Nia masih terperangah melihat pria yang sedang berdiri di hadapannya.
'Ganteng banget,' gumamnya dalam hati.
"Mbak, hey, ngelamun." ucap Andre seraya mengayunkan tangannya ke kiri dan kanan di depan mata Nia.
Nia terkejut.
"Eh, iya mas Andre, ada apa ya?" tanya Nia sedikit gugup.
"Em, Ifahnya ada?" jawabnya, matanya bermain menguasai seluruh ruangan mess.
"Ada, paling lagi sholat Isya', masuk dulu aja," Nia mempersilahkan masuk.
"Em, gak usah, Mba_," kata-katanya terputus.
"Nia, Rania" Nia memperkenalkan dirinya.
"Iya, Nia. Titip aja nih aku beliin martabak buat Ifah," dia menyodorkan sekotak martabak manis dan sekotak martabak telur porsi besar.
"Wah, makasih ya," ucap Nia kegirangan. "Tau aja Ifah badannya gede, porsinya juga banyak, hehe," imbuhnya.
"Ya udah ya Nia, aku permisi dulu, salam untuk Ifah." Andre berpamitan.
"Iya, hati-hati di jalan mas Andre, daaa..." ucap Nia sok kenal, tangannya melambai sampai Andre hilang dari pandangannya.