Beberapa minggu Aaram dirawat akhirnya dokter mengizinkan dirinya pulang dengan catatan Aaram harus rajin check up untuk mengetahui perkembangan pasca operasi yang sudah dilakukan olehnya. Sandra dibantu oleh Merry untuk merapikan semua barang mereka selama di rumah sakit. Sedangkan Diki sedang mengurus administrasi,tidak lama kemudian Diki kembali lagi dan membuat Merry menjadi bingung.
"Ada apa pah? Kenapa kamu balik lagi? Apa ada sesuatu yang kurang?" Tanya Merry dengan rasa bingungnya
Diki menggelengkan kepalanya "bukan,mah. Ini semuanya sudah lunas dan yang melunasinya itu adalah Richard." Jawab Diki sambil menunjukkan bukti pembayarannya.
Sandra dan Aaram saling menatap dengan rasa bingung,akhirnya Aaram bangun dan mendekat kearah papanya.
"Boleh Aaram lihat pah?" Minta Aaram dan Diki pun memberikan kertas tanda bukti pembayaran perawatan Aaram selama dirumah sakit.
Sejenak Aaram membaca secara detail dan ternyata benar semuanya sudah dibayarkan atas nama Richard Alvaro.
"Ya sudah pah,nanti aku akan menemui Richard untuk mengucapkan terimakasih pasanya." Jawab Aaram sambil memberikan kertas itu kepada Diki.
"Baiklah,apakah kalian sudah siap semuanya?" Tanya Diki dan dijawab anggukan oleh Merry dan Aaram,tak terkecuali Sandra.
"Kalau begitu ayo,papah dan mamah akan menunggu kalian di lobby." Ujar papah Aaram lagi.
"Oke,pah" jawab Aaram
Diki dan Merry pun meninggalkan Sandra dan Aaram dengan ditemani oleh supir pribadi Diki untuk membawakan semua barang milik Aaram dan Sandra.
Sandra masih terdiam,entah kenapa tiba-tiba saja dirinya teringat dengan Richard. Sejak Richard dan Kendra ke kantor polisi untuk menemui sang pelaku tabrak lari itu,dirinya tidak pernah melihat Richard lagi. Begitupun dengan sang ibu,kemarin sore Sandra sempat menyinggung sedikit soal Richard. Amira mengatakan bahwa dirinya sudah pernah ke apartemen Richard,tapi disana dirinya tidak menemukan Richard. Di apartemen itu hanya ada orang suruhan Richard yang datang setiap hari untuk membersihkan apartemen itu. Apa yang kini sedang Sandra lakukan pun tidak luput dari pengamatan Aaram,pria itu memperhatikan Sandra yang sedang melamun. Akhirnya Aaram pun mendekat ke arah istrinya.
"Ada apa,hhmm?" Tanya Aaram dengan menyentuh bahu Sandra
Sandra pun terhenyak dari lamunannya,lalu wanita itu menggelengkan kepalanya "tidak… tidak ada apa,Ar." Jawabnya dengan rasa gugup seperti sedang tertangkap basah melakukan kesalahan,padahal dirinya tidak melakukan apapun.
"Kamu memikirkan Richard?" Tanya Aaram lagi
Sandra menatap ke arah Aaram,detik kemudian dirinya pun mengangguk sambil menundukkan kepalanya.
Aaram tersenyum menatap Sandra "nanti kita akan menemuinya bersama-sama" ucap Aaram sambil menggenggam tangan Sandra dan dengan cepat Sandra membulatkan matanya.
"Gak usah pake pegang-pegang tangan juga kali…." Omel Sandra
"Loh kenapa? Kan' yang aku pegang itu tangan istri aku,bukan tangan istri orang lain." Jawab Aaram begitu santai dengan tetap meraih tangan Sandra
Plak...
Plak...
Berkali-kali Sandra menampar tangan Aaram "tolong apa ya,jangan ganjen ini tangan. Lepasin gak,aku bisa jalan sendiri,Ar. Aku bukan anak paud yang kalau nyebrang harus di tuntun dan di pegangin tangannya." Sandra terus saja menggerutu karena ulah Aaram,tapi Aaram adalah Aaram pria yang tidak akan pernah menyerah demi sebuah kebahagiaan.
