"Kalo di liat dari luar si udah bagus. Rasanya juga kayanya enak. Sebenarnya kemarin itu juga udah enak sih. Tapi aku iseng aja ngerjain dia," ucap Alvin di dalam hatinya.
Alvin memasukan kue itu ke dalam mulutnya. Pada gigitan pertama Alvin sudah merasakan kenikmatan dari kue yang dibuat oleh Sabrina itu.
"Enak. Kue ini rasanya enak banget. Tapi kenapa dia ga langsung bilang ke aku ya kalo dia udah buat kue lagi. Atau karena dia lihat aku sama Amanda makanya dia ga berani buat bilang ke aku? Atau jangan-jangan tadi dia sempat tumpahin es kopi susu juga karena dia lihat aku sama Amanda? Jadi Sabrina cemburu sama aku?" pikir Alvin di dalam hatinya.
Sambil memikirkan semuanya Alvin sambil tersenyum-senyum sendiri. Semua orang yang ada di dapur otomatis langsung melihat ke arah Alvin sambil bertanya-tanya. Merasa risih karena sudah dilihati seperti itu, akhirnya Alvin keluar dari dalam dapur dan kembali ke tempat duduk bersama dengan Amanda yang sudah menunggunya di sana.
"Kamu kenapa senyum-senyum kaya gitu?" tanya Amanda.
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa."
"Bohong. Pasti kamu lagi jatuh cinta ya? Sama siapa? Kasih tahu aku dong."
"Emang kalo kaya gini tuh artinya lagi jatuh cinta ya?"
"Ya iyalah. Emangnya kamu jatuh cinta sama siapa sih?"
Alvin hanya terdiam mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Amanda. Ya, jelas Amanda tidak cemburu dengan Alvin jika Alvin memang benar-benar sedang jatuh cinta. Karena Amanda hanyalah sepupu dari Alvin. Dia yang baru saja pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya di Canada. Tidak ada hubungan apa-apa antara Alvin dan Amanda. Mereka berdua hanya sepupu. Jadi apa yang sudah Sabrina pikirkan tentang Alvin dan Amanda itu semuanya salah.
"Engga. Aku ga lagi jatuh cinta sama siapa-siapa. Tapi sekarang aku ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan. Kamu mau di sini aja atau mau pulang? Kalo mau pulang biar aku antar kamu dulu."
"Ga usah. Aku di sini aja. Kamu kan ada urusan mendadak. Santai aja. Nanti kalo mau pulang aku kan bisa naik taksi online."
"Serius ga apa-apa?"
"Iya ga apa-apa. Yaudah pergi gih sana."
"Yaudah. Aku pergi dulu ya. Bye."
"Bye."
Akhirnya Alvin pergi meninggalkan Amanda sendiri di Restaurant miliknya. Amanda sudah pasti akan aman berada di Restaurant milik Alvin. Tidak akan ada yang berani menganggunya. Walaupun ada, pasti banyak orang yang menjaganya di sana.
Amanda masih kepikiran tentang Alvin yang tiba-tiba saja senyum-senyum sendiri tadi.
"Alvin itu sebenarnya kenapa ya? Ga biasanya dia senyum-senyum sendiri kaya gitu. Bisanya kan dia selama ini orangnya dingin banget. Pasti dia lagi jatuh cinta. Hebat banget cewek yang udah bisa buat Alvin jatuh cinta. Haha," pikir Amanda di dalam hatinya.
*******
Sabrina baru saja tiba di rumah sakit dengan menggunakan sepeda miliknya. Setibanya di rumah sakit sudah pasti Sabrina langsung masuk ke ruang rawat Ibunya. Tidak seperti biasanya Sabrina hari ini. Biasanya Sabrina selalu tersenyum bahagia walaupun dia sudah seharian bekerja. Tetapi kali ini Sabrina terlihat muram dan lesu.
"Siang Bu," sapa Sabrina.
"Siang. Sabrina sayang. Kamu udah pulang nak?"
"Udah Bu."
"Terus kenapa wajah kamu ditekuk gini? Kamu lagi ada masalah? Kamu di marahin lagi di tempat kerja sama Boss kamu?"
"Engga Bu."
"Terus kamu kenapa? Cerita dong sayang sama Ibu."
