Afifah masih meringkuk di sofa samping jendela apartemen Radit. Semua lampu sudah dia matikan, bahkan lampu tidur juga dia matikan. Di dalam kegelapan dia terus menangis, meratapi segala kesalahnnya. Ingin rasanya bersimpuh dan memohon ampun kepada tuhannya, tetapi lagi-lagi rasa malu menyeruak, dia tidak mampu melakukan itu. Dia merasa sangat kotor, bahkan sangat hina.
Afifah benar-benar hancur, sudah tidak bisa digambarkan atau dituliskan dengan kata-kata persaannya saat ini. Yang dia tahu hanya ingin menangis dan menangis.
*
Sedangkan Radit, dia masih menemui Mbok Parmi di rumahnya. Saat Radit menemuinya, wanita itu sedang memasak di dapurnya yang sederhana. Suaminya tergeltak tidak jauh dari tempatnya memasak, sangat lemah dan tidak berdaya.
"Permisi Mbok," sapa Radit.
Mbok Parmi menoleh, dan sedikit terkejut dengan kedatangan bosnya itu, "Iya Den, loh tumben mampir ke gubuknya Simbok?" ujar Mbok Parmi lalu membenarkan sanggulnya.