"Kita tidak sedang menyebrang,San. Kita hanya jalan di lorong rumah sakit menuju lobby." Jawab Aaram
"Iya,tahu makanya lepasin tangan aku,Ar." Rengek Sandra
"Gak mau…" kekeh Aaram
"Iiihhh bikes banged… sumpah." Kesal Sandra
Seulas senyum merekah di bibir Aaram ketika tidak ada gerakan dari Sandra lagi. Ya,akhirnya Sandra menyerah pada Aaram,dirinya pasrah saja ketika digandeng seperti itu oleh Aaram. Sandra memilih mengalah daripada harus berdebat lagi sama pria seperti Aaram.
Setelah satu jam menempuh perjalanan menuju rumah orang tua Aaram,kini mereka sudah tiba di depan halaman rumah Diki dan Merry. Merry dan Diki meminta Aaram dan Sandra untuk sementara tinggal di rumah mereka untuk masa pemulihan Aarm. Rumah yang terlihat begitu megah khas rumah Eropa itu terlihat sangat asri dengan dikelilingi oleh berbagai tanaman. Merry benar-benar merawat tanaman itu dengan sangat telaten.
"Wah,mamah semakin rajin ya menanam bunga-bunga itu" ujar Sandra yang baru saja keluar dari dalam mobil langsung melihat pemandangan yang begitu menyejukkan matanya.
"Tentu sayang,karena mamah begitu menyukai tanaman. Nanti kamu akan terkejut jika melihat taman belakang rumah." Jawab Merry dengan tersenyum
Sandra yang sedang membantu Aaram pun langsung menatap mamah mertuanya itu "memangnya ada apa di taman belakang,mah?" Tanya Sandra dengan rasa penasaran.
Merry tersenyum "kamu akan melihatnya nanti,ayo kita masuk biar rasa penasaranmu hilang." Merry mengajak Aaram dan Sandra untuk masuk.
Merry memerintahkan seorang pelayan untuk membawakan tas milik Aaram ke kamarnya. Merry juga menyuruh Aaram mengajak Sandra ke kamar mereka,dan Aaram pun mengajak Sandra untuk menuju lantai atas dimana kamarnya berada. Aaram membuka pintu kamar yang bercat putih,sejenak dirinya menatap kembali kamar yang pernah ditempatinya sebelum kakaknya itu meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Sandra juga menatap sekeliling ruang kamar milik Aaram yang akan mereka tempati untuk sementara waktu selama Aaram benar-benar pulih. Kamar yang bernuansa maskulin dengan dinding berwarna abu-abu dan putih,menandakan bahwa sang pemilik kamar benar-benar laki…
Aaram berjalan ke sisi tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana,sedangkan Sandra masih menjelajah seisi kamar,matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang terpajang di atas meja kecil di sudut ruang kamar. Sandra mendekat ke arah bingkai tersebut dimana ada sebuah foto dua orang pria mengenakan seragam sekolah menengah atas dengan posisi duduk bersebelahan. Wajah mereka pun terlihat sama,bahkan Sandra pun hampir tidak mengenali mereka hanya bedanya pria yang satu sedang memakai jaket yang sering dipakai Aaram,sudah dapat diduga oleh Sandra bahwa itu adalah Aaram,tapi siapa pria yang satunya lagi? Sandra masih terus menatap foto itu,sampai suara Aaram memecahkan rasa kebingungannya.
"Itu saudara kembarku,namanya Aarav." Ujar Aaram sambil bangun dari duduknya dan menghampiri Sandra.
Sandra pun menoleh menatap Aaram dengan rasa bingungnya. "Lalu,dimana dia? Kenapa aku tidak pernah melihatnya?" Tanya Sandra yang penasaran.
Aaram berdiri disamping Sandra dengan menatap foto yang di pegang oleh Sandra. "Aarav sudah meninggal ketika kami masih SMA dulu,dia mengalami kecelakaan beruntun ketika sedang pergi ke puncak bersama teman-temannya." Jawab Aaram tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sandra,pria itu hanya menatap sendu ke arah bingkai foto. Sandra tahu perasaan Aaram saat ini,kehilangan seseorang yang merupakan bagian dalam hidupnya itu sangatlah sedih dan ketika diri kita mengingat kenangan bersama orang tersebut maka akan menimbulkan rasa rindu yang begitu besar dan disertai kesedihan yang mendalam.