Pintu terbuka lagi, Ryu mengalihkan pandangan saat wajah Pak Joan yang kembali hadir di balik pintu. Bukan wajah itu yang Ryu harapkan sedari tadi. Melainkan wajah seorang gadis yang telah menangisinya dengan terisak-isak beberapa hari yang lalu. Ryu menjilati bibirnya, tidak habis pikir dengan tindakan gadis itu yang selalu menimbulkan teka-teki. Apa Aliana tidak bisa sehari saja menenangkan otak Ryu?
"Segala administrasi sudah saya selesaikan, termasuk biaya rumah sakit rekan anda yang lainnya sesuai perintah Anda," Lapor Pak Joan. "Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Pak Joan padanya sedikit sopan. Mungkin karena Ryu dalam kondisi tidak baik-baik saja oleh karena itu Pak Joan bersikap sedikit lebih lembut kepadanya.