Herosh begitu terkejut mendengar apa yang barusan Madesh katakan. Herosh tidak percaya jika yang menaklukkan Madesh justru adalah manusia biasa.
"Apa kau bercanda? Kau tidak tertarik dengan dewi namun kau malah tertarik dengan manusia? Lelucon macam apa ini?" Herosh menggelengkan kepalanya dan tertawa karena heran. Herosh juga seddikit ragu dengan perkataan Madesh.
"Aku tidak bercanda, aku serius!" sahut Madesh dengan penuh keyakinan. "Tatap mataku! Apakah nampak kebohongan di sana?" suruh Madesh.
Herosh langsung berhenti tertawa ketika ia melihat keseriusan di wajah Madesh. Kemudian Herosh menatap mata Madesh untuk membuktikan perkataannya.
Mata yang jernih dan bersih tanda jika Madesh tidak mengatakan kebohongan melainkan semua itu adalah kejujuraan dan kebenaran. Dan itu membuat Herosh semakin shock.
"Kau… bagaimana bisa kau seperti ini? Dunia pasti tak akan merestui hubungan kalian! Saranku tinggalkan dia dan cobalah untuk menjalin hubungan dengan dewi yang setara dengan kita! Jika raja neraka dan surga tahu pasti kau akan mendapatkan kesulitan!"ujar Herrsoh menasehati Madesh. Herosh tidak mau melihat Madesh sengsara.
Namun apa daya Madesh adalah dewa yang teguh pendirian. Kalaupun dunia tak merestui hubungannya dengan Azura bahkan jika ia harus berkorban pun tak masalah.
Dan lagi Madesh sudah telanjur melanggar perintah raja neraka. Dia pikir jika itu juga salah satu takdir jika memang dirinya akan terikat dengan Azura.
"Aku tidak peduli dengan risikonya! Asalkan kau tetap diam raja tidak akan tahu dengan apa yang aku lakukan! Selamat tinggal!" Madesh langsung pergi meninggalkan Herosh.
"Madesh! Tunggu! Kau tidak boleh seperti ini! Madesh! Madesh! Aargh!" Herosh berdecak kesal karena Madesh enggan mendengarkannya.
Herosh khawatir jika Madesh melanggar aturan dan membuat kesalahan yang terlalu banyak ia tak akan kuat menerima siksaan raja neraka yang begitu kejam. Jadi Herosh memikirkan jalan keluar yang terbaik dari permasalahan ini.
Herosh pun langsung mencari di kertas takdir cinta yang ia tuliskan dan mencari orang yang Madesh cintai. Tanpa butuh waktu yang lama akhirnya Herosh menemukannya.
"Azura Jung? Ternyata dia orangnya! Dikhianati kekasihnya dan setelah itu dia akan mendapatkan orang yang lebih baik and begitu mencintainya. Sosok pria yang luar biasa. Tetapi kenapa itu Madesh? Aku tidak menargetkan Madesh namun orang lain!" gumam Herosh yang menemukan apa yang ia cari.
Herosh pun langsung mengubahnya dan membuat Azura tidak akan pernah mencintai Madesh sekuat apapun Madesh berjuang. Walaupun ini terlihat kejam untuk Madesh namun hanya ini yang bisa dilakukan oleh Herosh.
"Madesh, maafkan aku! Tetapi aku tidak bisa melihatmu dihikum dengan berat oleh raja! Ini mungkin kejam namun dengan begini aku harap kau akan menyerah!" gumam Herosh yang dengan berat hati mempersulit jalan Madesh.
Sementara itu Madesh menuntaskan tugasnya hari ini terlebih dahulu sebelum melaporkan kepada raja neraka dan surga. Mau tak mau Madesh harus mengakali dan membohongi raja surga dan neraka.
Harusnya Azura ditempatkan di surga namun karena perasaan Madesh jadi surga harus kekurangan satu orang anggota hari ini.
"Aku akan mendatangimu, Azura! Bukan sekarangdan bukan besok ataupun lusa! Tetapi nanti usai aku menuntaskan pekerjaanku. Dan aku akan langsung menagih hutangmu padaku. Kau tunggu saja nanti kedatanganku," gumam Madesh yang tengah terbang dan hendak menghampiri para targetnya.
