Desa kemenyan.
Dinginnya udara malam berhembus menusuk tulang belulang Laura. Dia mengenakan baju tebal dilapisi jaket bulu kesayangannya. Namun tidak mampu menahan dinginnya malam untuk tidak menyentuh tubuhnya.
Kelap-kelip tintir(pelita yang berbahan bakar minyak tanah) menyinari rumah-rumah warga yang berada di lereng gunung itu. Tidak terlalu terang dan terlihat remang-remang, namun menampakkan ke-eksotikan tersendiri. Tidak terdengar bising suara kendaraan, hanya suara binatang malam yang meramaikan suasana malam yang begitu sepi.
Laura berjalan-jalan ke arah rumah kepala desa. Di sana ada lapangan kecil dan biasanya digunakan anak-anak untuk bermain.
Dan benar saja, anak-anak sedang bermain petak umpet, Laura duduk di teras rumah kepala desa, melihat keasyikan mereka.
Salah satu anak datang menghampiri Laura, anak itu seperinya yang terkecil di antara yang lainnya.