Sabrina hanya terdiam. Tidak mungkin dia bercerita kepada Ibunya jika hari ini Sabrina sedang sakit hati karens melihat Boss nya sedang berduaan dengan wanita lain.
"Ga mungkin aku ceritaa kalo aku sedih karena lihat Pak Alvin sama cewek lain. Yang ada Ibu ketawain aku. Lagian aku juga sebenarnya ga pantas untuk mempunyai rasa cemburu dengan Pak Alvin. Pak Alvin itu adalah pemilik restaurant. Sedangkan aku hanya seorang pelayan di sana," ucap Sabrina di dalam hatinya.
"Sabrina. Kamu kenapa sayang? Kok malah melamun si?"
"Eh, iya, ga apa-apa kok Bu. Sabrina cuma lagi kecapekan aja. Soalnya tadi rame banget restaurant nya. Oh iya, Ibu udah makan belum?"
"Udah nak. Barusan aja Ibu selesai makan."
"Syukurlah kalo gitu. Yaudah sekarang Ibu makan buah ya. Ibu harus banyak makan supaya cepat sembuh."
Ibunya Sabrina hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia masih memikirkan tentang sikap Sarbina yang tidak seperti biasanya hari ini.
"Sabrina kenapa ya kira-kira? Ga seperti biasanya dia seperti ini. Dia itu kan orangnya periang, bawaannya selalu bisa buat orang lain bahagia. Pasti sekarang ini Sabrina sedang menyembunyikan suatu masalah dari aku supaya aku ga ikut kepikiran sama masalah itu," pikir Ibunya Sabrina di dalam hatinya.
Tidak lama kemudian datang Alvin ke ruang rawat Ibunya Sabrina.
"Selamat siang," ucap Alvin.
"Pak Alvin?"
"Gimana kabar Tante hari ini? Udah lebih baik?"
"Iya. Tante udah lebih baik. Tapi maaf sebelumnya, ini siapa ya Sabrina?"
"Ini tuh Boss aku di tempat kerja Bu. Namanya Pak Alvin."
"Ohh jadi ini yang namanya Pak Alvin. Senang bertemu dengan Pak Alvin. Terima kasih juga sudah mau datang ke sini. Repot-repot segala."
"Engga repot sama sekali kok Tante. Ini saya ada makanan sedikit."
"Ga usah. Ibu juga masih belum boleh makan makanan sembarangan soalnya," jawab Sabrina dengan cepatnya.
"Ini bukan makanan sembarangan. Ini makanannya sehat dan juga bersih. Lagian saya juga ga mungkin kasih makanan ga sehat ke Tante. Orang yang lagi sakit."
"Tetap aja Ibu masih ga boleh makan makanan dari luar selain dari rumah sakit. Saya ga mau sampai Ibu saya kenapa-kenapa."
Sabrina terus menjawab semua perkataan Alvin. Bahkan dia menjawabnya dengan sangat jutek. Tidak seperti biasanya Sabrina bersikap seperti ini ke Alvin ataupun ke orang yang lainnya.
"Sabrina kenapa ya? Kenapa dia jadi jutek banget kaya gitu sama gua? Apa gua punya salah? Tapi apa?" pikir Alvin di dalam hatinya.
Bukan hanya Alvin yang bingung dengan sikap Sabrina kali ini, tetapi Ibunya juga.
"Sabrina kenapa ya? Sikapnya dia semakin aneh aja. Atau jangan-jangan Sabrina lagi ngambek sama Pak Alvin? Tapi emangnya apa yang membuat Sabrina ngambek sama Pak Alvin?" pikir Ibunya Sabrina di dalam hatinya.
Karena suasana semakin memanas, akhirnya Ibunya Sabrina berusaha untuk memisahkan mereka berdua dengan cara ambil tengah. Yaitu dengan menerima pemberian dari Alvin.
"Udah kalian berdua jangan bertengkar seperti itu. Sini, Tante terima ga makanan dari kamu. Sekali lagi terima kasih banyak."
"Tapi Bu, Ibu kan belum boleh makan makanan seperti itu."
"Nanti kan kamu bisa makan."
"Aku ga mau makan makanan itu."
Kemudian setelah itu Sabrina pergi meninggalkan ruang rawat Ibunya. Sabrina kesal karena Ibunya bukan membelanya tetapi justru membela Alvin.
-TBC-