Seolah menemukan air di gurun Sahara, Naura merasa hatinya kini jauh lebih lega dan terasa ringan. Tidak ada lagi hal yang mengganjal hatinya. Semuanya telah jelas dan pasti.
Maka itu, ia memantapkan hatinya untuk menikah dengan Raihan. Pria yang baik dan hangat. Ia juga lembut dan sangat sabar menghadapinya yang terkadang masih kekanakan.
Dengan ketulusan serta kegigihannya dalam menaklukkan hatinya. Kini, mereka akan menikah. Mengikat janji suci di depan Tuhan. Mengucapkan sumpah setia sehidup semati. Baik dalam suka maupun duka.
Naura menatap pantulan dirinya di cermin. Senyuman bahagianya, mampu membuat orang yang berada di sekelilingnya juga ikut bisa merasakan kebahagiaannya.
"Duh, yang mau jadi Nyonya Raihan, nggak bisa berhenti senyum. Apa nggak kering itu bibir?" sindir Tika sambil membenarkan pakaian anaknya.