Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 3 - Senyummu Canduku

Chapter 3 - Senyummu Canduku

Mobil berjenis MPV berwarna putih berhenti di pinggir jalan, di dekat gang kecil yang hanya muat untuk dua orang.

"Ini gangnya yang mau ke kost kamu?" tanya Raihan yang mengamati sekelilingnya.

Di mana di depan gang terdapat sebuah warung kelontong kecil yang menjual sembako. Juga beberapa rumah yang saling berdekatan.

"Iya, Mas. Sudah mas nggak usah ikut masuk ke dalam gang. Sampai sini saja nggak apa-apa kok, aku bisa jalan sendiri ke kost," sergah Naura yang melihat Raihan akan mengantarkannya masuk ke dalam gang.

"Sudah, aku nggak apa-apa kok. Nanti apa yang harus aku jawab, kalau mama tanya apa kamu sampai ke rumah dengan selamat? Aku janji nggak akan mampir kok, cuman mau memastikan saja kamu masuk ke dalam rumah dengan selamat. Itu saja," bujuk Raihan yang sebenarnya hanya ingin tahu di mana rumah Naura.

Naura hanya bisa menghembuskan napasnya panjang. Rupanya Raihan tipe yang sama dengannya, keras kepala dan tak bisa di bantah.

Sesampainya di sebuah rumah sederhana, Naura membuka pintunya. Dan mempersilahkan Raihan untuk duduk di teras. "Silakan duduk dulu, Mas. Aku buatkan kopi dulu," ujar Naura yang tak enak hati bila tak mempersilahkan Raihan untuk mampir sejenak.

Dua buah kursi yang terbuat dari rotan dan sebuah meja kecil di tengahnya. Raihan duduk dengan tenang di sana. Melihat ke sekeliling tempat tinggal Naura.

Rumah sederhana yang kecil namun terasa nyaman. Di hadapannya, ada sebuah rumah yang cukup besar, sepertinya itu adalah rumah dari pemilik rumah kontrakan yang Naura tempati.

"Diminum, Mas. Maaf adanya cuman kopi sachet," Naura yang telah mengganti bajunya dengan baju rumahan.

Tampak manis dengan dress sebatas lutut yang di padukan dengan cardigan.

"Harusnya nggak usah repot-repot, Na. Aku kan hanya ingin mengantarkanmu saja sampai ke rumah, tapi terima kasih minumannya. Aku minum, yah?" jawab Raihan yang menyesap kopi buatan Naura.

"Iya, mas, silakan. Rasanya nggak sopan kalau aku minta Mas Raihan pulang begitu saja," sahut Naura dengan senyumnya.

Raihan menatap wajah ayu yang kini sedang tersenyum manis ke arahnya. "Manis," gumam Raihan tanpa sadarnya. Karena merasa senyum Naura memang sangat manis.

"Eh? Apa kemanisan ya, mas? Oh, Mas Raihan nggak suka manis yah?" tanya Naura yang tidak tahu selera kopi Raihan seperti apa.

"Suka kok," jawabnya yang masih memandang Naura tanpa berkedip. Tak sadar jika apa yang ia jawab tidak sesuai dengan pertanyaan Naura.

Karena maksud Raihan ialah ia menyukai senyuman manis Naura.

"Oh, gitu." Naura juga merasa canggung berhadapan dengan Raihan.

"Kamu tinggal sendiri di rumah ini?" tanya Raihan yang tidak melihat orang lain di rumah kontrakan Naura.

"Sekarang iya, tapi dulu aku sama temenku. Cuman dia sudah menikah sekarang. Jadi, ya sendirian, deh," jelas Naura singkat.

"Nggak takut memang tinggal sendirian di sini? Ya, walaupun ada rumah di depannya. Tapi kan biasanya cewek juga takut kalau sendirian," tanya Raihan penasaran.

"Nggak lah, mas. Aku kan sudah lama tinggal di sini. Sejak aku lulus SMA dan kerja disini. Sudah empat tahun aku kerja dan tinggal di sini. Jadi, ya sudah biasa, sih," jelas Naura sambil tergelak.

Raihan ikut tertawa kecil melihat tawa renyah Naura. Entah mengapa, sejak pertama kalinya melihat senyuman manis Naura.

Raihan seolah candu ingin terus melihatnya. Dan untuk itu, ia berharap agar selalu dapat melihat senyum manis Naura.

"Rasanya sudah terlalu malam. Mas pulang dulu, yah. Kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa cepat telepon, Mas. Ah, lupa. Ini kartu nama Mas. Hubungi kapan saja kalau kamu membutuhkan bantuan," pamit Raihan yang beranjak berdiri dan menyerahkan kartu namanya kepada Naura.

"Oh, iya, Mas." Gadis tersebut tak tahu harus menjawab apa. Sebab ini terlalu aneh untuknya.

