Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 19 - Aksi pertama

Chapter 19 - Aksi pertama

"Silakan duduk dulu! Aku ke belakang dulu," pamit Naura yang ingin membuatkan minuman untuk tamu dadakannya yang datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

"Nggak usah repot-repot, Na. Duduk di sini aja!" sahut Rico yang berdiri dan melihat ke sekelilingnya.

Rumah ini memang sangat sederhana. Tak banyak perabotan yang berada di sini. Bahkan tak ada satu pun foto yang Naura pajang di rumah kontrakannya ini.

Tak lama kemudian, gadis tersebut datang sembari membawakan sebuah kopi untuk dirinya dan juga Rico. Serta biskuit yang ia beli untuk menemaninya begadang.

"Silakan di minum! Maaf, lama. Aku mandi dulu tadi, habis beres-beres rumah," jelas Naura seraya meletakkan nampannya.

"Terima kasih. Rumah kamu nyaman, yah," puji Rico sambil mengambil cangkir kopinya, lalu mulai perlahan.

Gadis tersebut hanya tersenyum tipis menanggapinya. Sebab memang benar, apa yang di katakan oleh laki-laki tersebut.

"Ada perlu apa sampai kamu datang sepagi ini ke sini?" tanya Naura yang meletakkan cangkir kopinya.

"Apa kamu ada waktu untuk menemaniku jalan-jalan? Ya, anggap saja menjadi tour guide pribadiku. Bagaimana?" Rico menatap dengan tatapan penuh harap.

Gadis tersebut menggelengkan kepalanya perlahan. "Hari ini aku sibuk, tapi kalau kamu mau, aku bisa mengantarmu saat aku libur. lusa aku libur satu hari. tapi kalau kamu tidak sabar, kamu bisa minta tolong sama Mas Raihan," saran Naura sambil tersenyum tipis.

Rico tampak berpikir sejenak. "Baiklah. Aku akan menunggumu libur saja. Aku hanya ingin mengenang saat kita SMA dulu. Apa kamu tidak keberatan?" Rico hanya takut jika gadis tersebut akan marah atau menolaknya.

Karena perpisahan mereka yang tidak baik. Maka dari itu, Rico berencana untuk menjelaskan semuanya kepada Naura. Sesuai dengan apa yang di sarankan oleh kakaknya semalam.

Naura jelas saja terkejut mendengar permintaan Rico. Tapi dengan cepat, gadis tersebut segera mengubah raut terkejutnya.

"Oh, begitu, yah. Boleh kok. Nanti lusa aku kabari lagi." Naura menyanggupi keinginan laki-laki tersebut yang menurutnya sedikit aneh.

Bukannya ingin keliling kota dan melihat tempat tinggalnya yang jelas sekali sudah banyak berubah. Tetapi ia malah memintanya mengenang kembali masa-masa kala mereka masih SMA dulu.

Di mana itu sama saja dengan membuka kembali luka lama yang telah coba Naura kubur dalam-dalam. Namun ia juga tidak bisa mengatakan hal itu kepada Rico. Terlebih lagi melihat tatapan matanya yang berharap banyak padanya. Tentu saja gadis itu tidak tega untuk menolaknya.

Terlihat Rico sangat senang sekaligus lega mendengarnya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Naura hanya bisa tersenyum.

"Kamu belum sarapan, kan? Cari makan, yuk!" ajak Rico dengan senyum manisnya.

"Belum sih, tadi rencananya selesai mandi mau cari sarapan. Ya, sudah. Ayo! Aku ganti baju dulu, yah," putus Naura yang langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti bajunya dengan yang lebih pantas.

Setelahnya, kedua orang tersebut keluar dari rumah kontrakan Naura dan masuk ke dalam mobil Rico. Sebenarnya mobil Raihan, tapi Rico yang memakaianya. Sebab, laki-laki itu tidak lama di sini, karena arus kembali ke New York kembali setelah liburannya usai.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Rico sembari fokus ke depan. Sambil sesekali menoleh ke arah Naura yang tampak manis dengan celana pendek tiga perempat yang berbahan kain.

Di padukan dengan t-shirt bewarna hitam. Senada dengan celana yang ia kenakan. Tak lupa juga sling bag kesayangannya yang juga berwarna hitam. Rambut yang ia kuncir ekor kuda. Semakin membuatnya terlihat seperti remaja.

"Aku sih, apa aja. Kalau kamu apa? Mungkin ada yang ingin kamu makan gitu, kan lama kamu di luar. Biasanya sarapan apa di sana? Kayak roti-roti gitu, yah?" cerocos Naura seraya menoleh ke arah Rico.

