"Ehm." Bian menganggukkan kepalanya. "pengecut emang." Ia berkomentar lagi dengan sedikit kemarahan yang masih bisa kulihat di mata laki-laki itu. Aku menduga, Bian pasti sudah memikirkan serangan balasan atas kejadian kali ini.
Aku mendengus. "Loe yang tolol. Ngapain enggak bareng teman saat lo tahu sedang ada masalah sama orang."
Bian cengengesan tipis dengan meringis lagi. Aku menyodorkan Buah tersebut pada Bian. "Suapin!"
Aku berdecak. "Muka doang sama kaki yang bonyok. Tangan Lo baik-baik aja tuh!"
"Sakit, Mith!" Bian menunjukkan beberapa goresan pada lengan dan sikutnya. "Ke bentur tadi."
"Lain kali kalau mau cari masalah ukur bayang dulu!" Aku menceramahinya membuat Bian memajukan bibirnya.
"Aku lagi sakit gini jangan di omelin dulu kenapa sih? Disayang dulu, Mith!" wajah Bian memelas membuatku mendengus.
"Idih!" aku menggelengkan kepalaku.