"Jangan berpikir jauh bro,gue yakin Sandra memiliki hati yang sama seperti ibunya. Mungkin saat ini ia belum bisa menerima lo karena pertemuan kalian terlalu mendadak. Yakinlah kalau Sandra akan memaafkan diri lo dan juga kedua orang tua lo."
"Aamiin,semoga saja Allah membuka pintu maaf sama Sandra untuk gue dan orang tua gue." Doa Richard yang selalu diucapkannya setiap sehabis sholat.
"Aamiin" balas Justin
Richard merebahkan dirinya di sofa,kepalanya benar-benar pusing. Richard memejamkan matanya sesaat,namun ketika ia memejamkan matanya bayangan wajah Sandra melintas dalam pikirannya. Segera Richard membuka matanya dan ia bangkit kembali dari rebahnya. Justin tidak berkomentar lagi,ia tahu apa yang sedang Richard pikirkan.
"Istirahatlah Richard" ujar Justin
Richard menggeleng dengan cepat "tidak bisa,barusan gue berusaha memejamkan mata gue. Tapi bayangan wajah Sandra yang terlihat sangat membenci gue melintas begitu saja dalam pikiran gue,Justin."
Jangan tanyakan mengapa seseorang membencimu. sebelum kamu tanyakan pada dirimu sendiri mengapa kamu peduli akan hal itu. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang jika itu hanya akan menghancurkannya.
Setelah melaksanakan sholat ashar,Richard yang tidak bisa tidur bahkan memejamkan matanya pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Richard dengan setelan celana jeans hitam dengan atasan kaos putih dan jaket hitam semakin membuat Richard terlihat sangat casual dan tampan. Kali ini Richard tidak mengajak Justin,Richard menyuruh Justin untuk kembali kerumah. Richard tiba di depan ruang rawat inap Aaram,ingin rasanya Richard mengetuk pintu kamar rawat itu. Tapi,lagi-lagi ia urungkan karena ia tidak ingin melihat wajah Sandra yang menatapnya dengan rasa benci. Baru saja Richard ingin berbalik dan melangkah pergi,tiba-tiba pintu kamar rawat terbuka oleh Sandra.
Sandra yang sudah mengetahui kedatangan Richard melalui jendela kaca yang tertutup ,tapi masih ada celah untuk melihat ke arah luar kamar. Sandra pun memutuskan untuk keluar dan menemui Richard. Malam ini Sandra hanya sendirian,tidak ditemani oleh ibu dan kedua mertuanya. Pandangan mata mereka pun bertemu,Sandra masih memasang wajah datar dan dinginnya,terlihat di wajah Sandra kalau ia sangat tenang menghadapi orang yang masih menjadi bagian di masa lalunya. Sedangkan Richard saat ini jangan ditanyakan lagi,Richard seketika membeku bahkan ia bingung harus bersikap seperti apa. Karena bagi dirinya menghadapi Sandra tidak semudah menghadapi klien dan dewan direksi atau mafia sekalipun. Berhadapan dengan Sandra seperti sedang menaiki roller coaster.
Sandra melangkah maju hendak menutup pintu kamar rawat inap. Richard reflek memundurkan kakinya dua langkah karena sangat terkejut dengan pergerakan Sandra yang tiba-tiba. Untuk saja keseimbangan tubuh Richard sangat bagus,jika tidak mungkin ia akan terjatuh ke belakang karena terkejut.
"Ada perlu apa anda datang kesini tuan Richard Alvaro?" Sandra berujar dengan raut wajah yang tidak berubah sama sekali sejak Richard melihatnya pertama kali.
Seketika aura dingin memenuhi lorong di depan ruang rawat inap itu. Richard ingin bersuara,tapi entah kenapa bibirnya sangat kelu dan tidak dapat mengeluarkan satu kata pun. Sandra masih terus memandang wajah Richard,ia juga menunggu Richard bicara. Cukup lama Sandra berdiri menunggu Richard mengeluarkan kata-kata,tapi nihil. Tidak ada satu katapun keluar,akhirnya Sandra berbalik untuk masuk kembali kedalam kamar. Tapi,sebelum Sandra melangkah lagi tangannya sudah di cekal oleh Richard. Sandra menatap tangannya yang dipegang oleh Richard.
