang harus saya bicarakan sama kamu. Kalo engga, saya juga ga akan mau antar kamu ke sana. Ayo ikut saya sekarang."

Sabrina hanya terdiam. Dia tidak bisa menolak ajakan Alvin ketika Alvin sudah membicarakan tentang pekerjaan. Karena Sabrina takut jika dia menentang tentang pekerjaan, dia akan dipecat oleh Alvin. Sabrina dan Alvin pun pergi ke mobil yang jaraknya tidak jauh dari bengkel. Sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil untuk kembali ke rumah sakit.

"Jadi Bapak mau bicarain apa tentang kerjaan? Ini sebentar lagi juga sampai rumah sakit kan kalo naik mobil," tanya Sabrina dengan juteknya.

"Iya sabar. Tadi kamu itu ternyata udah buat kue ya? Kenapa ga langsung di kasih ke saya? Kenapa kamu malah simpan di kulkas? Kalo sampai besok pagi ga enak gimana? Kamu baru kasih kue itu ke saya gitu? Sengaja? Supaya saya sakit?"

"Ih nih orang ngeselin banget sih. Kalo udah ngomong panjang banget ga mau berhenti. Emangnya mulut punya dia doang apa," ucap Sarbina di dalam hatinya.

Alvin melirik ke arah Sabrina yang sedang melamun kali ini. Dia tidak menjawab pertanyaan darinya tetapi justru melamunkan sesuatu.

"Kenapa kamu diam? Kamu ga dengar saya?" tanya Alvin kembali.

-TBC-