Afifah berdiri mematung di dalam kamarnya tepatnya di samping jendela yang sudah lapuk itu, pikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Masa-masa indah yang sempat ia habiskan dengan Andre. Dia mengambil ponselnya lalu menggeser layarnya, menariknya ke atas. Memandang setiap potret di dalamnya, gambar yang sempat terekam sebelum Andre pergi untuk selamanya.
Lamunan Afifah bubar ketika mendengar suara bising dari dapur. Seperti biasanya, ibunya membuat musik dengan caranya sendiri. Itu selalu saja terjadi saat uang belanjanya kurang atau habis.
Afifah menghela nafas panjang, lalu melangkah menuju dapur.
"Ada yang bisa Afifah bantu Mak?" dia menawarkan diri untuk meringankan pekerjaan ibunya. Tapi bukan ibunya jika tidak menjawab dengan kata-kata kasar.