Richard melepas tangan Sandra "maaf" ujar Richard.
Sandra kembali menatap wajah Richard "jika tidak ada yang ingin anda katakan,sebaiknya anda pergi dari tempat ini tuan. Karena saya harus menemani suami saya di dalam."
"Maaf,bisakah kita bicara sebentar saja?" Tanya Richard pada Sandra.
"Apa kamu sudah makan malam?" Tanya Richard lagi
"Sudah" jawab Sandra singkat
Tanpa berkata lagi Sandra melangkah menuju tempat duduk yang ada di belakang Richard. Sandra berjalan melewati Richard dan duduk dengan menyilangkan kakinya. Richard pun menyusul Sandra yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi tunggu rawat inap.
"Katakan apa yang ingin anda katakan kepada saya,tuan."
Sejenak Richard menatap kearah wajah Sandra yang terlihat raut kesedihan serta kekesalan tergambar jelas saat ini,tidak seperti pertama bertemu.
Richard menundukkan kepalanya.
"Maaf.... Aku ingin meminta maaf atas semua yang terjadi atas kesalahan yang dilakukan oleh kedua orang tuaku. Aku tahu kamu dan ibu pasti sangat menderita saat itu."
"Ya,saat itu kami memang sangat menderita karena rasa kecewa atas perlakuan kalian,terutama ibumu yang selalu berusaha memisahkan ibu dengan ayahku. Tapi,itu hanya sesaat saja,buktinya kami bisa menjalani hidup kami dengan tenang tanpa harus mengingat orang itu lagi." Sandra berucap dengan nada bergetar bahkan saat ini air mata Sandra mungkin akan jatuh jika ia berkedip. Sandra berusaha keras agar air mata itu tidak jatuh maka dari itu Sandra mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Tapi,tidak dengan diriku dan daddy, Sandra. Aku sering melihat daddy memandangi foto kalian. Bahkan dia menahan rindu selama bertahun-tahun,sedangkan aku selalu dihantui oleh wajah seorang gadis yang menangis memanggil ayah pada daddyku. Jujur saja sudah lama aku ingin menemuimu dan ibu. Tapi,aku takut… Aku takut kalian menolak kedatanganku karena rasa benci kalian terhadap kami. Dulu ketika aku masih berada di kota K aku selalu mencari tahu tentang dirimu,aku selalu meminta om Frans untuk menyelidiki tentang kehidupan kamu dan ibu. Tapi,selama itu hasilnya nihil,karena aku tidak tahu nama kamu dan ibu. Aku baru tahu setelah daddy menceritakan semuanya padaku. Semenjak itu,aku meminta Justin dan om Frans mencari keberadaan kalian dan akhirnya aku menemukan kalian sekitar tujuh tahun lalu. Selama itu aku hanya berani bertemu dengan ibu saja,aku tidak berani bertemu dengan dirimu. Aku merasa seperti seorang pengecut,bahkan aku tidak berani menampakkan diriku di hadapanmu. Aku hanya mampu menatap dan menjagamu dari kejauhan." Jawab Richard dengan suara yang tidak kalah bergetarnya sama seperti Sandra yang saat ini sedang menahan air matanya.
Sandra yang mendengar cerita itu pun tidak dapat mengontrol air matanya yang tiba-tiba saja turun,segera Sandra mengusap air mata itu.
"Bukankah saat ini anda sudah bertemu dengan saya tuan Richard?"
Richard mengangguk "ya,aku sangat senang bisa bertemu dan berbicara denganmu seperti saat ini. Aku sangat berterima kasih kepada tuhan karena sudah mendengar dan mengabulkan semua doaku selama ini."
"Kenapa anda yang datang menemui saya dan ibu saya tuan Richard? Kenapa bukan orang tua anda yang datang untuk meminta maaf pada kami?" Dengan nada datar dan tatapan yang begitu tajam,pertanyaan itu menghujam sampai ke ulu hati.
Richard tidak bisa menjawab bibirnya terasa kelu,sekelu hatinya mendengar pertanyaan yang menghakimi dirinya dan jika kedua orang tuanya ada mungkin mereka juga akan merasakan apa yang dirasakan Richard saat ini. Apa yang dikatakan Sandra itu benar adanya,tapi karena kondisi yang belum kondusif.