Ceklek!
Seketika Banin melompat dari atas pembaringan yang jaraknya agak begitu jauh dari lantai. Seorang pria datang dengan membawa sebuah bungkusan makan.
"Dokter Alex!" Suara Banin dengan nada bariton mengisyaratkan bahwa pria itu tidak suka dengan kedatangan dokter tampan itu.
"Pak Banin. Saya kira Anda tidak menginap malam ini. Tadi sore Sea bilang sangat ingin makan makanan di luar. Jadi saya bawakan." Banin mendengus kesal mendengar ucapan dokter itu.
Bagaimana bisa dokter itu bilang kalau dirinya tidak akan menginap malam ini. Sudah jelas-jelas dia yang jadi walinya Sea. Dasar dokter modus. Nyari kesempatan dalam kesempitan!
Banin terus saja berkata-kata tak karuan tentunya hanya dalam hati. Sedangkan Sea selalu tak mengerti apa sich yang selalu mereka pertengkarkan itu. Setiap ketemu selalu menjadi musuh bebuyutan. Seperti anjing dan kucing, Tom and Jery, minyak dengan air tak pernah akur. Padahal mereka sebelumnya tak pernah saling mengenal.
"Sea, sebaiknya dimakan mumpung masih hangat," titah Dokter Alex sambil menyodorkan makanan instan itu ke tangan Sea yang sedari tadi terdiam dan selalu diam tiap kali melihat dan mendengar mereka berdua bertengkar.
"Dokter Akex! Saya ingin bicara dengan Anda. Empat mata." Dokter Alex menoleh ke arah Banin lalu mengangguk seraya bangkit dari duduknya setelah mengusap puncak surai hitam milik Sea.
Dada Banin terasa panas lagi dan ingin meledak melihat perlakuaan Dokter Alex kepada Sea. Banin sekuat tenaga menahan diri agar tidak terbawa emosi.
Di koridor rumah sakit tepatnya di ruang tunggu, mereka berdua sudah saling berhadapan. Banin dengan gaya khasnya memasukkan tangan satu ke sakunya berdiri agak menjauh dari Dokter Alex yang bersikap sangat santai dan terlihat sangat tenang.
"Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Pak Banin?" tanya Dokter Alex masih dengan nada bicara santai tapi tenang. Banin menatap dokter tampan itu. Dokter yang selalu punya kharisma meskipun untuk ukuran usia dia masih sangat muda sekali. Bahkan beda beberapa tahun di bawah Banin.
"Dokter Alex, sebenarnya saya ingin minta maaf pada Anda dengan peristiwa yang terjadi kemarin. Saya tidak bermaksud demikian. Itu semua karena dorongan dari hati saya."
Dokter muda itu melihat ke arah Banin. Di mata abu pria tampan itu ada ketulusan yang tidak pura-pura.
"Ala Anda melakukan ini karena Anda menyukai Sea?" Banin membeku sesaat mendengar pertanyaan Dokter Alex. Dia tak tahu harus menjawab apa.
Keterdiaman Banin itu membuat Dokter Alex kembali melihat ke arah Banin. Dia menatap wajah Banin yang terlihat sangat bingung.
"Apa Anda saat ini sedang dalam keadaan Dilema, Pak Banin? Anda bingung memilih antara Pacar Anda dengan Sea?" Banin terkejut mendengar perkataan sekaligus pertanyaan Foktet Alex
Dia menatap wajah berparas bule itu dan mencoba menyelami apa sebenarnya yang ada di dalam hati dokter muda itu. Seberapa dia tahu tentang dirinya.
"Nggak usah kaget begitu, Pak Banin? Semua orang juga tahu dan sudah paham siapa pacar Anda. Seorang foto model dan artis tang baru naik daun. Saya bukan salah satu penggemar Anda atau pacar Anda tetapi banyak chane tv yang sudah menayangkan tentang sosok Anda bersama pacarnya." Dokter Alex terdiam sesaat lalu melanjutkan lagi ucapannya.
"Kalau memang Anda sudah memastikan untuk hidup bersama orang lain, tolong jangan kasih harapan apapun pada Sea, karena gadis itu sangat naif dan polos. Hatinya mudah sekali retak. Biar saya saja yang menjaganya. Anda fokus saja sama pasangan Anda."
Lagi-lagi Banin terkejut mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Dokter Alex. Semua itu memang benar. Hanya satu yang tidak benar dari ucapan Dokter Alex. Bahwa dia yang akan menjaga Sea. Banin nggak akan pernah membiarkan dokter itu mendekati Sea lagi.