Naura tidak mengantar Raihan sampai ke mobilnya. Pria tersebut yang melarangnya untuk melakukan itu.

###

Sesampainya di rumahnya. Raihan menjawab panggilan video dari sang adik yang saat ini sedang menempuh pendidikannya di New York University.

"Hallo, Ric? Tumben banget kamu Video call, Mas!" cibir Raihan sambil tersenyum dan membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Aduh, ribet banget, sih! Nanti nggak di telepon katanya nggak ingat sama kakak sendiri. Eh, giliran di telepon malah begitu," sewot Rico kesal.

Raihan hanya tergelak menanggapinya. "Ya, ya terserah kamu. Ada apa? Pastinya butuh bantuan kan, makanya hubungi Mas?" tebak Raihan tepat sasaran.

Rico tergelak melihatnya, lantas mengambil air minumnya. "Aku mau pulang buat liburan semester ini. Mas jemput di Jakarta, yah?" pintanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kenapa aku? Minta tolong supir Paman Arya saja buat nganterin kamu ke Surabaya. Aku nggak mau kemana-mana saat ini," tolak Raihan sambil tersenyum tipis dan membayangkan senyum manis Naura.

"Pekerjaan Mas kan, nggak terlalu sibuk. Masa jemput adiknya sendiri nggak mau, sih? Memang apa yang lebih penting dari pada menjemput adiknya?" protes Rico kesal.

Raihan tergelak menanggapinya, "Mas nggak mau kehilangan kesempatan untuk melihat senyum manisnya," jelas Raihan yang kini tersenyum sendiri sembari mengingat kenangannya bersama Naura barusan.

Rico tersedak minumannya. Mendengar kata-kata kakak laki-lakinya yang sepertinya sedang jatuh cinta.

"Cie, lagi falling in love, yah? Siapa sih, ceweknya?" goda Rico yang kini sedang tersenyum mengejek sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Apa, sih? Baru juga kenal tadi di mall. Tapi nggak tahu kenapa, seneng aja gitu lihat senyum manisnya," ungkap Raihan sambil terkekeh kecil.

"Wah, gadis beruntung mana itu yang bisa buat kakak aku mau buka hati lagi. Apa Mama tahu orangnya yang mana?" Rico seakan terus saja mendesak kakaknya agar menceritakan kisah manisnya dengan seorang gadis.

"Tahu kok. Malahan dia yang pernah selamatin Mama waktu mama mau jatuh di eskalator. Untungnya ada dia, coba kalau nggak," jelas Raihan antusias.

Rico tergelak melihatnya. "Kayaknya jatuh cinta pada pandangan pertama, nih ceritanya. Siapa namanya?" Laki-laki tersebut penasaran akan sosok gadis yang bisa membuat Raihan mau kembali membuka hatinya setelah kegagalan itu.

"Naura, cantik kan namanya," ujar Raihan sambil tersenyum bahagia.

DEG

Sementara Rico terdiam, begitu mendengar nama yang sama dengan nama seseorang yang sangat penting dalam hidupnya.

"Na-naura, Mas? I-iya cantik namanya," gagap Rico yang seketika teringat pada seseorang yang pernah mengisi relung hatinya.

Seseorang yang ia tinggal pergi begitu saja tanpa pamit.

"Ya, besok kalau kamu pulang. Mas akan kenalkan sama kamu. Dia gadis yang manis dan baik. Ramah juga, pokoknya dekat dia itu rasanya damai dan tenang," ujar Raihan dengan perasaan bahagia.

Berbanding terbalik dengan perasaan Rico saat ini. Karena mendengar kembali nama itu. Ia teringat akan masa lalunya bersama seseorang tersebut.

Entah mengapa, hati kecilnya mengatakan jika itu adalah orang yang sama. Namun, Rico menolaknya.

'Nggak mungkin itu Naura yang sama? Pasti berbeda orang. Nggak mungkin ada kebetulan seperti itu.' Batinnya yang mencoba meyakini bahwa gadis yang Raihan maksudkan bukan gadis yang ada dalam masa lalunya.

"Iya, Mas. Nanti kalau aku sudah pulang. Mas, aku ada urusan penting, kita sambung besok lagi, yah? Salam buat Papa dan Mama. Aku merindukan kalian semua," pamit Rico yang memutuskan panggilan videonya bersama Raihan.

Rico merebahkan tubuhnya di ranjang dan mengambil ponselnya. Membuka file rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu kata sandinya. Yakni ulang tahun gadis tersebut.

Gadis yang membuatnya mau berubah menjadi lebih baik lagi dan terus berusaha untuk mengejar mimpi-mimpinya.

"Ra, apa kabar kamu? Sudah enam tahun kita tidak bertemu. Seperti apa kamu sekarang?" gumam Rico sambil menatap nanar wajah seorang gadis memakai seragam SMA yang tengah tersenyum manis di depan motor bututnya, dengan latar persawahan yang terkena sunset.