Zea memainkan bibirnya menimbang. "Malas ah. Lagipula gue juga enggak punya baju lagi!" Aku memutar bola mataku. Entah memang semua perempuan itu kayak gitu. Tidak Zea tidak juga Candy. Selalu baju yang menjadi alasan mereka untuk malas keluar. Padahal dilemari bertumpuk-tumpuk pakaian mereka. Bahkan kadang melebar kemana-mana.
Aku melirik pada Yuki. Ingin tahu keputusan perempuan. "Lo dek?"
"Kan lo tahu gue malas keluar!" ujar Yuki masih asyik dengan kegiatannya. Anak rumahan yang kadang malas keluar dari cangkangnya kecuali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan motor. Harusnya aku bisa memahami saja.
"Trus kalian di rumah aja berdua gitu?" Aku bertanya kepada kedua saudaraku itu.
"Udah besar ini juga!" Zea menjawab lagi. "Asal jangan pulang terlalu malam aja. Sepi juga rumah kalau udah tengah malam. Sama sekalian bawain makanan." Zea nyengir di akhir.
"Ya udah mana uangnya?!" Aku menengadahkan tangan pada mereka.
Zea mendengus. "Katanya lo calon Bos."