Baru saja Banin akan mengatakan ultimatum itu, sosok dokter tampan itu sudah lenyap dari hadapannya.
****
Keesokan harinya Sea sudah tampak lebih sehat. Dokter Alex pun pagi-pagi sudah memeriksa keadaannya.
"Kamu sudah sehat, Sea. Sudah bisa pulang ke rumah." Senyum manis terbit dari bibir kenyal Sea. Gadis itu merasa senang sekali sudah diperbolehkan pulang hari ini.
"Terima kasih banyak, Dok." Dokter Alex hanya tersenyum melihat keceriaan terpancar dari wajah gadis itu.
"Apa kamu senang?" tanyanya yang langsung dijawab Sea dengan anggukan.
"Bersiaplah. Nanti akan aku antar pulang ke rumah."
"Tidak usah repot-repot, Dok. Sea akan pulang dengan saya karena kami tinggal serumah." Dokter Alex sangat terkejut ketika mendengar ucapan Banin bahwa mereka satu rumah.
Banin yang baru terbangun dari tidurnya di sofa ruang perawatan Sea langsung menghampiri mereka.
"Kalian satu rumah?" Sea hanya mengangguk lantas tersenyum kalem.
"Sea adalah asisten pribadi saya san tinggalnya di timah majikannya. Jadi nggak ada yang anehkan kalau asisten pribadi tinggal satu rumah dengan bosnya?"
Dokter Alex akhirnya hanya bisa menarik napas panjang. Entah kenapa perasaannya tidak suka ketika mengetahui bahwa Sea satu rumah dengan Banin.
Ada keinginan dokter muda itu intuk pindah berdekatan dengan rumah Banin.
Setelah membereskan perlengkapan, Sea dan Banin akhirnya keluar dari rumah sakit dengan tatapan yang sulit diartikan dari Dokter Alex.
"Sea, kamu nggak harus langsung masuk kerja. Istirahat dan pulihkan dulu tubuh kamu," ucap Banin setelah mereka sampai di rumah pria tampan itu.
Banin membimbing Sea menuju kamarnya lalu membaringkan tubuh gadis itu dengan hati-hati. Lalu meninggalkan Sea agar beristirahat. Kakinya menuju ke ruang kerjanya yang tak jauh dari kamar Sea.
Matanya sedari tadi terus menatap pergerakan saham yang terus turun dan naik sepanjang detik. Ada sebuah kegelisahan yang semenjak beberapa hari ini menggelayuti hatinya.
Pasalnya saingan bisnisnya Alexander Corp sudah kembali ke permukaaan dunia. Perusahaan terbesar se Jakarta itu sempat gulung tikar dan menghilang beberapa waktu setelah sempat di jatuhkan sahamnya oleh Radhisius.
Kini mereka kembali dengan warna yang berbeda dan pemimpin yang berbeda pula. Terdengar berita bahwa pemimpin Alexander Corp yang sekarang adalah ketuturunan terakhir pemilik perusahaan Alexander Corps.
Beberapa hari lagi tepatnya dengan ultah tahun rumah sakit yang dua pimpin perusahaan Alexander Corrp akan launching. Ya! Ceo dari Alexander Corp adalah pemilik rumah sakit Permata
[Cori, cari tahu tentang perkembangan Alexander Corps. Kapan mereka akan launching dan meresmikan kembalinya perusahaan mereka]
[Baik, Pak]
Banin kembali menatap layar monitor laptopnya. Mencari sosok pemimpin baru Alexander Corps namun sepertinya hal yang berkaitan dengan biografi orang ini sangat tertutup.
Sejenak Banin memejamkan mata menikmati aroma teh yang menguar di ruangannya. Dalam hati Banin bergumam, kira-kira siapa yang sedang membuat teh kesukaannya. Sudah lama sekali dia tidak meminum teh khas keluarganya.
"Pak Banin. Silahkan diminum tehnya." Suara itu seperti aliran listrik di telinga Banin. Seketika dia membuka matanya dan melihat Sea sudah berdiri di sampingnya sangat dekat dengannya sehingga aroma wangi dari rambutnya membuat Banin menghidunya dalam-dalam.
Entah kali ini siapa yang memulainya, tubuh Sea lagi-lagi sudah ada dalam pangkuan Banin dan mereka sepertinya ingin menuntaskan hasrat yang selama ini mereka pendam.
****
BERSAMBUNG