"Ya, sarapan sih, aku memang kebanyakan makan roti. Karena di sana rata-rata itu kan. Cuman kalau lagi ingin makan nasi, ya, paling buat nasi goreng sendiri aja di apartemen," jelas Rico seraya tersenyum.

Naura terdiam melihat senyuman itu lagi. Dulu, ia sangat menyukai senyuman Rico yang menurutnya sangat manis. Seolah itu adalah daya tariknya sebagai seorang cowok. Karena fisik Rico yang dulu dan sekarang sangat berbeda jauh sekali. Tak akan ada yang menyangka, jika anak laki-laki yang bertubuh pendek serta kurus, juga berkulit kecokelatan itu bisa berubah menjadi sosok laki-laki dewasa yang sempurna seperti sekarang.

"Bagaimana kalau makan nasi pecel di warung langganan kita saat SMA dulu? Kira-kira masih ada apa nggak, yah?" usul Rico terlihat mengenang masa lalu.

"Nggak kejauhan, yah? Kita cari makan di dekat sini aja. Warung nasi kuning yang sering aku datangi sama Mas Raihan juga enak kok. Kamu pasti lama nggak makan nasi kuning, kan? Nah, kita sarapan itu saja. Aku tunjukan jalannya nanti," putus Naura menolak halus saran Rico.

"Ya, sudah kalau kamu maunya begitu. Hm, sepertinya aku tahu. Kamu pasti sudah kelaparan, yah?" goda Rico yang mengira Naura sudah kelaparan, sehabis beres-beres rumah.

Naura hanya bisa tersenyum tipis. Lebih baik mengiyakan saja. Dari pada ia di tanya alasannya yang sebenarnya. Karena ia merasa belum siap untuk mengenang kembali masa-masa kebersamaan mereka saat sekolah dulu.

Entah mengapa rasanya masih terlalu sakit. Kala teringat jika laki-laki tersebut pernah menghilang begitu saja tanpa kejelasan apa pun. Bahkan pamit pun tidak.

Meskipun Rico tidak suka jika ia kalah dari Sang kakak yang telah dekat lebih dulu dengan Naura. Dam kini, ia harus makan di tempat yang biasanya di datangi oleh Raihan dan Naura.

Rico tak suka jika Naura masih mengingat Raihan saat sedang bersamanya. Ia tidak ingin di banding-bandingkan dengan Kakaknya itu yang memang sejak dulu telah menjadi kebanggaan Sang Papa.

Rico memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Ia melihat sebuah warung makan yang memang tidak terlalu besar. Namun tampak bersih.

"Ayo, masuk!" ajak Naura yang telah berada di sisinya setelah keluar dari mobil.

"Apa di sini bersih makanannya?" tanya Rico yang seolah ragu untuk makan di warung kecil seperti ini.

Karena laki-laki tersebut tak pernah lagi makan di warung makan seperti ini setelah pindah sekolah. Hingga ia kuliah, ia biasa makan di restoran atau cafe.

Naura tersenyum tipis, "Tadi kamu mau ngajak ke warung saat kita sekolah. Bukannya warungnya lebih kecil dari ini. Memang kamu bisa makan juga di sana? Tenang saja. Di sini bersih kok. Mas Raihan sering ke sini juga kok dan kenal baik sama bibi penjualnya. Ayo!" jelas Naura yang berusaha membujuk Rico untuk masuk.

Rico menggaruk belakang kepalanya seraya tersenyum malu. "Maaf, aku nggak bermaksud seperti itu. Hanya saja, aku sudah lama nggak makan di tempat seperti ini. Ya, sudah kalau kakakku saja bisa makan di sini. Aku juga pasti bisa," ucapnya meyakinkan dirinya sendiri jika ia juga pasti bisa.

Naura hanya terkekeh dan mengedikkan kedua bahunya, lantas masuk ke dalam. "Kamu ternyata sudah banyak berubah, Co," gumamnya lirih.

Rico akhirnya masuk juga mengikuti langkah kaki Naura. Dan ternyata tidak seburuk dugaannya. Tempatnya memang bersih dan nyaman.

Setelah memesan makanannya. Rico melihat ke sekeliling ruangan. Di warung ini memang hanya menjual nasi kuning. Namun dengan berbagai lauk yang bisa di pilih sesuai dengan selera. Dan memang tampak ramai.

"Jadi, Bang Rai suka ngajak kamu makan di warung seperti ini. Kenapa kok nggak ke restoran atau cafe yang lebih mewah dari ini? Aku lihat banyak kok cafe-cafe di pinggir jalan tadi," tanya Rico yang menatap Naura di seberangnya.