"Malik!" panggil seorang wanita paruh baya.
Malik hanya menoleh, dan tetap melanjutkan menikmati kopi panasnya.
"Malik! Kakekmu Malik, Kakek!" teriak wanita itu lagi.
Malik segera meninggalkan kopinya dan berlari menuju sumber suara.
"Ada apa?!" setelah sampai di kamar kakeknya.
"Uhuk, uhuk... uhuk, Malik, kamu harus menikah dengan cucu dari teman Kakek! Uhuk... uhuk, dia tinggal di desa kemenyan, desa masa kecilmu dulu," ujar kakeknya dengan terbata-bata disertai batuk kering.
"Tidak! Malik tidak akan menikah dengan siapapun!" tolak Malik dengan nada keras.
"Ini permintaan terakhir Kakek, Malik... menikahlah dengannya, dia adalah cucu teman Kakek,"
"Maaf Kek, Malik tidak bisa!" tukas pria itu lalu pergi meninggalkan kakeknya.
"Malik...," suaranya tercekat.
Dan terjadi teriakan histeris dari orang-orang yang berada di dalam ruangan itu.
"Bapak!" pekik wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu tiri Malik.