Zian terus saja marah-marah tak jelas di rumahnya, semakin lama kegaduhan yang dibuatnya itu mampu mengganggu orang lain di rumah tersebut.
Zian harus mendapat omelan dari orang tuanya, yang tentu saja itu menambah pusing kepala Zian saja.
Amarahnya semakin bertambah lagi karena omelan tersebut, mereka bukan menenangkan Zian tapi justru menambah pusing saja.
Zian berlalu meningalkan rumahnya untuk mencari ketenangannya sendiri, siapa yang bisa membantunya sekarang, yang akan membuatnya yakin kalau apa yang sedang terjadi ini tidak akan membuatnya gila.
Geovani telah membebaskannya dan harusnya Zian merasa tenang, bukan merasa kacau seperti ini.
Tidak ada yang harus menjadi beban fikirannya, karena tidak ada yang menuntutnya juga.
"Kenapa dengan anak itu ?"
"Entahlah, sejak tadi ditanya juga tidak mau menjawab dengan benar"
"Selalu saja seperti itu, kemarahannya selalu saja merusak seperti itu, tidak pernah berubah"