Saat aku sedang mencuci, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu. Huh, Xeno! Katanya ke Bogor! Masa jam segini udah balik!
"Iya, bentar!" Aku bergegas membukakan pintu saat mendengar suara ketukan berulang.
Saat pintu dibuka, aku langsung terbelalak. Ternyata yang datang bukanlah Xeno, tapi Tante Ulva, Mamanya Xeno.
"Gimana kabar kamu, Fay?" ucap Tante Ulva lembut.
"Ba-baik, Tante," sahutku sampai tergagap karena menahan gugup.
Tante Ulva tersenyum. "Jangan panggil Tante lagi, dong. Biasakan panggil Mama mulai sekarang, ya." Tante Ulva mengusap lembut pundakku, tapi tindakan itu justru membuatku semakin gugup. Oh, aku tidak pernah segugup ini saat berhadapan dengan Tante Ulva. Masih belum terbiasa menyebut temannya Bunda itu sebagai Mama Mertuaku.
"Silakan masuk … Ma," ucapku sambil membukakan pintu lebar-lebar. "Silakan duduk dulu, Ma," lanjutku. Aku menggelar tikar plastik untuk Mama, ya tidak ada kursi apa lagi sofa di kontrakan lusuh Haji Anwar ini.