***
Sementara itu di ruang UGD papa dan mama Azura tengah mengucap syukur kepada Tuhan sambil memeluk Azura dengan erat. Mereka bersyukur karena Azura masih diizinkan untuk bersama dengan mereka.
"Terima kasih Tuhan karena Azura masih di sini!! Terima kasih!" papa dan mama Azura memanjatkan rasa syukur mereka berdua sampai mangis haru.
Azura pun juga senang karena ia masih bisa bertemu dan berkumpul dengan orang tuanya. Mereka berpelukan dengan begitu erat sekan enggan melepaskannya.
"Azura tidak apa-apa, Ma, Pa, Azura baik-baik saja. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan Azura," ujar Azura lalu melepaskan pelukan kedua orang tuanya.
"Lain kali jangan seperti ini lagi! Kamu sungguh membuat Papa dan Mama khawatir setengah mati!"jawab papanya Azura.
"Azura berjanji akan lebih berhati-hati lagi, Pa." Azura mengusap air mata papanya kemudain air mata mamanya lalu tersenyum.
Sementara itu Arthur yang masih terdiam di sisi lain mereka bertiga memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya mendekati Azura hingga akhirnya Arthur tiba di samping papa Azura.
"Ah, Papa lupa kalau ada Arthur di sini! Kalau begitu kita keluar dulu dan biarkan mereka berdua berbincang-bincang, Ma," ajak papa Azura pada istrinya.
"Tetapi Mama masih ingin di sini menemani Azura, Pa!" tolak mama Azura.
"Ma," panggil papa Azura sembari mengedipkan kedua matanya sebagai isyarat.
Dengan berat hati mama Azura mau meninggalkan Azura ke luar. Sebenarnya mama Azura masih ingi menemani Azura di sana.
"Baiklah kalau begitu Mama dan Papa keluar dulu. Arthur, titip Azura ya?" titip mama Azura lalu keluar dari runangan itu.
"Pasti Om, Tante!" jawab Arthur dengan hormat.
Akhirnya mama dan papa Azura keluar dari ruangan UGD dan hanya menyisakan Azura dengan Arthur beserta udara dan peralatan lain dn mungkin juga dengan hewan seperti cicak atau semut yang bersembunyi di suatu tempat.
Suasananya menjadi begitu canggung antara mereka berdua. Arthur merasa sangat bersalah sementara Azura begitu membenci Arthur.
"Azura aku ingin…" belum sempat Arthur menyelesaikan apa yang hendak ia katakana Azura sudah memotong ucapannya terlebih dahulu.
"Apa lagi yang kamu mau? Apakah belum puas kamu menyakiti aku dan membuat aku hampir mati? Kenapa kamu masih di sini? Pergilah! Temui wanitamu dan jangan mengganggu aku lagi! Jangan lupa jika aku sudah memutuskan hubungan kita!" cerocos Azura mengomeli Arthur.
Rasa sakit yang Arthur berikan pada Azura sudah begitu dalam jadi berat bagi Azura untuk melupakan semua yang baru saja ia alami. Bahkan bayangan Arthur yang bermesraan dengan wanita itu masih terngiang-ngiang di benaknya.
Walaupun Arthur sudah dimarahi dan diusir oleh Azura namun Arthur tak menyerah begitu saja. Arthur masih tetap akan memperjuangkan Azura kembali apapun caranya dan Arthur pun meraih lalu menggenggam kedua tangan Azura dengan erat.
Azura enggan dipegang oleh Arthur lagi dan merasa jijik dengan apa yang Arthur lakukan terhadapnya sehingga Azura berusaha untuk melepaskan tangan Arthur dengan meronta.
"Azura aku mohon maafkan aku! Aku berjanji akan memperbaiki hubungan kita! Aku… aku benar-benar khilaf dan aku berjanji jika aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku mohon maafkan aku dan kita mulai semuanya dari awal." Arthur masih menggenggam kedua tangan Azura degan begitu erat.
Namun Arthur bukanya instropeksi diri malah menjadi tidak tahu diri dengan mengajak Azura untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Apa katamu? Kau ingin kita bersama kembali?" tanya Azura dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Arthur.
TBC…